My Weekend List: Adventure to the Center of the Earth

Masih ingat dengan film Journey to the Center of the Earth (2008) yang dibintangi oleh Josh Hutcherson cilik? Sudah lama memang. Meski rating film ini di imdb terbilang kurang bagus, setting film itu masih meninggalkan kesan hingga kini. Jalur kereta bawah tanah, gua kristal, gudang harta karun, batu lahar, dan lain-lain. Petualangan di film Journey tak hanya bisa dirasakan sebagai tontonan. Kita bisa langsung masuk ke dunianya walaupun hanya dalam bentuk exhibition hall yang disediakan Summarecon Mall.



Saat Summarecon Mall Bekasi membuka wahana menyusuri perut bumi dalam tajuk Adventure to Center of the Earth: The Lost World, anganku langsung mengacu pada film Journey yang pertama itu. Ini bukan pameran, tapi ruang eksibisi untuk menjelajah mencari jalan keluar dari perut bumi. Tentu aku takkan melewatkan eksibisi ini, begitu juga dengan Junisatya. Berhubung ini temporary exhibition, jadi tidak setiap saat ada. Eksibisi ini dibuka dari tanggal 18 Juli hingga 18 September 2016.



Dengan tiket masuk Rp30.000 saja, aku bisa menjelajah ruang-ruang gelap bagaikan berada di perut bumi. Tapi sebaiknya, pakai pakaian yang simple, sepatu yang nyaman, dan barang bawaan sehemat mungkin (sebaiknya dititipkan di loker yang disediakan). Di dalam perut bumi, kita akan berhadapan dengan beberapa trik wahana yang memaksa kita untuk memanjat, merangkak, menunduk sepanjang jalan, hingga berayun-ayun.

Kami menjelajahi lorong demi lorong tanpa tahu ada apa di ujungnya. Bukaan lorong pertama mengantar kami ke sebuah lubang dengan tangga kayu yang mesti dituruni. Tak ada pilihan lain. Edisi manjat-memanjat dimulai. Ternyata kami sampai di ruang gelap dengan beberapa karung goni dan rel kereta kecil. Ada sebuah bak kereta yang mogok di rel yang buntu. Ada lampu peringatan menyala.
Kami harus menaiki tangga kayu lapuk dan akhirnya sampai di gua stalaktit-stalakmit berupa bongkahan kristal. Dengan cahaya kebiruan, kami memasuki area Crystal Cave. Kami harus berjalan berhati-hati di antara tonjolan runcing setiap kristal yang menghalangi jalur.

Selanjutnya jalanan menyempit. Crystal Cave berlalu dan kami kembali dalam kegelapan. Di ujung lorong berikutnya, kita masuk ke ruang berbatu mengkilat, Rock Climbing. Di bawahnya seolah-olah jurang gelap sehingga kita harus memanjat dan menyeberang tebing dengan jembatan tali. Lalu kami menemukan sebuah lubang yang disebut Mouse Tunnel. Yes, kami harus merangkak ke dalam lubang ini dan berujung pada ruang yang lebih besar. Ada semprotan air dari blower. Ternyata di ruangan ini ada air terjun virtual. Wow, keren. Meski gelap, tapi nuansa alam yang dipampang di monitor dibuat seolah-olah nyata.


Tampaknya petualangan semakin seru. Kami sampai di Escape Room. Di sini, pengunjung diminta memecahkan sendiri jalan keluarnya. Escape room lebih menyerupai ruang kerja, bisa diasumsikan para pekerja tambang bermarkas di sini. Meja kerja lengkap dengan mesin tik, lemari dengan botol-botol minuman, foto-foto tua beberapa tokoh juga terpajang di sini. Tugas pengunjung adalah membaca sebuah petunjuk yang ditinggalkan di beberapa tempat tersembunyi untuk mencari pintu mana yang benar agar selamat dari ruang bawah tanah itu.

Ini jadi lokasi favoritku. Kita benar-benar harus mengikuti segala petunjuk dan membongkar seisi ruangan. Surat demi surat kami baca dan setiap foto yang terpajang di ruangan itu menyimpan banyak pesan. Ada foto Hitler juga.

Ruangan sengaja dibuat gelap dan berisi barang-barang kuno yang berdebu. Ada beberapa lemari yang dapat dibuka dan dilihat isinya agar kita tahu tentang apa escape room itu. Ini memang ruang kerja semacam komandan dalam proyek pertambangan--kalau kutebak--zaman Hitler. Asyik juga,  kita bisa bermain sambil belajar. Cocok untuk anak sekolah.




Namun, belum selesai sampai di situ. Kita akan masuk ke batu terbang seperti di film Journey yang pertama. Hati-hati, salah pilih batu. Nanti bisa jatuh. Ini semacam batu-batu yang berada di perut bumi. Laharnya panas dan berwarna kemerahan. Kalau di filmnya, batu-batu ini dapat menjadi jembatan dan bisa melayang. Mungkin ada pengaruhnya dengan uap panas dan gravitasi. Itu yang menjadi penyeimbang si batu. Rupanya batu-batu melayang ini jadi akhir petualangan dan pintu keluar.

Panjang juga jalur eksibisi ini. Masih ada labirin dan pameran trick art di akhir petualangan. Penasaran mau mencoba, kan? Eksibisi ini sukses membuatku terkejut dan berdecak kagum.




Komentar

Posting Komentar

Popular Posts