Warna Warni Museum Kata Andrea Hirata




Merayakan sesuatu yang sempat fenomenal memang lumrah. Andrea Hirata dengan latar belakangnya sebagai anak Belitong dan baru merambah dunia sastra, ingin memberikan kontribusi untuk kota kelahirannya. Ia membangun sebuah wadah sastra dengan nama Museum Kata Andrea Hirata. Membawa sastra melayu ke kancah nasional, bahkan internasional memang bukan lagi hal baru. Tapi mengantarkan kota kelahiran jadi objek wisata lokal bahkan interlokal hanya dari karya sastra, itu menarik. Dari kata-katalah, Belitung akhirnya dikenal. Dari Laskar Pelangi-lah, orang berbondong-bondong melihat keindahan Belitung. Berkat itu semua, museum kata ini menjadi buah bibir karena jarang sekali objek museum mampu menjadi daya tarik nasional akhir-akhir ini.

Saat aku berkesempatan menginjak tanah Belitong, Museum Kata Andrea Hirata menjadi list wajib kunjung. Ya, selain karena memang rute wisata Belitong pasti berujung ke sana, aku juga seorang pencinta sastra. Sebaik apa museum itu hingga menarik perhatian banyak khalayak, khususnya sastrawan? Ekspektasiku tak muluk-muluk, mengingat kata museum melekat pada hal yang kaku.

Akhirnya aku berdiri di sana. Melihat bentuk Museum Kata Andrea Hirata, membaca sejumlah kata-kata yang disemat di dalamnya, serta menyentuh warna-warni benda yang menginspirasi. Tempat itu jauh dari kata museum yang membosankan. Justru sebaliknya, lokasi ini sangat colorful dan menimbulkan kesan playful. Menarik. Berbagai instalasi yang terpajang di halaman depan Museum Kata menjadi galeri sendiri.





Taman seperti playground menyambut kita di pintu masuk. Ini seperti taman bermain kanak-kanak. But, siapa yang masih melupakan masa kecilnya? Masa kecil yang membentuk struktur berpikir di otak kita? Halaman depan rumah sastra ini mampu menjadi rumahnya siapa pun dari segala usia. Warna-warna cerah sangat mendominasi. Itulah salah satu hidangan museum kata ini.

Dengan dekorasi klasik, hamparan kata-kata terpapar di lantai pintu masuk, dinding, bahkan langit-langit. Ke mana kita memandang, ada banyak kalimat-kalimat mutiara, motivasi, dan petikan karya sastra memenuhi ruang demi ruang di Museum Kata ini. Jadi ini maksudnya museum kata. Tempat ini bagaikan serbuan petikan-petikan bermakna yang ditampilkan bukan di atas kertas, melainkan terpajang begitu saja.

Nuansa Laskar Pelangi tetap melekat di tempat ini. Pajangan koleksi buku, lukisan, dan potret karakter serta binatang yang identik dengan tetralogi novel itu juga digelar. Laskar Pelangi dan Andrea Hirata seolah identik dan memiliki kekuatan yang kuat. Koleksi buku-buku lama ikut memenuhi beberapa rak di sudut ruangan. Buku karya sastra para penulis besar dunia seakan mewakili inspirasi kata-kata yang terpampang di museum tersebut. Ada banyak kata dan ada banyak warna.



Jika terus menelusuri bagian belakang museum kata, kita akan menemukan sebuah warung kopi kecil yang langsung diseduh di depan tungku, Kopi Kuli. Tempat ini menyajikan minuman langsung di dapurnya yang hitam karena arang. Konon, dulu kopi ini disajikan untuk para kuli. Harganya hanya Rp7.000 saja satu gelas. Di sudut lain, terdapat meja dengan kotak Pos Indonesia. Ini bukan replika. Dekorasi kantor pos klasik yang kerap sekali keluar di film Laskar Pelangi saat Ikal mengirim surat dan wesel untuk bapaknya di Gantong. Simbol Pos Indonesia menjadi melekat, apalagi di zaman yang serba digital, tradisi berkirim surat lewat pos sudah mulai ditinggalkan. Namun, di sini, tidak ada salahnya dicoba. Dengan beberapa kartu pos yang dapat dipilih, kita benar-benar bisa menulis di kartu pos dan memasukkannya ke kotak surat. Pos Indonesia akan mengirimkannya ke alamat yang kita tulis di kartu pos itu. Biayanya hanya Rp15.000, tetapi kita bisa berbagi senyum dari balik tembok Museum Kata Andrea Hirata.





Di pelataran belakang persis di balik Kopi Kuli, kita akan menemukan beberapa ruang terbuka, berupa ruang baca dengan meja panjang dan bangku-bangku kecil di sekelilingnya. Lalu ada panggung kecil yang biasa digunakan untuk acara-acara sastra dan pertunjukan kecil. Tembok warna-warni tetap akan kita jumpai dengan beberapa jendela yang dipajang tidak hanya di dinding, tetapi juga di langit-langit. Dekorasi penuh warna inilah yang membuat dunia sastra kecil ini menjadi menarik dan lebih hidup. Rasanya aku memang belum menemukan museum yang semeriah ini di Indonesia. Museum Kata Memang patut diacungi jempol.







Komentar

  1. Aku datang tahun 2013 saat rumah ini masih sangat sederhana. Hmm mungkin karena selera pribadi, aku kurang sreg dengan warna-warninya yang berlebihan. Walau begitu tetap mupeng main ke Belitung lagi :)


    omnduut.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurutku ini inovasi dalam membangun museum, apalagi bidang sastra yang terkenal monoton. Makasi sudah mampir ke sini :))

      Hapus
  2. Aku belum pernah ke Belitung.. T.T
    Someday kalau ke sana pasti mampir ke museum ini. Seru banget kayaknya, apalagi colorful gitu pasti bagus ya buat foto :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, semoga bisa ke sana ya. Nanti bisa share cerita lagi :)

      Hapus
  3. Museumnya unik sekali ya, semoga kalo ada kesempatan ke Belitung bisa mampir kesini

    travellingaddict.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus mampir, Mas, karena memang menarik. Terima kasih sudah mampir ke sini :)

      Hapus
  4. Terima kasih udah sharing lebih mendalam tentang museum ini ya. Semoga bisa ke sini kalau main ke Belitung nanti. Aamiin.

    BalasHapus
  5. Warna-warni banget ya tempatnya, pas buat selfie

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts