Animasi 3D Kisah Klasik The Little Prince (Le Petit Prince)

Aku tidak tahu-menahu kalau kisah The Little Prince akan diadaptasi ke sebuah film animasi garapan Pixar. Berdasarkan informasi dari Hollywood Reporter, adaptasi film ini jadi film animasi Prancis termahal tahun 2015, mencapai 80 juta dolar. Tapi sebenarnya itu bukan angka yang 'wow' mengingat The Little Prince adalah buku klasik best seller dan keren. Kenapa kusebut keren? Begini kisahnya...

Poster film asli berbahasa Prancis. (sumber)

Sumber
Buku yang ditulis oleh Antoine de Saint-Exupery ini memberikan dongeng tentang eksistensi diri yang kembali dibenturkan dengan kehadiran seorang anak kecil: pangeran cilik. Buku bergambar dengan kisah-kisah sederhana antara seorang penerbang yang terdampar di gurun sahara bertemu dengan seorang anak kecil, lalu percakapan mereka hanya sebatas menggambar domba. Alih-alih merengek untuk minta minum dan perlindungan, anak kecil itu justru ingin sekali digambarkan sebuah domba. Kenapa? Karena ia tidak takut pada kekeringan, ia lebih takut pada sebuah tumbuhan ganas yang hidup di planet kecilnya yang nanti akan menghancurkan kehidupannya. Dia butuh domba untuk mencabuti tumbuhan itu setiap kali muncul. SKETSA SEEKOR DOMBA DI GURUN? Hanya itu. Sederhana, bukan?



Namun, apakah maknanya sesederhana itu?

Buku dongeng klasik ini, meski bentuknya layaknya buku anak, tapi sebenarnya diperuntukkan bagi orang dewasa. Anak kecil akan membaca buku ini dan menyerapnya sebagai bacaan pangeran cilik yang bertualang dari planet satu ke planet lain. Namun, orang dewasa--kita--akan membacanya terbalik. Kita lupa pernah menjadi anak kecil yang berpikir sederhana tanpa penyangkalan akan ketakutan. Petualangan si Pangeran Cilik bertemu orang-orang dewasa tentu menjadi titik balik bagi pembaca dewasa. Kita diperlihatkan kemuraman dunia dewasa yang hanya berorientasi pada angka. Kemuraman itu menggelitik si Pangeran Cilik untuk bertanya, seperti "Apa pentingnya menjadi kaya bagimu?"

Perjalanan Pangeran Cilik dari satu planet ke planet lain membuat dirinya semakin murung.
Planet 1 : Dihuni oleh hanya seorang raja yang sombong dan haus kekuasaan, padahal di planet itu hanya ada dia seorang.
Planet 2 : Dihuni oleh seorang yang angkuh
Planet 3 : Dihuni oleh seorang pemabuk.
Planet 4 : Dihuni oleh seorang pengusaha ambisius yang sibuk berhitung untuk membeli bintang-bintang.
Planet 5 : Dihuni oleh seorang penyulut lampu. Planet paling kecil.
Planet 6 : Dihuni oleh seorang penulis yang ingin mendengar cerita dari para penjelajah planet. Planet ini lebih besar dari yang lain.
Planet 7 : Bumi.





Ilustrasi di buku The Little Prince. (sumber)

Kalau melihat daftar planet dan karakteristik penghuninya. Bayangkan, bagaimana rasanya jadi seorang anak kecil yang bertemu orang-orang yang bahkan tak sempat meluangkan waktu untuk sebuah hiburan dan menyerap warna-warni dunia. Mereka melupakan dunia anak yang bebas dari angka-angka yang sesungguhnya tak berdaya.

Gambar diambil dari sumber ini.
Kakek Nyentrik dan Gadis Kecil sedang bermain. (sumber)

Lalu, mari kita lihat film animasi The Little Prince yang baru saja rilis ini. Animasi 3D garapan Pixar untuk film ini dimulai dari sebuah gambar yang dapat dipandang berbeda dari berbagai sudut. Sebagai pembuka, adegan narator menggambarkan sesuatu yang tampak abstrak menjadi pengantar bahwa film ini mengungkit tentang perspektif, persis seperti yang disampaikan di dalam novel.

Namun, dalam film, pengisahan The Little Prince lebih rumit. Mengingat kisah Pangeran Cilik ini berasal dari cerita klasik, tentu filmnya dibuat lebih kekinian. Kisah si Pangeran Cilik ini menjadi sajian dongeng yang diceritakan kembali oleh seorang kakek nyentrik kepada gadis kecil yang hidupnya terlalu kaku dengan aturan dan jadwal. Saat si gadis kecil tak punya waktu untuk bermain dan bergaul karena harus menghabiskan musim panasnya untuk belajar, kakek nyentrik ini menggodanya. Godaan itu semakin kuat saat si gadis kecil dapat melihat bintang-bintang dengan mata kepalanya sendiri di atas loteng, alih-alih harus menghafal jarak antar-rasi bintang yang tercantum dalam buku sains.

Kakek nyentrik ini mengajarkan satu hal pada si gadis kecil--dan kita--bahwa tidak semua yang kamu dengar dan baca itu adalah hal nyata yang terlalu serius. Terkadang lihatlah sesuatu itu dari perspektif lain, seperti perspektif anak-anak. Dan, jika kamu sudah atau sedang menonton The Little Prince, kita dapat melihat kehidupan kanak-kanak membosankan harus dilalui oleh si gadis kecil. Ia harus memenuhi target ibunya untuk masuk sekolah bagus dan jenius. Untuk itu, jadwal gadis ini sudah ditentukan selama musim panas mulai dari bangun pagi hingga pagi lagi.


Tetapi, semua berubah begitu Kakek Nyentrik ini mengenalkan kisah Pangeran Cilik serta dunia bermain yang berwarna di halaman rumahnya. Gadis kecil ini menjadi tahu bahwa begitu berharganya hidup sebagai anak-anak dan kebanyakan orang dewasa telah melupakannya. Melalui dongeng The Little Prince yang ditulis ulang si Kakek Nyentrik, gadis kecil mulai mengkhayalkan dirinya bertemu dengan si Pangeran Cilik. Apa yang terjadi pada Pangeran Cilik ini saat ia dewasa? Berbeda dengan buku, kita tidak hanya mendapati petualangan Pangeran Cilik mengarungi antariksa, tetapi juga petualangan Gadis Cilik menemukan Pangeran Cilik yang sudah dewasa dengan pesawat butut milik Kakek Nyentrik.

Di sepanjang film, suguhan animasi 3D bikinan Pixar akan sangat menghibur kita di tengah kisahnya yang sarat pesan moral. Lalu, dongeng The Little Prince yang diceritakan kembali kepada si gadis kecil dibuat dengan formula stop motion. Dengan begitu, animasi ini menjadi variatif. Dan, terakhir, yang juara dari film ini adalah scoring yang mengiringi kisahannya. Lantunan instrument pengiringnya tidak melupakan kesan Prancis yang romantis sebagai negeri asal dongeng ini.

Jika kita datang ke bioskop untuk menonton hiburan menyenangkan dan ringan, sepertinya The Little Prince bukan pilihan tepat. Kita akan melihat kerutan di kening penonton usai menonton. The Little Prince bukanlah film yang ringan, melainkan menggelisahkan. Ada PR yang harus kita bawa pulang: sejauh apa kita meninggalkan dunia kanak-kanak kita?

Komentar

  1. Harus gw akui, film ini punya kesan tersendiri buat gw. Mikir sepanjang film dan bikin gw nguap. Tapi bagus sih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gue nguap udah dari jalanan mas, rela macet-macetan demi nonton film ini :D

      Untung aja mobil nggak gue imajinasin jadi pesawatnya si anak itu :D:D

      Hapus

Posting Komentar

Popular Posts