Ancala Lahir di Oktober


Dari dulu aku yakin, bulan Oktober itu selalu istimewa (buatku). Dan aku pun terbiasa setiap tahun menantikan setiap kejutan yang ada di bulan itu. Selain karena memang aku dilahirkan bulan Oktober, entah memang takdirku atau memang pikiran positif benar-benar menyusup di benak ini kala bulan itu tiba, selalu ada saja keceriaan yang tersisip.

Bulan Oktober adalah bulan bahasa. Begitu yang diyakini bangsa ini. Pas banget dengan hobi menulisku, peka dengan kata dan senang berbahasa. Tuhan sudah menyuratkan itu sepertinya. (Hehehe...) Tak sia-sia aku dilahirkan di bulan bahasa. Karena.... selalu ada kabar gembira tentang nuansa buku dalam hidupku.

Yawn, Oktober selalu mengiringi kegembiraan-kegembiraan yang kuraih.
Kisah Oktober istimewa itu bermula kala cerpenku “Jemari Laurin” masuk ke dalam antologi cerpen dan dipilih sebagai judul cover Jemari Laurin pada Oktober 2007. Lalu pada Oktober yang lain, tahun 2011 bahkan bertepatan pada tanggal kelahiranku, novel kolaborasi Sarekat Penulis Kuping Hitam, Lenka, pun launching. Siapa yang bisa mengingkari kenikmatan bulan Oktober? Hampir menyamai kenikmatan bulan Ramadhan. Subhanallah.

Lalu....

Tahun ini... 2013. Oktober membawa kabar baik lagi. Kumcer Penunggu Puncak Ancala terbitan Bukune dengan tagline "Kisah Horror Pada Pendaki" beredar di semua toko buku. Ini proyek berlima sesama pencinta traveling dan hiking. Kami dapat kesempatan bertemu dan menuliskan masing-masing 2 kisah pengalaman mistis atau horror yang dialami dalam perjalanan masing-masing. Ibarat ketemu jodoh, kami berlima (yang baru kenal) tetiba disuruh langsung nulis. Hasil obrolan, candaan, sharing, serta mimpi menulis buku, chemistry kami pun tidak kalah keren dibanding chemistry bintang sinetron. Dari cuap-cuap kami berlima pun, lahirlah Penunggu Puncak Ancala tepat awal Oktober ini.






Ini buku ketigaku, tapi rasanya kegembiraan yang hadir di dalamnya meluap-luap. Kenapa? Karena aku terlibat langsung,  tidak hanya proses kreatif, tapi juga interaksi dengan editor, ilustrator, desainer grafis. Kami juga diberi kesempatan untuk menentukan cover dan pemantapan judul. Prosesnya pun tidak sebentar. Kami harus mempertimbangkan keadaan pasar juga (baca: pembaca).

Sekarang lagi tren bacaan horror. Dan buku-buku horror pun mendapat 1 tempat khusus di beberapa toko buku. Kami pun disiapkan menjadi bagian dari itu, tetapi diharapkan mampu mencuat di tengah tren horror yang sedang melanda. Mulanya kupikir, karya ini terlalu mainstream. Tapi, setelah buku ini terbit, kenapa harus risau dengan kata "mainstream"? Kalau mainstream tapi mampu menonjol dibanding yang lain, ini baru keren. Dan kami berlima yakin, karya kami tidak akan begitu saja ditinggalkan. Sejauh ini, hasilnya tidak mengecewakan. Kami masih menunggu komen dari para pembaca. Kapan lagi, kan, pendaki menulis kisah yang tak biasa?! Inilah kami, penulis Ancala.

Aku pun berpikir, ini benar-benar seperti melahirkan bayi. Writing and releasing your own book is like bearing a baby who renews your generation, your life, your mind.

Rasanya kelahiran buku ini membuatku ingin terus eksis. Eksistensi itu penting karena itu yang membuat kita hadir.

Semoga setelah ini proyek berikutnya mengalir deras. Dan bagiku semua berawal dari Oktober. Semoga ada gembira, cerita, dan cinta lagi di Oktober berikutnya.

Komentar

Popular Posts