Membuka Tahun Baru dengan yang Segar-Segar di Grafika Cikole

Libur panjang Natal dan Tahun Baru tak membuat nyaliku surut untuk menjajaki jalur tol Cikampek dan Cipularang. Mulanya aku dan keluarga berniat ke pemandian air panas di Ciater, Jawa Barat menemani kakek dan nenek Junisatya berendam biar makin bugar di usia lanjutnya. Namun, apa daya, kondisi jalanan tak bersahabat. Kesalahan besar kami adalah kami dengan keras kepala keluar tol Pasteur dan mengambil jalur Punclut yang biasanya menjadi jalur alternatif menuju Jalan Tangkuban Perahu. Ternyata musim liburan begini, jalur Punclut pun padat. Dari Kota Bandung ke Lembang saja menghabiskan waktu 3 jam di jalan. Karena tak mau berlama-lama di jalan, aku mengubah tujuan. Kami mampir ke Taman Grafika Cikole yang berada di jalur Tangkuban Perahu tepat tengah hari.

Taman Grafika Cikole merupakan kawasan resort dan wahana outbond di tengah hutan pinus. Entah kenapa, padahal hampir di setiap perbukitan tentu ada, hutan pinus selalu diminati. Aku sudah mendatangi beberapa kawasan hutan pinus di berbagai daerah. Meski bentuknya sama, tapi hutan pinus itu selalu memesona. Apalagi jika kawasan itu dijaga sebagai lokasi wisata. Karena itu pula, aku dan Junisatya sudah sejak lama ingin sekali ke Grafika Cikole.

Tahun Baru di Grafika Cikole

Tahun baru di Grafika Cikole Lembang

Tahun baru di Grafika Cikole Lembang

Begitu sampai di kawasan Cikole, kami memutuskan makan siang di saung makan Sawarga. Saung ini persis berada di sebelah terminal taman wisata Grafika Cikole. Kupikir karena berlokasi di dekat pusat wisata, harga makanannya akan melonjak tinggi. Tapi tidak di Sawarga. Restoran yang menyediakan saung-saung lesehan di tepi kolam ikan dengan pemandangan suasana outbond hutan pinus, memajang menu makanan tradisional Sunda dengan harga bersahabat di dompet. Jadilah aku memesan makanan sekenyang-kenyangnya di sini sebelum beraktivitas di dalam kawasan hutan pinus Cikole.

Usai makan siang, kami dengan santai berjalan ke pusat informasi Grafika Cikole. Maklum, ini pertama kalinya aku ke Grafika Cikole. Meski sudah baca beberapa artikel tentang Grafika Cikole ini, aku tetap saja masih awam berada di sini. Jadi tuh, voucher tiket masuk dikenai Rp15.000/orang. Voucher itu bisa ditukarkan untuk outbond atau snack di dalam kawasan Grafika Cikole ini. Jadilah aku membeli beberapa tiket masuk. Namun ketika berjalan masuk ke kawasan hutan pinus itu, kami tidak dimintai bukti tiket masuk. Jadi pengunjung bebas langsung berhamburan ke titik-titik cantik di Grafika Cikole itu.

Aku berjalan-jalan di jalan setapak rapi melewati saung-saung restoran dan jajanan. Jalan setapaknya dibuat rapi dengan jalan mendaki dan menurun. Kontur tanahnya memang tidak rata. Mungkin itu pula yang membuat Grafika Cikole ini cantik. Lereng-lerengnya diisi dengan bangku dari beberapa lodge, lalu patung-patung hobbit yang lucu, serta rumah-rumah berbentuk segitiga yang mungil tapi di dalamnya muat hingga 4 orang.

Tahun baru di Grafika Cikole Lembang


Tahun baru di Grafika Cikole Lembang

Tahun baru di Grafika Cikole Lembang

Tahun baru di Grafika Cikole Lembang


Ada beberapa model penginapan yang tersedia di sini. Karena lokasinya berada di tengah hutan pinus, penginapan-penginapan ini juga disesuaikan dengan konsep dekat dengan alam, mulai dari rumah hobbit, glamping, bahkan kemping dengan tenda beneran yang bisa disewa. Area outbondnya juga menarik kok dan cukup luas. Sayangnya aku sedang tidak siap dengan kostum outbond, maklum bawa mamak-mamak dengan para bocahnya serta kakek-nenek. Kalau bawa orangtua sekeluarga seperti ini aku maunya pakai pakaian simple tapi nggak terlalu banyak bawaan, nanti jadi serba repot. Sayang sekali ya, padahal di area seluas ini bisa banget dimanfaatkan untuk kegiatan macam-macam.

Ada beberapa jembatan gantung yang kulihat, terhubung dari rumah pohon satu ke rumah pohon lain. Ada pula area outbond dewasa dan anak-anak. Ada taman strawberry juga, kebun labu dan bunga-bungaan, serta yang paling penting banyak spot foto kece yang bikin hari kita jadi lebih ceria.

Lalu, seorang sepupu menyeletuk, "Kalau begitu, orang nggak perlu bayar tiket masuk. Kalau yang mau naik flying fox, kan memang bayarnya 15.000 rupiah. Kalau yang mau snack juga harganya sama."

Benar juga, ya. Makanya mereka menyebutnya voucher di pusat informasi, bukan tiket masuk. Jadi kalau tidak bayar 15.000 di depan pun tidak apa-apa. Di dalam ada banyak wahana semacam flying fox, rumah pohon, jembatan gantung yang masing-masingnya dikenai biaya sendiri. Itu juga belum termasuk jajanan dan saung-saung restoran. Untungnya sebagian dari kami langsung menukarkan voucher tiket untuk naik flying fox. Jadi nggak rugi.

Tapi, aku nggak jadi menukar dengan outbond (sayang yah), jadinya aku mampir ke saung yang menjual makanan. Aku menukar dengan tempe mendoan saja. Anyway, untuk penukaran snack, ada 3 jenis snack yang bisa ditukar: mendoan, pisang bakar, atau martabak mini. Terserah deh tuh mau pilih yang mana. Terus, kenapa aku memilih melipir ke saung ketimbang ikut flying fox, karena langit Lembang mendadak mendung. Hujan pun turun rintik-rintik dan semakin lebat. Satu lagi kesalahanku, jaket kutinggal di mobil. Udara di sekeliling hutan ini begitu dingin dan angin bertiup kencang. Saung terbuka hanya membantuku dan yang lainnya untuk berteduh. Tidak membantu menghangatkan badan sama sekali. Ternyata Lembang masih dingin, ya, sampai badanku menggigil sendiri.

Tahun baru di Grafika Cikole Lembang


Tahun baru di Grafika Cikole Lembang

Tahun baru di Grafika Cikole Lembang

Begitulah Grafika Cikole dengan segala keindahan yang ditata semenarik mungkin. Area luas di bagian dalamnya masih menunggu untuk ditata juga sepertinya. Siapa tahu nanti saat aku ke sini lagi, Grafika Cikole jadi lebih hidup dengan kebun strawberry, labu, dan jenis buah-buah lain yang tumbuh ranum di area perbukitan.

Oh iya, aku juga punya tips untuk bisa sampai ke lokasi Grafika Cikole ini dari arah Jakarta. Karena akhir-akhir ini Lembang sungguh padat saat weekend, bagi yang mau ke Cikole lebih baik lurus ke tol Cipali dan keluar di pintu tol Subang. Perjalanan dari Subang ke Cikole lebih lega melewati Ciater, daripada harus bermacet-macet dari Kota Bandung menuju Lembang. Perjalanan memang sedikit memutar tapi sangat menghemat waktu dan tenaga.

Komentar

  1. Mamak-mamaknya kakek nenek harusnya outbond aja biar Makin awet muda, abis itu jantungan haha nginepnya berapa per malam?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku gak nginap di sana. tapi penginapan kisaran 800-1 jutaan per malam.

      Hapus
  2. Yang terpenting, semoga tempat seperti ini selalu ter maintenance, dan pengunjungnya gak nakal foto di tenga2 kebunnya. Hehehe.

    BalasHapus
  3. Saya aja yg di bandung belum pernah ke sana heuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau gitu, sediakan waktu segera untuk piknik di sini Kak :)

      Hapus
  4. Udah lama banget ngga berkunjung ke Bandung bagian Tangkuban Parahu. Sekarang, makin banyak destinasi yang bisa dikunjungi rupanya. Dicatet ah nama tempatnya ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya Lembang makin hari makin macet. Katanya nggak cuma weekend aja, tapi setiap hari. Pengembangan wisatanya cukup pesat juga ya. :)

      Hapus
  5. Masih mencoba untuk pergi ke bandung dan sekitarnya saat weekend atau liburan. Ahahaha

    Tapi kapan-kapan bakal nyobain nginep dengan cara nenda di aini deh kayaknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asik nih nenda di kawasan Cikole ini. Adem banget Mas. :D

      Hapus
  6. Mupeng deh hanuum cantiknyaa pemandangan kasih link ke bokap ah biar ke sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha. Foto-fotonya memang pas buat 'ngeracunin' orang biar ke sini juga. :D

      Hapus
  7. Aku sama sekali belum pernah ke Grafika Cikole, hihihi. Kalau sama keluarga biasanya aku ajak ke tempat makan atau tempat santai aja yang nggak banyak wahana, biar nggak merasa rugi udah jauh-jauh ke sana tapi cuma duduk-duduk doang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin kalau nggak sempat sama keluarga, sama pasangan juga lebih mantap Kak. Lebih syahdu aja gitu. *eh

      Hapus

Posting Komentar

Popular Posts