Perahu Kertas : Menonton Novel


"Hai Neptunus..."


"Karena bersamanya aku tidak takut lagi menjadi pemimpi...."

Perahu Kertas yang pertama. (Gambar diambil dari sini)


Film Perahu Kertas yang diangkat dari novel karya Dee ini udah lama ditunggu-tunggu penggemar novelnya. Lihat aja, saat trailer filmnya rilis di Youtube 2 bulan lalu, animo remaja langsung terlihat. Saya yakin, film garapan Hanung Bramantyo ini bakal sukses. Apalagi saya percaya dengan bikinan sutradara satu ini, selain duet Riri Riza dan Mira Lesmana tentunya. Let see the film part 1 yang premier tanggal 8 Agustus lalu dan tayang perdana di bioskop tanggal 16 Agustus. Hah? Part 1? Yeah, saking gak mau mengecewakan penggemar novelnya, Hanung dengan berat hati membagi 2 film ini biar setiap detail yang ada di novel dapat ditampilkan di layar gelas.


The Story
Perahu Kertas berkisah tentang romansa Kugy (Maudy Ayunda) dan Keenan (Adipati Dolken) sejak sama-sama kuliah di Bandung. Kugy adalah mahasiswa Sastra yang ingin menjadi penulis dongeng, sementara Keenan seorang mahasiswa Fakulas Ekonomi yang berbakat melukis. Persahabatan mereka saling melengkapi. Sampai akhirnya kisah persahabatan mereka yang tampak singkat itu pecah karena masing-masing menjalani pilihan hidup yang berbeda.

Namun siapa sangka, persahabatan itu meninggalkan hati yang telah bertaut. Kugy dan Keenan saling mengagumi dan saling menginspirasi. Kekaguman itu berbuah cinta yang menurut mereka harus ditutup rapat di hati masing-masing. Biarlah menjadi romansa cinta mahasiswa. Sampai suatu hari, kisah cinta itu baru akan benar-benar dimulai.


Turn On
Perahu Kertas adalah film remaja yang bagus menurut saya, di tengah-tengah film (ala kadarnya) remaja yang menghiasi bioskop kita tahun ini. Saya mengapresiasi film ini dengan baik, setting yang detail, alur cerita yang nyaris setia dengan novelnya (tentunya disambut gembira oleh penggemar novelnya), serta pemain muda dengan muka-muka lugu yang memerankan masing-masing karakter.

Dari novel Perahu Kertas yang udah lebih dulu saya baca, begitu sederhana, emosional, mengalir. Pembiasan ceritanya pun sangat visual. Lebih mudah lagi bagi Hanung untuk benar-benar mewujudkannya dalam gambar demi gambar.

Film karya Hanung Bramantyo ini emang gak diragukan lagi dari segi teknis dan pengusungan kisah demi kisah. Termasuk ke dalam nilai-nilai seni yang seringkali dimunculkan di novelnya. Mulai dari makna lukisan dan seni rupa lain, kisah Neptunus, karya dongeng, budaya Bali dibikin kental di sini. Sentuhan Hanung begitu lembut menggambarkan warna tradisi yang disiratkan di tengah-tengah alur.


Turn Off
Bicara kekurangan film gak akan ada habisnya. Saya terperanjat dan sedikit kecewa saat film ini bersambung. Ngikut-ngikut film besar sekaliber Harry Potter dan Twilight Saga rupanya. Beralasan sih mengapa film ini dibagi 2, karena masalah durasi dan kisahnya yang benar-benar manut mengikuti novel. Tapi pertanyaannya, novel ini terbilang sederhana lho di tengah kerumitan konflik yang sangat emosional itu. Seharusnya bisa tuntas dalam 1 film aja. Apalagi pemenggalan untuk akhir film pertama kurang menggigit. Cerita novel memang tervisualisasikan di dalam film, tapi emosionalnya kurang terangkut masuk ke dalam film. Jadi wajar begitu layar bioskop gelap, penonton berdecak kecewa. Gini aja nih?


Fun Parts

  • Saya gak nyangka sosok Eko begitu kocak dan asli Betawi. Eko jadi bintangnya di sini.
  • Saya menikmati saat-saat Remi dan Kugy berdialog. Tek tok, cepet, cerdas dan bilingual.
  • Visualisasi Luhde jadi ayu banget di film ini.
  • Peran Pak Wayan begitu membekas sebagai guru lukis buat Keenan. Meski kemunculannya sedikit, tapi karakternya menonjol.
  • Saya juga terpukau dengan visualisasi kantor Kugy, dekorasinya 'korslet' dan agensi memang butuh orang-orang korslet.
  • Seni tradisi Bali dapet banget di sini. Nuansa, setting, propertinya.

Did You Know...?
Total durasi film Perahu Kertas ini lebih kurang 4 jam. Keputusan film ini dipenggal menjadi 2 part terjadi saat post-produksi. Hanung Bramantyo sendiri menolak untuk membagi film ini menjadi 2, tapi akhirnya setuju mengingat durasinya terlalu panjang jika disatukan dalam 1 alur cerita.


Komentar

Popular Posts