One Fine Day in Lembah Harau

Beberapa tahun lalu, saat ke Rammang Rammang di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, aku pernah nyeletuk ke Junisatya, "Tebingnya mirip Lembah Harau."
"Masa, sih?" Junisatya sempat tak percaya.
"Iya, bedanya Rammang Rammang itu batu karst, Lembah Harau itu batu granit."

Aku bertekad waktu itu, nanti aku akan ajak sendiri Junisatya ke Lembah Harau, Payakumbuh, Sumatera Barat.

Dan, masa itu tiba. Mudik setelah lebaran lalu kuhabiskan di Bukittinggi, Sumatera Barat. Jarak Payakumbuh hanya sekitar 1-2 jam dari rumah nenek. Setelah mengikuti serangkaian acara keluarga dan sibuk-sibuk di acara perhelatan nikahan sepupu, kami melarikan diri sejenak ke Payakumbuh. Tujuannya apa lagi kalau bukan Lembah Harau.

Lembah Harau
Lembah Harau yang megah.
Orang Belanda menyebut tempat ini Hemel Arau. Lalu penduduk setempat menyebutnya dengan Lebah Arau saja. Entah sejak kapan namanya berubah menjadi Lembah Harau. Bisa jadi merupakan singkatan dari Hemel Arau.
Lembah Harau memang menjadi lokasi yang tepat untuk holiday escape. Dengan membawa beberapa saudara cilik, aku dan Junisatya langsung melaju dari Baso (rumah nenek kami) ke arah Payakumbuh. Lokasinya lebih tepat melewati Kota Payakumbuh dan memasuki Kabupaten 50 Kota. Lembah Harau cenderung sangat mudah ditemukan. Aku sudah beberapa kali ke sana. Namun, ada sensasi berbeda setiap kali melihat bentangan tebing-tebing granit ini yang memagari lembah datar dengan jalan aspal yang berliku di tengahnya. Ketinggian tebing granit ini mencapai 80-300 meter.

Dengan bukit-bukit cadas yang terjal, kawasan di bawahnya menjadi lembah yang terlindung, seperti rumah dengan tebing itu sebagai dindingnya. Berkat tebing menjulang ini, kawasan lembah menjadi sejuk. Tanahnya pun tak kalah subur karena dialiri beberapa air terjun dari puncak tebing. Dan, karena Lembah Harau dipagari tebing hingga 300 meter, Lembah Harau menjadi cagar alam dengan berbagai spesies di dalamnya.

Apa yang unik dari tebing Lembah Harau? Tebing granit ini menjadi lukisan raksasa dengan goresan abstrak warna-warni. Ada yang warnanya kemerahan, ada yang kuning, ada yang hitam, cokelat dengan tumbuhan hijau melengkapinya.

Dulu sekali aku pernah menginap pula di salah satu resort di kawasan Echo Lembah Harau. Resort ini paling dekat dari pintu masuk dan berada persis di kaki tebing. Kenapa disebut Echo? Karena dinding tebing yang cadas itu bergema sahut-menyahut. Antara seru dan seram, ya, mengingat tebing menjulang itu punya daya pantul cukup kuat. Mungkin hal-hal seperti ini yang berkesan dari Lembah Harau. Karena nuansa alamnya yang asri, segar, tenang dan damai, kupikir Junisatya harus melihat keindahan ini.

Lembah Harau
Junisatya menikmati keindahan tebing di Lembah Harau.

Lembah Harau
Girls day out.
Lembah Harau Payakumbuh
Kawasan Resort Aka Barayun Lembah Harau.
Ada sepupu bercerita, puncak-puncak tebing di Lembah Harau sempat kebakaran pada musim kemarau tahun lalu. Sekarang tebing-tebingnya sedikit botak karena dihanguskan api. Lalu, sudah banyak dibangun resort dan lokasi-lokasi wisata dengan membabat persawahan di kaki tebing. 

Namun, pesonanya belum pupus. Aku tetap melihat tebing-tebing megah mengelilingi lembah. Kami menyusuri jalan beraspal lurus di antara sawah di kiri dan kanan. Lembah Harau di depan mata. Memang banyak yang berbeda dari Lembah Harau kini. Kawasan yang dulunya sawah, kini telah diolah menjadi resort bahkan arena pacuan kuda serta pondok-pondok istirahat. Pesona keasrian Lembah Harau sedikit berkurang. Namun, seiring dengan bertambahnya pengunjung setiap tahun ke Lembah Harau, banyak pihak yang mencoba memberikan pembaruan di kawasan wisata alam megah ini. Semoga pembaruan itu tidak merusak alam, ya.


Lembah Harau Payakumbuh

Sepanjang jalan, aku dan Junisatya cukup menikmati berbagai pesona Lembah Harau. Nuansa ketenangannya masih sama. Bekas-bekas kebakaran juga tidak terlihat. Puncak-puncak tebing tetap menghijau. Berada di dalam Lembah Harau ini seperti berada dalam persembunyian. Tebing-tebing itu memagari kami. Jika masuk lebih dalam lagi, tebing-tebing ini punya keindahan sendiri.

Kami berhenti di salah satu air terjun. Air terjun ini dinamakan Sarasah Aka Barayun (Air Terjun Aka Barayun). Aku juga tidak begitu tahu mengapa dinamakan Aka Barayun (akar gantung). Mungkin ada jenis pohon dengan akar-akar yang menjuntai. Di sebelah air terjun terdapat tangga menuju lereng tebing. Tidak terlalu curam dan hanya ada rimbunan pohon di sekitarnya. Tidak ada spesifikasi keberadaan Aka Barayun. Mungkin banyak tarzan di sini.

Sarasah Aka Barayun merupakan air terjun yang paling ramai karena lokasinya di pinggir jalan dan gampang dijangkau. Di depannya, berjajar warung-warung makan. Kami pun duduk di salah satu warung sambil menikmati air terjun. Ada satu ritual makanan yang selalu kucicipi jika ke sini, yaitu kerupuk (opak) kuah sate yang ukurannya sungguh lebar. Setiap warung menyediakan kerupuk, kuah sate, serta bihun di meja hidang. Pengunjung bebas membubuhkan kuah sate ke satu sisi permukaan kerupuk, lalu menaburkan bihun di atasnya. Ini adalah salah satu camilan favorit di sini. Salah satu camilan favoritku juga. Meski Junisatya sempat bingung bagaimana cara makannya. Padahal tinggal digigit saja.

Sarasah Aka Barayun Lembah Harau
Junisatya sedang belajar makan kerupuk kuah sate.
Kuliner Lembah Harau Payakumbuh

Sarasah Aka Barayun Lembah Harau
Sarasah Aka Barayun.
Lembah Harau Payakumbuh
Air terjun di sekitar tumbuhan akar gantung.
Tidak jauh dari Sarasah Aka Barayun, ada sebuah taman wisata yang di dalamnya terdapat taman bermain anak-anak, jalur sungai yang dialiri oleh air terjun dari puncak tebing, serta taman anggrek dan kupu-kupu.  Di taman wisata ini juga banyak pedagang kaki lima yang berjualan seiring dengan ramainya pengunjung hari itu. Masih suasana lebaran, area wisata seperti ini tentu masih ramai. Kapan lagi bisa bermain di taman wisata ini dengan pemandangan tebing-tebing yang menjulang. Serasa berada di miniatur dunia dan kami adalah orang-orangannya.

Karena aku membawa para bocah, mereka lebih senang berada di wisata bermain ini, terutama lokasi yang ada hubungannya dengan air. Langsung saja mereka merengek meminta naik sepeda air. Untung harganya cuma Rp10.000 untuk satu perahu dan dapat dipakai sepuasnya. Saat anak-anak itu bermain air, aku berjalan berkeliling memperhatikan taman di kaki tebing Harau ini.

Lembah Harau Payakumbuh
Lima bocah dalam satu kereta air.

Lembah Harau Payakumbuh
Fun time.

Lembah Harau Payakumbuh
Taman kupu-kupu di Lembah Harau.
Sebenarnya ada banyak lokasi di Lembah Harau yang bisa dieksplor. Apa daya, hari semakin sore saja. Paling seru kalau bermalam di area lembah ini. Ketenangan malam tentu menggoda sekali. Namun, karena jarak Payakumbuh-Bukittinggi tak begitu jauh, tentu kami takkan diizinkan untuk menginap di sini. Apalagi bawa bocah sebanyak ini. Bisa rame satu kampung kalau bocah-bocah ini tidak dipulangkan ke rumah orangtua mereka.

Tampak sekali Junisatya belum puas menikmati kesejukan Lembah Harau. Masih ada beberapa air terjun tersembunyi di lokasi tebing yang lain. Air terjun tentu menjadi objek utama jika main ke Lembah Harau. Keberadaan air terjun ini sungguh penting demi mengairi sawah-sawah warga di lembah. Ada empat air terjun yang terkenal, Sarasah Bunta, Sarasah Murai, Sarasah Aie Angek, dan Sarasah Aie Luluih. Karena air terjun ini jatuh dari tebing terjal yang cukup tinggi, sering terlihat biasan pelangi di puncaknya. Masyarakat setempat percaya bahwa jika pelangi muncul, itu tandanya bidadari sedang turun dari khayangan untuk mandi di kolam air terjun itu. Tentunya itu akan membawa keberuntungan bagi masyarakat sekitar.

Mungkin masih ada kali yang lain untuk kami mengunjungi Lembah Harau, siapa tahu bertemu bidadari.

Komentar

  1. Waktu aku ke sana 3/4 tahun yang lalu belum ada untuk selfie yang bertulisan itu. Pariwisata kedepannya mungkin akan merubah wajah Lembah Harau dan kita berdoa mudah-mudahan tidak merusak tatanan alam di sana. Semoga pembangunan resort-resort hanya akan mempercantik Lembah Harau Bukan sebaliknya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul banget Mba. Dulu belum ada tulisan Harau Valley. Mudah-mudahan beneran gak membabat sawah-sawah di lembah ya. Sayang kalau jadi resort semua. :(

      Hapus
  2. Lembah Harau terlihat segar karena tebingnya hijau-hijau. Beberapa teman yang ke sana pun bilang kalau harus dikunjungi sewaktu main ke Sumbar :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus banget. Ini baru bagian depannya. Aku belum sempat main lebih jauh. Tapi ini list wajib kalo ke Sumbar.

      Hapus
  3. Indah bangeeet, duh semoga ada rezeki ke sana aamiin..hanum jadi tour guide yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus ke sana ya Mba, someday. Aku siap menemani lho. :))

      Hapus
  4. Wah asyik banget tempatnya, Mbak. Tebing2 tinggi dan air terjunnya sangat kece..

    BalasHapus
  5. Wah asyik banget tempatnya, Mbak. Tebing2 tinggi dan air terjunnya sangat kece..

    BalasHapus
  6. Jaraknya 1 sd 2 jam. Kenapa bisa beda ya? apa tergantung dari arus lalu lintas? aku udah naksir banget ini jelajah Sumbar, masih menimbang-nimbang kalo solo traveling bisa nggak menjangkau tempat-tempat ini dengan mudah dan MURAH hahaha.

    omnduut.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kalau lagi musim liburan, bisa 2 jam di jalan. Kalau lagi gak musim liburan, cuma 1 jam juga sampe kok dari Bukittinggi. Kalau Omnduut mau ke sini, harus sedia waktu yang banyak. Karena lokasi-lokasi kece di Sumbar jauh-jauhan (tapi ga musuhan kok) *eh.

      Hapus
  7. Kok menurutku modernisasi Lembah Harau, misalnya dengan dibangun tulisan itu, malah merusak pesona Lembah Harau kak. Lebih baik dibiarkan alami aja hehe.

    Tapi air terjunnya seger banget! Itu yang putih-putih dinaiki para pengunjung apa, kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kak. Setuju banget. Dengan adanya pembaruan, ngeri keeksotisannya berkurang. Semoga ga merusak alam ya.
      Di air terjun itu ada teras teras buat spot foto. Pengunjung tinggal berenang ke sana. Semacam altar kotak gitu yang dilapisi ubin. -_-

      Hapus
  8. pas lihat foto landscape nya lembah harau aku kayak berada di suatu tempat di luar negeri gitu.. ternyata asik banget buat wisata.

    ekspektasiku tadinya ini wisata adventure, pas lihat lagi ternyata termasuk wisata keluarga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener, Koh. Lokasinya sangat terjangkau makanya bisa buat liburan keluarga. Ini baru bagian depan, belum sempet eksplor bagian-bagian ekstremnya. :)

      Hapus
  9. Wah urang awak ya ternyata uni... sekarang tinggal di jakarta kah?? Kalau lagi di Sumbar boleh nih berkabar,, siapa tau bisa kumpul bareng temen2 blogger sumbar, blogger palanta, hehehe..

    Harau ini gak bosen2 dikunjungi, ada aja lokasi foto baru..

    Salam kenal uni..
    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus
  10. Halo Bara. Iya, aku orang Baso, sekolah di Padang, lalu kuliah dan akhirnya menetap di Jakarta. Boleh nih kapan-kapan kalau pulang, kumpul sama teman-teman blogger Sumbar. Biar nambah temen. :))

    Salam kenal.

    BalasHapus
  11. Keren banget, pemandangannya bikin mata seger, surganya para traveller & photographer ini mah

    http://ursulametarosarini.blogspot.co.id/

    BalasHapus
  12. Tahun 2018 saya pertama kalinya berkunjung ke Lembah Harau dan saya sungguh terpesona dengan keindahan Tebing Granit yang menjulang ke langit dipadu dengan hijaunya area persawahan di sekitarnya.

    Pertengahan Agustus 2023 saya motoran dari Jakarta ke Sumatera mengunjungi dan menginap di Lembah Harau lagi. Keindahan Lembah Harau tidak pernah berkurang, hanya jujur saja saya kuatir dengan perkembangan pesatnya resort-resort yang tumbuh bak jamur di musim hujan hampir di seluruh kawasan Lembah Dan masih banyak lagi yg sedang membuka lahan baik dari bekas area sawah maupun bekas area kebun untuk membuka resort-resort dan bangunan komersil lainnya.

    Semoga pejabat terkait dapat mengendalikan pertumbuhan resort dan bangunan komersil lainnya di Lembah Harau supaya tidak mengurangi keindahan alam Lembah Harau.

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts