Cara Cerdas Merencanakan Pendidikan Anak

Dulu almarhum ayah pernah bilang, "Kamu harus sekolah, sekolah, dan sekolah."

Sun Life Edufair 2017

Kalau diingat, dulu kesal sekali disuruh sekolah terus, harus jadi anak yang pintar, harus rajin mengerjakan PR. Tapi ternyata di balik itu semua, aku jadi seperti sekarang ya karena doktrin dari ayah yang selalu mengutamakan pendidikan anaknya. Ketika aku diterima di Universitas Indonesia menjalani jenjang S1, aku bersyukur selalu diomelin ayah kalau ada nilai merah di rapor atau cuma sekadar tidak jago dalam pelajaran Matematika. Aku juga bersyukur ayah begitu ketat mencarikan sekolah terbaik dengan guru-guru terbaik pada masa itu. Waktu itu, sih, ayah melihat gelar nama rata-rata guru di sekolahku. Ayah tidak mau anaknya diajar oleh guru yang belum lulus kuliah S1. Entah kenapa... Mungkin karena guru adalah cikal-bakal perkembangan pendidikan anak. Ya, itu trik zaman dulu yang dilakukan ayahku ketika informasi tentang sekolah dan lembaga pendidikan lain belum sebanyak sekarang. Belum online pula. Aku yakin, setiap orangtua pasti punya trik sendiri dalam merencanakan pendidikan untuk anaknya.

Meski aku belum jadi orangtua, aku telah berkunjung ke banyak tempat dan melihat anak-anak di berbagai daerah yang aktif dan kreatif. Namun, tingkat kreativitas itu berbanding terbalik dengan sarana pendidikan yang ada di daerah itu. Seperti saat aku di Pulau Latondu, Taka Bonerate, Sulawesi Selatan, aku tidak melihat keberadaan SMA di sana. Rata-rata, mereka sekolah cuma sampai SMP. Sisanya, mereka langsung melaut untuk mencari nafkah. Mungkin bagi mereka itu hal yang lumrah, tetapi bagiku, kurangnya pendidikan di sana tentu menjadi masalah. Mereka memang cukup belajar dari budaya dan alam. Tidak memikirkan bahwa ada kehidupan lain di masa depan yang menunggu anak-anak ini untuk mengembangkan ruang tempat tinggal mereka sendiri agar lebih maju. Keterbatasan informasi, edukasi, dan finansial menjadikan perkembangan pendidikan Pulau Latondu jadi jalan di tempat. Apalagi lokasinya sungguh jauh dari daratan Sulawesi. Sebagian dari mereka berpikir atas apa yang ada dan bertindak atas apa yang terlintas.

Sun Life Edufair 2017
Anak-anak di Pulau Latondu, Taka Bonerate.

Anak sekolah di Pulau Sebira, Kepulauan Seribu.

Lalu, di lain kesempatan, aku berkenalan dengan anak-anak di Pulau Sebira, Kepulauan Seribu. Pulau Sebira adalah pulau terdepan di Kepulauan Seribu. Jadi lokasinya di paling utara DKI Jakarta. Aku harus menempuh 4 jam di jalan dengan speedboat. Kalau pakai perahu motor nelayan bisa 9 jam baru sampai di Pulau Sebira. Meski masuk kawasan DKI Jakarta, pendidikan di pulau ini masih terbatas. Bangunan sekolah cuma ada 1 dan menampung jenjang SD dan SMP. Kalau ingin melanjutkan ke SMA, mereka harus menyeberang ke pulau sebelah, Pulau Kelapa Dua atau Pulau Pramuka, dan kuliah di Kota Jakarta. Untungnya Pulau Sebira sudah dapat perhatian khusus dari pemda dan beberapa perusahaan yang memberikan banyak sekali fasilitas penunjang pendidikan. Jadi, meski lokasinya di pulau, mereka tidak ketinggalan informasi tentang dunia luar.

Keterbatasan jangkauan pendidikan dan edukasi yang didapat para orangtua dalam mengutamakan pendidikan anak juga mempengaruhi perkembangan generasi di daerah setempat. Aku baru menyadari itu sejak banyak berjalan dan banyak melihat. Memang tak sia-sia orangtuaku menyekolahkanku. Pasti repot melakukan perencanaan pendidikanku selama ini. Fenomena-fenomena tentang pendidikan yang kulihat sekarang sungguh mengusikku. Generasi muda terus bertambah tapi tidak tumbuh dengan lingkungan yang teredukasi dengan baik. Edukasi bukan dimulai dari anak, melainkan dari orangtua dan calon orangtua. Itu inti yang ingin disampaikan oleh Kak Seto saat talkshow parenting di Sunlife Edufair 2017 yang aku datangi.

Aku menghabiskan akhir minggu lalu untuk datang ke acara edufair yang diadakan oleh Sun Life Financial di Mall Kota Kasablanka. Aku pikir ini acara tentang parenting dan pameran sekolah saja. Namun, aku salah. Sun Life Edufair 2017 dikemas lebih fun, lebih menarik, lebih edukatif, dan terbuka untuk siapa pun. Nggak cuma untuk orangtua atau anak sekolah.

Sun Life Edufair 2017
Sun Life Edufair 2017 hari pertama.

Sun Life Edufair 2017
Talkshow Parenting bersama Kak Seto.

Sun Life Edufair 2017 di Kota Kasablanka
Suasana Sun Life Edufair 2017 di Kota Kasablanka.

Penjelasan Kak Seto tentang pola kecerdasan dan kreativitas anak inilah yang membuatku betah duduk di atrium mall Kokas pada hari itu. Pikiranku ikut berkelana ke mana-mana seiring dengan contoh positif yang diberikan Kak Seto tentang cara-cara didikan anak. Ia ingin menanamkan bahwa anak tidak boleh dimarahi. Hak mereka adalah bermain. Aku jadi senyum-senyum sendiri sambil berpikir, "Kok, aku banyak mainnya malah sampai hari ini?" Kehidupan super fun anak akan mempengaruhi caranya berpikir, bertindak, dan bergaul. Intinya, Kak Seto berpesan bahwa didiklah anak dengan cinta agar ia bahagia. Jika si anak bahagia, kita akan melahirkan generasi yang bahagia juga kelak. Wow sekali ya penjelasan dari Kak Seto. Negara ini memang butuh banyak Kak Seto biar kita tahu dan sadar bahwa pendidikan itu perlu.

Omong-omong soal pendidikan dan beberapa fenomena yang kulihat di beberapa daerah, aku melihat semua keterbatasan pendidikan kita adalah sistem manajemennya. Khususnya dana. Kalau membahas tentang dana, tentu akan sedikit sensitif, apalagi dana pendidikan. Sun Life Edufair 2017 menggandeng 20 sekolah dasar formal dan 5 sekolah informal di Jakarta untuk berpartisipasi dalam School Exhibition serta Brighter Education. Stand-stand sekolah juga didekorasi playful, lengkap dengan payground untuk anak-anak SD. Setiap sekolah diberi kesempatan untuk presentasi di depan pengunjung edufair tentang keunggulan sekolah masing-masing. Bahkan, ada unjuk bakat juga di acara Brighter Talent dari masing-masing perwakilan sekolah. Melihat keunggulan setiap sekolah yang punya cara sendiri dalam mendidik anak, tentu akan sangat berbanding lurus dengan biaya pendidikannya. Agak ngeri, ya, kalau melihat biaya sekolah anak masa kini, setiap tahun terus naik.

Booth-booth sekolah yang super kreatif dan super fun.

Sun Life Edufair 2017
Ada pola bermain sambil belajar yang diterapkan beberapa sekolah.

Namun, rezeki anak selalu ada kalau memang sudah diniatkan. Di event yang berlangsung selama 3 hari ini, para orangtua dan calon orangtua bisa konsultasi juga tentang perencanakan pendidikan anak melalui Sun Life Indonesia. Sun Life membuka fasilitas untuk siapa pun yang ingin membuat perencanaan pendidikan anaknya dengan lebih tertata. Ini ide yang menarik, sih, menurutku. Semua hal tentang pendidikan anak itu memang harus dikomunikasikan. Sun Life sudah memulai itu dengan memberikan beberapa fitur perencanaan pendidikan yang dinamakan Bright Education. Bright Education dari Sun Life Indonesia baru diluncurkan di Sun Life Edufair 2017, lho. Jadi masih fresh from the oven banget, nih. Ini efektif banget buat mengatur perencanaan pendidikan anak. Apa saja yang disediakan oleh Sun Life Indonesia dalam berperan memajukan pendidikan kita?
  • Fitur Sekolah, berisi informasi lengkap tentang sekolah yang hadir dalam School Exhibition di Sun Life Edufair 2017 lalu.
  • Fitur Komparasi, menjadi fitur untuk memberikan perbandingan sekolah untuk mempermudah para orangtua memilih sekolah yang tepat untuk anaknya.
  • Fitur Kalkulator, untuk memproyeksikan biaya pendidikan dan membantu orangtua menyusun perencanaan pendidikan sejak dini.
  • Fitur Artikel, berisi artikel-artikel menarik tentang dunia pendidikan dan anak.
Sun Life Edufair 2017
Sembari ibu-bapaknya nyari informasi tentang Sun Life Indonesia, anak-anaknya asyik main lego.

Betapa beruntungnya kota-kota besar seperti Jakarta yang menyediakan fasilitas perencanaan pendidikan anak sejak dini ini, seperti yang dilakukan Sun Life Indonesia. Beruntung pula anak-anak zaman sekarang yang punya banyak alternatif dalam mengembangkan diri. Tinggal orangtua cerdas saja yang menyalurkannya. Aku harus catat dengan baik, nih, untuk bekal masa depan.

Aku merasa saat ini tak sia-sia telah menempuh pendidikan hingga jenjang S2. Aku punya misi sendiri. Tujuanku bukan untuk jadi akademisi. Bukan. Bukan pula untuk mengejar posisi tinggi di perusahaana BUMN atau pemerintahan. Bukan untuk adu keren atau adu gelar dengan orang lain. Menurutku  kuliah secara tidak langsung menanamkan pola pikir dan cara pandang yang lebih luas, apa pun jurusannya. Aku sekaligus percaya bahwa jika ingin mengubah bangsa ini jadi lebih baik, dimulai dari diri sendiri. Jika aku suatu hari nanti akhirnya jadi ibu, aku sudah siap sepenuhnya.

Komentar

  1. "didiklah anak dengan cinta agar ia bahagia" , powerful sekali pesan Kak Seto yang satu ini. Setuju banget. Dan benar bagaimana sekolah membentuk anak menjadi pribadi kebanggaan bangsa, memilih sekolah penting banget. Makasih share nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kece ya Kak Seto. Selalu suka dengerin Kak Seto ngomong. Setiap kalimatnya itu berisi tapi nggak ngebosenin.

      Hapus
  2. Bermanfaat sekali tulisannya kak, memang merencanakan pendidikan anak itu sangat penting ya... apalagi anak adalah penerus bangsa, jadi masalah mengurus dan mendidik anak bukan hal yang main-main.

    Baca post ini jadi kepikiran untuk merencanakan pendidikan anak-ku nanti haha (padahal married aja belum ><)

    BalasHapus
    Balasan
    1. HAhaha. Gapapa Kak. Direncanakan dari sebelum married juga gapapa. Biar makin siap dan makin sip. :))

      Hapus

Posting Komentar

Popular Posts