Boleh angkat tangan yang merasa diasuh Doraemon hingga kita tumbuh besar? *ngacung
Hingga kini, tayangan kartun dari Jepang itu tak pernah lengser dari tahtanya pukul 8 pagi setiap hari Minggu.
Siapa yang tidak kenal dengan 5 sosok utama di serial kartun Doraemon? Robot kucing biru, cowok berbaju kuning, celana dongker, cowok bertubuh besar mengenakan kaus oranye, satu lagi cowok yang mukanya agak tengil berbaju biru, serta 1 cewek manis dengan rambut dikepang dan identik dengan nuansa pakaian merah muda. Ya, Nobita, Doraemon, dan teman-temannya.
![]() |
Doraemon oh Doraemon (Poster diambil dari sini) |
Dan di Indonesia, rasa penasaran itu terbayar bulan Desember ini, bulan summer-nya box office Indonesia. Stand By Me Doraemon akhirnya tayang di bioskop.
Film ini pada intinya merangkum kisah Doraemon dari awal datang ke hidup Nobita hingga misinya selesai, yaitu membuat Nobita bahagia. Plotnya di bagian awal terasa cepat dengan berbagai keajaiban-keajaiban yang bisa dihadirkan Doraemon untuk Nobita. Kita mengenal karakter Nobita yang ceroboh, malas, bodoh, manja, dan lemah ini lalu akan dilengkapi dengan kehadiran Doraemon, robot yang dibuat oleh cicit Nobita dari abad 22. Penonton tidak akan dijauhkan dari ciri khas baling-baling bambu, pintu ke mana saja, serta laci lorong waktu di meja belajar Nobita. Karakter Giant, Suneo, dan Shizuka termasuk persaingan dan perselisihan di antara mereka selalu jadi bumbu utama. Adegan bullying masih selalu dilakukan oleh Giant terhadap Nobita. Semua terangkum dalam kisah panjang Stand By Me Doraemon di plot awal.
![]() |
Doraemon kita semua (Gambar diambil dari sini) |
Mungkin tak banyak yang setuju, tapi bagi orang yang menghabiskan masa kecilnya di tahun 90-an, tentu akan sependapat. Stand By Me Doraemon adalah sebuah kata perpisahan yang tepat untuk generasi 90-an. Kenapa? Karena kita sudah beranjak dewasa. Meski Doraemon masih ada di layar kaca, tentu kita tak bisa menikmatinya seperti dulu. Sekarang saatnya anak-anak yang menikmati kartun itu. Namun, nuansa dan pesan yang didapat mereka (anak zaman sekarang) dengan kita (anak 90-an) berbeda. Bisa jadi karena pengaruh pola hidup, alternatif tontonan, menjamurnya TV kabel, akses video semacam Youtube lebih seru, dan masuknya era digital, tentu rasa kebersamaan dengan Doraemon setiap Minggu pagi tak terlalu berkesan.
Nobita jauh dari kesan sempurna. Doraemon hanya pemberi jasa untuk melambungkan impian Nobita. Lalu kita? Film ini terkecap sempurna untuk ditonton bersama sahabat, saudara, teman yang memang dari kecil sudah menjadi penonton setia Doraemon, atau barangkali pembaca komiknya juga.
Stand By Me Doraemon memang layak disebut sebagai sebuah perayaan kenangan. Kita akan diajak tertawa, senyum-senyum, terharu, sedih, dan akhirnya akan lega.
0 komentar:
Post a Comment