Sensasi Perjalanan ke Takabonerate, Sulawesi Selatan

Ada pesona tersembunyi lain yang terletak di laut Indonesia: Taman Nasional Bawah Laut Takabonerate. Di sinilah surga karang aneka rupa terbentang di bawah laut kita. Tentu banyak yang belum tahu. Untungnya aku anak yang kadang-kadang antimainstream. Di saat semua orang ke Wakatobi, aku malah milih ke Takabonerate. Di manakah itu?

Pulau Tinabo, salah satu pulau di Takabonerate

Jangan ditanya! Yang namanya surga, pasti sulit ditempuh. Harus rela bersusah-susah dalam perjalanan. Kamu tahu Laut Flores, kan? Nah, Kepulauan Takabonerate ada di Laut Flores bagian utara. Butuh 18 jam perjalanan dari Kota Makassar untuk sampai ke sana. Buatku, ini adalah petualangan panjang mengarungi laut. Kalau mabuk laut, mending siapkan mental, ya. Buat yang phobia laut, mungkin perjalanan ini sangat tidak disarankan.

Kami berangkat dari Makassar pukul 3 dini hari menuju Tanjung Bira, Bulukumba. Jalur darat ini kami tempuh selama 5 jam. Lumayan, bisa tidur di mobil buat menghemat tenaga. Kami sempat mampir di Pantai Seruni, Kabupaten Bantaeng untuk meluruskan kaki sekaligus menikmati pagi. Memang tak lama. Kami harus mengejar kapal yang berangkat dari Bira ke Pulau Selayar pukul 9 pagi. Yes. Di sinilah perjalanan laut tak berujung dimulai.




Pagi di Pantai Seruni
Kapal dari Tanjung Bira ke Selayar cuma 2 jam. Tapi menunggu kapalnya datang juga PR banget karena panas pagi begitu menyengat di sana. Untung saja, begitu kapal datang, kami langsung menyerbu masuk dan menemukan ruang VIP. Kami butuh suhu rendah untuk menghapus keringat. Dan, lagi-lagi, dalam 2 jam di kapal, kami tidur (lagi) hingga kapal merapat di Pelabuhan Pamamata, Selayar. Bangun-bangun, kapal sudah merapat di Pelabuhan Pamamata. Yeay. Saatnya perjalanan dilanjut melalui jalur darat ke Kota Benteng tempat kami makan siang, 30 menit dari pelabuhan.

Pelabuhan Tanjung Bira

Di kapal menuju Selayar
Tengah hari di Kota Benteng menjadi awal mula kegosongan kulit. Matahari terik sekali. Kami harus melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Patumbukan dalam 2 jam jalur darat. Harus joget disko di dalam mobil karena jalan yang tidak rata dan berliku-liku. Kalau di peta, kami menelusuri Pulau Selayar dari ujung utara ke ujung selatan. Di pelabuhan kecil Patumbukan ini, perahu kayu yang kami sewa sudah menunggu.
Kami siap berlayar ke Kepulauan Takabonerate!



Pelabuhan Patumbukan, Selayar


Memulai perjalanan di perahu kayu
Perahu motor siap berlayar.
6 jam perjalanan laut, sudah biasa buatku. Tapi 6 jam berada di perahu kayu? Ini pengalaman baru, bahkan bagi semua teman-teman trip-ku. Mulanya kami antusias. Jepret sana, jepret sini, padahal panas sore cukup menyengat di perahu tak beratap itu. Kami bisa melihat banyak ikan terbang (sampai saat ini aku tidak tahu nama spesiesnya apa). Lalu kami juga berjumpa dengan beberapa lumba-lumba yang melompat berlawanan arah dengan perahu kami. Coba searah, mungkin mereka akan menunjukkan atraksi sore hari di lautan mengiringi perahu. Sayang sekali.


Semangat menurun setelah lebih dari satu jam perjalanan. Kami pun selonjoran dan tidur dengan life vest sebagai bantal. Angin mulai terasa agak kencang dan ombak menjadi tinggi. Tidak membahayakan, kok. Kami tidur karena mati gaya. Berniat bangun saat sunset. Tapi yang ditunggu tak kelihatan karena tertutup awan. Yasudah, kami lanjut tidur hingga langit gelap.

Malam tak lantas memberikan kegelapan. Begitu membuka mata, bintang bertaburan. Serasa berada di Planetarium. Banyak sekali gugusan bintang membentang. Ini gugusan bintang paling rimbun yang pernah kulihat. Beberapa kali kulihat bintangnya bergerak. Apa itu yang dinamakan bintang jatuh? Kurasa iya. Sangat indah. Saking indahnya, memudarkan kebosanan kami berada di perahu itu.

Kami sampai bertanya-tanya, bagaimana nahkodanya menentukan arah, ya? Mereka tidak menggunakan kompas. Hanya bermodal senter, satu orang berdiri di ujung perahu bagian depan untuk menunjukkan jalan. Sungguh hebat pengetahuan mereka tentang laut. Ilmu pengetahuan yang kita dapat di sekolah tak cukup untuk mengetahui sampai ke tingkatan ini.

Satu jam terakhir sebelum sampai di Pulau Tinabo, perahu melambat. Kami sudah memasuki wilayah banyak karang. Perahu harus pintar mencari celah di antara karang agar tidak karam.

FYI, Takabonerate sendiri berasal dari Taka yang artinya batu (karang), Bone artinya pasir, Rate artinya di atas. Jadi Takabonerate itu batu atau karang di atas pasir. Puitis banget, ya. Batu di atas pasir ini dimaksudkan pada kepulauan yang terdiri dari pulau karang. Itulah sebabnya Takabonerate itu disebut atol yang terbesar nomor tiga di dunia setelah Kwajalein di Kepulauan Marshall dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa. Sounds good, yeah?!

Karena kapal mulai melambat, berarti inilah perairan Takabonerate yang penuh jebakan karanng. Pulau Tinabo sudah dekat. Homestay sudah memanggil. Aku butuh kasur. 18 jam perjalanan itu sungguh melelahkan.

Homestay di Pulau Tinabo


Eits, tapi jangan berekspektasi lebih selama di sini. Tidak ada air tawar, yang ada payau (menurutku ini asin). Listrik cuma menyala 6 jam dari pukul 6 sore hingga 12 malam. Pas kami sampai di sana sudah pukul 9 malam. Artinya kami punya waktu 3 jam untuk makan malam dan bebersih diri di pulau yang sunyi ini.

Beginilah sensasi perjalanan dari Makassar ke Takabonerate. Liburan baru saja dimulai. Cheers!

Komentar

  1. Di bibir pantai, kayaknya kedalaman lautnya langsung ekstrem yak.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Beby. Enggak kok. Pantainya landai. tapi memang setelah itu banyak karang di kedalaman 1-5 meter. Nggak terlalu ekstrem. :D

      Hapus
  2. Mba seruuu bgtt ceritanyaa.. Aku jd pengen kesana sama temen2 ku inshaa Allah.. Boleh minta contact person yg mba punya selama trip kesana mba? Untuk sewa mobil, kapal, home stay, lokal guide, dll
    Terimakasih banyak mba sebelumnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo. Kebetulan waktu aku ke Takabonerate, temenku yang ngurus semuanya. Dia yang jadi Tour Leader perjalanan kami. Bisa langsung kontak dia kok >> Arifin 085691020034

      selamat berlibur Kakaa :D

      Hapus
  3. Keren mbak... Sya blum pernah ksna pdhl tinggal d daratan sulsel...

    Visit blog sya juga mbak... www.mangandosetiawan.com

    BalasHapus
  4. View pantainya keren banget mbak :)

    BalasHapus
  5. Keluarga udh ada yang ke sini, katanya keren banget... bisa berenang sama hiu kecil juga kan ya?

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts