Trip to Ujung Genteng (V) : Sunrise


Sunrise...Membawa pagi

Pagi menjelang. Pukul 5 subuh dengan semangat liburan, aku bangun dan mandi. Rasa kantuk tak tersisa sedikit pun. Kami ingin menikmati sunrise pagi ini di pantai. Belum sampai pukul 6, kami udah berdiri di pasir pantai menghirup angin pagi yang dingin dan segar. Langit masih sayup-sayup ungu. Air laut masih belum surut. Tenang dan damai.

Setelah menunggu beberapa menit, kami pun bertanya-tanya kenapa matahari tak kunjung muncul. Kamu tahu jawabannya? Kami menunggu di tempat yang salah. Pantai di depan pondok penginapan kami ini menghadap ke barat, sedangkan matahari terbit di sebelah timur. Karena kebingungan sendiri, ada yang melempar pertanyaan konyol, “Matahari terbit di timur atau barat sih?” Sontak aku terpingkal dengan pertanyaan itu. “Kalau matahari terbit di barat, itu artinya kiamat.”

Kami berdiri di tempat yang salah. Akhirnya harus berpuas dengan menikmati sunrise dari balik nyiur alias pohon kelapa yang sedang melambai di pagi hari. Pohon-pohon itu seakan nyeletuk dan nyengir melihat kami. “Sini, sini... Matahari ada di sini. Lihatlah ke arahku.”

Kami berbalik arah membelakangi pantai. Air laut menyentuh kaki kami. Dingin. Matahari mulai sayup-sayup muncul, tapi dikerubungi awan. Sinarnya jadi kurang terang.


Sunrise jadi tak begitu indah. Tapi angin pantai menyapa lembut pipiku. Menghibur. Mataku masih terpuaskan dengan hamparan pemandangan yang tak henti-hentinya kukagumi. Hari ini kami akan pulang ke Jakarta, tapi aku masih ingin berada di sini. Kami memperhatikan air laut menyapu karang yang terdampar di pantai. Aku memilih batu-batu karang yang cantik untuk dibawa pulang. Masih sempat memperhatikan para binatang laut hidup di pantai itu. Junisatya bahkan bermain dengan keong-keong mungil. Lucu sekali.

Komentar

Popular Posts