Kepulauan Togean: Rela Trekking Demi Jelly Fish

Satu spot favorit di Kepulauan Togean selain Kadidiri Island adalah Danau Ubur-Ubur. Mungkin orang-orang lebih mengenal Danau Kakaban sebagai habitat ubur-ubur tanpa sengat setelah Palau, di Samudera Pasifik.

Nah, FYI, habitat ubur-ubur tanpa sengat di Indonesia ada 3 titik, Derawan, Togean, dan Raja Ampat. Katanya sih, populasi terbesar itu memang cuma ada di Indonesia. Dan, tentu saja, kebanyakan orang lebih mengenal danau ubur-ubur di Kakaban, Derawan, ketimbang di Togean. Nah, mari kita kulik danau ubur-ubur di Kepulauan Togean.



Lucky me, bisa sampai ke salah satu lokasi habitatnya. Binatang lucu dan menggemaskan tapi sangat sensitif ini begitu dilindungi. Buktinya lokasi danau ini tersuruk di balik sebuah pantai.

Dan jangan salah, butuh effort lebih untuk mencapai tempat itu.

Kami naik speedboat dari Pulau Kadidiri ke Pantai Karina, satu lagi pantai kecil dan sunyi milik Kepulauan Togean. Nobody there saat kami berlabuh di sana.

Pantai Marina
Pantai Karina tampak lebih menarik daripada Pantai Barakuda. Di Barakuda, sisi pantai dipenuhi pohon kelapa. Sementara di Karina, sisi pantai dipenuhi semak yang menutupi kaki tebing karst. Pasirnya tidak kalah lebut dan putih. Air laut yang menyentuh pantai adalah gradasi hijau, tosca, turquoise dan biru. Sisi lain segala keindahan adalah kenikmatan dan rasa betah.



Explore!
Pantai dengan pasir putih dan halus.

Kupikir--dan kami semua menyangka--danau ubur-ubur hanya beberapa meter masuk dari pantai itu. Tapi ternyata, sang guide tidak menyebutkan bahwa kami harus trekking dulu di tebing karst yang sangat curam. Bukit karst? Bahaya, lho, kalau tidak ada persiapan. Tapi, ya, mau bagaimana lagi. Pantang menyerah. Dengan kostum snorkeling, kami mendaki lereng bukit. Tak peduli luka akibat ranting-ranting pohon yang sangat rapat menggores kaki dan tangan.

Danau ubur-ubur dan Pantai Karina hanya dipisahkan garis tebing batu karst. Cuma superhero yang bisa melompat melewati tebing yang tingginya subhanallah itu dan langsung mendapati Danau Ubur-ubur di baliknya. Ah, sudahlah, jangan mimpi akan menemukan danau ubur-ubur tanpa sengat sebelum disengat kenyataan bahwa kita harus memanjat dulu. Kami harus masuk hutan, berkelok-kelok, mendaki dan menurun, lalu berjalan di puncak tebing yang kiri dan kanan jurang curam. Dari atas, danau ubur-ubur itu terlihat hijau dan sangat lebar. Hasrat ingin cepat sampai, tapi apa daya, kami mesti berhati-hati dan bertahan hidup dulu saat berjalan di puncak tebing. Salah langkah sedikit saja, abis sudah. Tak ada tali pengaman. Jadi kalau ke sini, persiapkan alas kaki yang pas untuk trekking di bebatuan serta pakaian yang layak untuk ke hutan, ya. :)

Saat paling mendebarkan melewati pematang tebing.

Pendakian Bukit Karst

Merosot di lereng menuju Danau Ubur Ubur

Ada sebuah dermaga kayu di pinggir Danau Jelly Fish. Eits, tunggu. Jangan langsung terjun. Ubur-ubur adalah hewan yang sangat sensitif. Segala zat kimia tidak boleh dioles ke badan. Sekali pun itu sunblock. Dilarang keras demi keberlangsungan populasi ini. Yeah, aku harus rela berenang tanpa pengaman sinar matahari. Tak apa, demi ubur-ubur cantik itu.


Danau Ubur Ubur di Kepulauan Togean
Kami pun tak boleh melompat. Khawatir ubur-ubur akan pecah menjadi puing-puing jel terkena tekanan dari tubuh kami. Untuk berenang pun harus serba hati-hati, jangan sampai menendang tubuh ubur-ubur. dua ekor di antaranya sudah menjadi korban tendanganku. Maafkan aku ya, ubur-ubur.





Serunya bermain dengan ubur-ubur

Dibanding Danau Kakaban di Kepulauan Derawan, populasi ubur-ubur di Togean terbilang besar. Airnya pun tidak keruh karena memang lokasinya sulit dijamah. Saat menyelam, belasan ubur-ubur mengelilingiku. Entah berapa jenis ubur-ubur yang ada di danau ini, tapi aku cuma menemukan 2 jenis. Ubur-ubur yang berbentuk bulat berwarna kuning yang kerap disebut ubur-ubur totol dan ubur-ubur pipih seperti jel lebar bening yang disebut ubur-ubur bulan. Ubur-ubur bulan tak bisa kami abadikan dengan kamera karena bentuknya bening, nyaris tak terlihat.

Ubur-ubur ini saat disentuh begitu lembut. Menyentuh ubur-ubur di air payau seperti ini aman, kok. Malah seru sekali melihat mereka berenang, tentakelnya berdenyut-denyut. Tubuh mereka memang diliputi jel yang sangat rentan terhadap sentuhan benda kasar.



 




Sayangnya kami tak bisa mengarungi keseluruhan sisi danau, padahal aku penasaran dengan jenis ubur-ubur lainnya yang ada di danau ini. Lebar sekali dan sangat dalam. Cukup di sekitar dermaga saja bermain dengan mereka. Biarkan mereka hidup tenang di habitatnya. Semoga populasinya terus bertambah dan wisatawan yang datang tidak merusak habitat mereka.

Komentar

  1. oowww jadi ini yang bilangnya ngurus tesis :)))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ups, ini perjalanan sebelum tesis keleeeeuss....

      Hapus
  2. At long last,click this there are different visit administrators that offer in with no reservations trekking occasions.

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts