Kupas Tuntas Transportasi Selama Jelajah Banyuwangi
Banyuwangi, Jawa Timur, sudah ada di wishlist-ku sejak lama. Sebelum ini ada beberapa rencana untuk menjelajah daerah di ujung timur Pulau Jawa itu, entah dengan roadtrip dari Jakarta sekalian mencoba tol baru, entah dengan kereta, bahkan ada ajakan teman untuk menemaninya naik sleeper bus yang katanya nyaman. Namun, rencana-rencana itu menguap seiring dengan masuknya pandemi. Semua harapanku untuk piknik bahkan jarak dekat pun pupus.
Namun, setelah 7 bulan di rumah, kesempatan untuk menjelajah Banyuwangi akhirnya datang. Aku sudah sangat iri membaca blog teman-teman yang mendaki Kawah Ijen dan bersenang-senang di Baluran, atau foto cantik di De Djawatan Benculuk. Siapa sangka, Banyuwangi memanggilku dan trip #TransmateJourney Banyuwangi ini tersampaikan menjelang akhir tahun 2020.
Aku mau berbagi cerita seru tentang perjalananku di Banyuwangi. Aku ingin memulainya dengan transportasi, sebuah penghubung krusial yang menghubungkan Jakarta dengan Banyuwangi. Bagaimanakah transportasi Jakarta-Banyuwangi?
Kalau kamu mengunjungi Banyuwangi, aku sarankan kamu untuk memilih jalur berangkat dan pulang yang berbeda karena setiap jengkal perjalanan kita selama menjelajah Banyuwangi adalah sebuah cerita. Apalagi dengan kondisi pandemi seperti ini, kisah perjalanan bermasker pun dimulai.
Berangkat ke Banyuwangi
Kereta Api Argo Bromo Anggrek Eksekutif (Stasiun Gambir - Stasiun Pasar Turi)
Melangkah ke Banyuwangi adalah sebuah perjalanan panjang. Aku memilih kereta api agar perjalanan lebih nyaman mengingat kita harus memperhatikan protokol kesehatan. Kapasitas penumpang kereta api dikurangi agar bisa menerapkan seat distancing. Aku bisa duduk di kereta dengan leluasa karena bangku sebelah kosong. Senang deh, semua penumpang berjarak begini. Perjalanan ini memang terasa sangat berbeda. PT KAI sudah menyiapkan fasilitas angkutan publik demi mencegah penularan Covid-19.
Stasiun Gambir |
Magic hour di Stasiun Pasar Turi Surabaya |
Kereta Api Argo Bromo Anggrek |
Pastikan face shield dipakai ya. |
Protokol Kesehatan di Stasiun Gambir |
Aku berangkat naik kereta api Argo Bromo Anggrek kelas Eksekutif dari Stasiun Gambir. Harga tiketnya Rp450.000 per Oktober 2020. Kamu bisa pesan tiket kereta api di aplikasi KAI Access atau di web KAI. Seperti halnya bepergian dengan pesawat, naik kereta api jarak jauh pun harus membawa surat keterangan sehat, hasil rapid test, atau PCR test. Ada loket untuk rapid test dengan harga Rp85.000 khusus penumpang kereta api. Kita tinggal menunjukkan tiket dan hanya dibuka pukul 07.00-19.00. Kebijakan tiap stasiun berbeda karena tidak semua stasiun menyediakan posko rapid test. Jika ingin rapid test murah di stasiun, aku sarankan datang sehari sebelum berangkat ya, untuk mengantisipasi antrean yang panjang.
Saat check in dan pengecekan dokumen kesehatan, petugas KAI membagikan face shield sebagai tambahan keamanan. Pastikan face shield ini kamu gunakan selama berada di gerbong kereta. Aku masih melihat beberapa penumpang melepas face shield bahkan tidak membuka bungkusnya sama sekali. Mari sama-sama kita jaga protokol kesehatan saat berada di dalam kereta api. Apalagi perjalanan dari Jakarta ke Surabaya menghabiskan waktu 9 jam naik KA Argo Bromo Anggrek. Bukan waktu yang singkat, lho.
Kereta Api Wijayakusuma Eksekutif (Stasiun Surabaya Gubeng - Stasiun Banyuwangi Kota)
Aku sengaja naik kereta dari Stasiun Gambir pukul 08.15 agar sampai di Surabaya menjelang magrib, pukul 17.15. Aku masih bisa makan malam di sekitar Stasiun Pasar Turi sebelum pindah stasiun ke Stasiun Surabaya Gubeng karena waktu transitnya lumayan lama, hampir 7 jam. Jadwal kereta api Wijayakusuma dari Stasiun Surabaya Gubeng itu pukul 00.25 dan sampai di Stasiun Banyuwangi Kota pukul 06.39. Percayalah, kini jadwal kereta api serba tepat waktu. Ketepatan waktunya lebih baik daripada beberapa maskapai pesawat yang sering delay.
Pagi di Stasiun Banyuwangi Kota |
Protokol kesehatan di Stasiun Gubeng |
Memilih jadwal kereta ke Banyuwangi ini sungguh tricky. Kamu harus benar-benar cek jadwal kedatangan di Surabaya dan jadwal keberangkatan ke Banyuwangi. Jadi bisa dilihat rentang waktu transitnya karena tidak ada jadwal yang sinkron dan waktu transit yang sebentar. Seperti kasusku, ada beberapa pilihan jadwal kereta Surabaya-Banyuwangi. Namun, karena aku mencari kereta eksekutif dan perjalanan malam, jadwalnya cuma pukul 00.25 dan perjalanannya memakan waktu 6 jam, jadi aku memilih KA Wijayakusuma Eksekutif dengan harga tiket Rp190.000. Apalagi saat pandemi, armada kereta yang bolak-balik Surabaya-Banyuwangi dikurangi. Cek-ricek lagi ya, untuk info jadwal kereta ke Banyuwangi.
Tips transit panjang dalam perjalanan selama era pandemi:
- Ganti masker
- Bebersih, ganti pakaian (mandi jika memungkinkan)
- Semprot pakaian dengan disinfektan untuk mencegah penyebaran virus yang siapa tahu menempel di pakaian
- Bersihkan face shield dengan tisu basah dan semprot disinfektan juga (walaupun saat check in di Gubeng, kita dapat face shield yang baru)
- Minum air putih cukup
- Minum suplemen
- Selalu pakai baju lengan panjang (aturan dari KAI)
- Hindari kerumunan dan tetap jaga jarak
Transit di Stasiun Surabaya Gubeng cukup nyaman. Tak jauh beda dengan Stasiun Pasar Turi, toiletnya jauh lebih bersih dan musala juga disediakan tanpa karpet. Kita bisa menunggu di bangku-bangku yang sudah disediakan di dalam stasiun. Semuanya seat distancing, kok. Jadi jangan khawatir. Siapkan saja unduhan streaming film atau drama Korea untuk menemani kita selama waktu transit.
Keliling Banyuwangi GRATIS
DAMRI
Nggak sia-sia perjalanan panjang dari Jakarta ke Banyuwangi dan transit di Surabaya. Begitu sampai di Banyuwangi, aku menemukan banner angkutan DAMRI dengan beberapa rute tempat-tempat wisata. Ini yang kucari. Dan, yang paling membuat mata berbinar-binar adalah kata 'GRATIS' di banner itu. Aku langsung unduh DAMRI Apps dan melihat rute yang disediakan. Wow, ada 4 rute yang kebetulan rute yang sejalur dengan itinerary-ku selama 4 hari di Banyuwangi. Ini, sih, aku setiap hari bisa naik DAMRI aja.
Fasilitas DAMRI gratis ini merupakan bagian dari program Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang disiapkan oleh Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan Banyuwangi, dan DAMRI. Aku bahagia ketika melihat rute-rutenya, bisa menjangkau kawasan wisata Banyuwangi bagian utara, tengah, dan selatan. Titik keberangkatan semua rute ada di alun-alun Banyuwangi, Taman Sritanjung. Namun, bagi kita yang traveler, DAMRI juga melewati stasiun, terminal, dan bandara. Tinggal kita sesuaikan dengan jawal di tiap-tiap titik.
Jadi, sepertiku, yang kebetulan turun di Stasiun Banyuwangi Kota, aku bisa langsung menemukan DAMRI di stasiun dan bisa langsung berangkat ke destinasi tujuan pertama. Aku naik DAMRI rute Taman Nasional Baluran pada hari pertama yang berhenti di Pantai Watudodol, tempat menyeberang ke Pulau Tabuhan. Setelah itu, aku bisa snorkeling di penangkaran hiu Pantai Bangsring (keseruannya aku tulis di blog post terpisah ya).
Dengan naik DAMRI yang sudah ada di Stasiun Banyuwangi Kota, aku tidak perlu lagi bingung mencari penyewaan motor atau mobil untuk keliling Banyuwangi. Kalau ada pilihan angkutan yang langsung ke lokasi tujuan dan praktis begini, kenapa harus mengeluarkan budget banyak. Bandara, terminal bus, dan stasiun kereta sudah terkoneksi dan terintegrasi di Banyuwangi.
Buat yang penasaran rute DAMRI ini ke mana aja? Aku tulis detailnya di bawah ya.
Ada DAMRI di TN Baluran |
Rute DAMRI Gratis di Banyuwangi
- Taman Sritanjung - Taman Nasional Baluran
Rute: Taman Sritanjung - Pantai Watudodol - Pantai Bangsring - TN Baluran
Armada: Bus
Jadwal:
Start dari Taman Sritanjung pukul 06.00, 10.00, 14.00
Start dari TN Baluran pukul 08.00, 12.00, 16.00
- Taman Sritanjung - Taman Nasional Alas Purwo
Rute: Taman Sritanjung - Terminal Terpadu Wisata - Bandara Banyuwangi - Terminal Muncar - TN Alas Purwo
Armada: Hiace
Jadwal:
Start dari Taman Sritanjung pukul 07.00, 13.00
Start dari TN Alas Purwo pukul 10.00, 16.00
- Taman Sritanjung - Kawah Ijen
Rute: Taman Sritanjung - Terminal Brawijaya - Stasiun Banyuwangi Kota, Kawah Ijen
Armada: Hiace
Jadwal:
Start dari Taman Sritanjung pukul 08.00, 13.00, 18.00
Start dari Kawah Ijen pukul 10.30, 15.30, 20.30
- Taman Sritanjung - Pulau Merah
Rute: Taman Sritanjung - Terminal Terpadu Wisata -Bandara Banyuwangi - Djawatan Benculuk - Kampung Primitif - Pulau Merah
Armada: Bus
Jadwal:
Start dari Taman Sritanjung pukul 06.00, 12.00
Start dari Pulau Merah pukul 09.00, 16.00
DAMRI setia menunggu kita kalau ingin turun buat foto-foto sebentar. |
Tuh, kan, banner Gratis-nya menggiurkan. |
DAMRI masuk TN Alas Purwo |
Karena sebelumnya banyak yang bertanya padaku tentang DAMRI gratis ini di DM dan komen Instagram, aku mau klarifikasi di sini. Jadi yang gratis itu ongkos angkutan DAMRI saja ya. Untuk tiket masuk tempat wisata dan konsumsi ditanggung sendiri. DAMRI sifatnya hanya sebagai angkutan kita ke tempat tujuan, ya seperti naik bus lainnya. Bedanya, setiap mau naik DAMRI baik berangkat maupun pulang, jangan lupa pesan lewat DAMRI Apps ya untuk meminimalisir kontak fisik dengan orang lain.
Angkutan DAMRI ini sudah menerapkan protokol kesehatan. Semua unit armadanya rutin disemprot disinfektan. Bangkunya seat distancing. Sopirnya menggunakan masker, face shield, dan sarung tangan. Di dalam mobil pun tersedia hand sanitizer.
Rupanya Banyuwangi telah menerapkan protokol kesehatan seperti ini untuk semua aspek publik. Tempat-tempat wisatanya pun merupakan kawasan wajib mengenakan masker. Di pintu masuk selalu ada wastafel untuk cuci tangan. Tempat-tempat makan, termasuk warung kecil sekalipun juga menyediakan tempat cuci tangan. Sebegitu disiplinnya mereka menerapkan protokol kesehatan demi mencegah penularan Covid-19.
Menyeberang ke Gilimanuk, Bali
Kapal Ferry (Pelabuhan Ketapang - Pelabuhan Gilimanuk)
Sudah sejak dulu orang-orang familiar dengan Pelabuhan Ketapang karena Banyuwangi memang gerbang penyeberangan menuju Pulau Bali. Melihat kapal-kapal datang dan pergi meninggalkan dermaga Pelabuhan Ketapang, aku tergoda untuk menyeberang sebentar. Waktu tempuhnya cuma 45 menit. Sampai di Gilimanuk, aku bisa berkeliling Taman Nasional Bali Barat dan mencoba ayam betutu khas Gilimanuk yang terkenal enak.
Kapal dari Gilimanuk mau merapat. |
Seperti angkutan luar kota lainnya, protokol kesehatan juga diterapkan petugas ASDP sebelum naik kapal. Pembelian tiket dalam pelabuhan ditiadakan. Jadi yang mau menyeberang ke Gilimanuk, dapat membeli tiket secara online.
Harga tiket kapal ferry Ketapang-Gilimanuk
Penumpang dewasa Rp 8.500
Penumpang anak-anak Rp2.200
Penumpang dengan kendaraan
Sepeda: Rp 9.000
Sepeda motor: Rp27.000 - Rp39.000
Mobil sedan: Rp185.500
Namun, ada aturan yang sedikit membingungkan. Pelabuhan Ketapang sendiri tidak mewajibkan membawa hasil rapid test/PCR test. Namun, pemerintah Bali masih menerapkan pemeriksaan itu. Jadi, bagi yang ingin menyeberang di pelabuhan ini, tetap bawa surat rapid test/PCR test. Lagipula itu demi keamanan kita dalam bepergian, kok.
Kembali ke Jakarta
Pesawat Garuda Indonesia Explore Jet Bombardier (direct flight Bandara Banyuwangi - Bandara Internasional Soekarno-Hatta)
Pulang dari Banyuwangi, aku memilih jalur yang berbeda. Berangkat dengan kereta api, pulangnya dengan pesawat. Ini membuktikan bahwa Banyuwangi terkoneksi dengan berbagai jalur transportasi. Banyuwangi semakin terbuka untuk dikunjungi, apalagi status bandaranya adalah bandara internasional. Selama pandemi, penerbangan internasional ditiadakan sementara. Tapi tenang, untuk penerbangan dalam negeri masih ada kok.
Begitu sampai di Bandara Banyuwangi, aku langsung terkesima dengan konsep berbeda yang diusung bandara ini. Biasanya bandara identik dengan pintu kaca otomatis, AC yang terasa dingin, konsep interiornya modern dan futuristik. Namun, tidak bagi Bandara Banyuwangi. Ini adalah bandara pertama yang mengusung konsep green airport.
Takut telat. |
Bandara terasri yang pernah aku lihat. |
Kayu ulin di ruang tunggu Bandara Banyuwangi |
Cuci tangan dulu ya sebelum validasi dokumen kesehatan. |
Ada 2 puncak segitiga di bagian atap yang terinspirasi dari udeng Banyuwangi, ikat kepala laki-laki khas Banyuwangi. Atap berbentuk udeng itu dikelillingi rumput hijau yang sepenuhnya memenuhi sisi atap. Lalu terlihat pula tanaman lee kwan yew menjuntai yang membuat suasana sejuk di bagian teras bandara. Aku paling senang duduk di pinggir kolam ikan sebelum masuk ruang tunggu. Areanya open space dengan sunroof di atap untuk penerangan lebih baik pada siang hari. Ruangan dipenuhi kayu ulin yang memberikan nuansa asri. Kayu ulin ini yang sebagian besar memafaatkan bahan pembuat badan kapal yang tak terpakai lagi. Ventilasi besar dan kipas angin di langit-langit memberikan sirkulasi udara yang baik. Ternyata ada ya, bandara yang ramah lingkungan dan hemat energi begini. Ini bandara non-AC pertama yang aku datangi.
Jika kamu ingin bepergian naik pesawat, ini beberapa hal yang harus kamu perhatikan.
- Tunjukkan hasil rapid test/PCR test di pos pemeriksaan
- Unduh aplikasi eHAC (Indonesia Health Alert Card) resmi dari Kementerian Kesehatan, isi formulir kesehatannya pengganti kertas kuning yang biasanya dibagikan di pesawat. Kali ini QR Code yang didapat setelah mengisi form tinggal di-scan di bandara kedatangan
- Wajib memakai masker
- Tidak semua maskapai menerapkan seat distancing, jadi sesuaikan dengan budget perjalananmu
- Maskapai yang tidak menerapkan seat distancing biasanya membagikan face shield saat naik pesawat
- Ada maskapai yang memberikan fasilitas rapid test gratis
- Datang ke bandara lebih awal
Open space ini jadi favoritku. |
Duduknya sendiri-sendiri. |
Aku naik pesawat Garuda Indonesia jenis Explore Jet Bombardier. Aku beli tiket beberapa hari sebelum berangkat ke Banyuwangi dengan harga Rp904.900 (Oktober 2020). Karena ini jenis pesawat kecil yang bangkunya 2-2, aku leluasa duduk sendirian karena seat distancing. Duduk di window seat selalu jadi favoritku. Dan, kini nggak perlu permisi ke orang sebelah untuk lewat dan berjalan ke toilet. Seat distancing ada untungnya juga ya.
Dengar-dengar, Garuda sudah melepas pesawat Explore Jet Bombardier ini per November 2020. Itu artinya ini perpisahanku dengan pesawat GA Explore Jet Bombardier. Rasanya berat meninggalkan Banyuwangi. Tapi, nanti aku akan kembali ke sana.
Terharu, petugas bandara dadah-dadah ke pesawat yang akan lepas landas. |
View favoritku dari jendela pesawat. |
Penerbangan langsung dari Banyuwangi ke Jakarta memakan waktu lebih kurang 2 jam. Kalau bisa ambil penerbangan pagi atau siang ya agar bisa melihat pemandangan cantik Jawa Timur lewat jendela pesawat. Untuk cerita tempat-tempat yang aku kunjungi selama di Banyuwangi, aku akan tulis di blog post terpisah ya.
Foto-foto di artikel ini adalah hasil kolaborasi perjalanan #TransmateJourney Banyuwangi ku bersama Salman Faris.
Aku baru tau tnyt beda stasiun ya untuk lanjut BWX. Trus menarik bngt pake aplikasi DAMRI Nya. Kalo gratis sih asik bgt yaaaa #sobatcuan
BalasHapusIya dong. Pencinta gratis kumpuuuul!!!!
HapusCool 🥰🥰
BalasHapusTerima kasih sudah mampir :)
HapusAku liat ini kaya ikutan perjalanannya juga kak. Dokumen perjalanan selama covid di bandara rada ribet sekarang ya..
BalasHapusSengaja aku tulis tuntas untuk mempemudah teman-teman yang mau bepergian era pandemi ini kak. Kita harus jaga kesehatan masing-masing aja :)
HapusKok di akhir cerita perjalanan ini saya jadi ikut terharu nih. Lihat dan baca caption pada foto petugas bandara Banyuwangi yg dadah dadah ke pesawat beserta penumpang di dalamnya... Hehehe...
BalasHapusSuka dengan pengalamannya. Akan lebih leluasa pastinya kalau pandemi sudah tidak ada ya
REncanakan tahun depan aja kak. Semoga pandemi sudah berakhir.
HapusOngkos transport Damri gratis ya .. okee bangeet nih mba dan semoga makin banyak yang bisa jalan ke sini
BalasHapusIya, dong. Urusan transportasi sudah tersedia, tinggal kita siap jalan nih mba. Hehe
HapusEnaknya jalan-jalan. Sbnrnya klo sy dr jkt skg ud paling enak lewat jalan darat, krn ud ad tol baru itu lho
BalasHapusIya benar. Jalurnya sudah lebih asik sekarang. Kapan-kapan kalau aku roadtrip ke sana, aku mau video dan cerita di blog ini ah. Biar komplit cerita perjalanannya :)
HapusSubhanallah perjalanannya ke BWI menyenangkan banget mbak. Aku yang di Bali belum kesampaian eksplore ke Banyuwangi rasanya jadi mupeng pengen kesana. Waah naik kereta dan pesawat terbang, jadi kangen naik keduanya...secara sejak pandemi ini saya belum naik kereta saat mudik ke Jawa atau naik pesawat dari bandara I Gusti Ngurah Rai. Lihat bandara Banyuwangi jadi ikut penasaran akan bandara ini. Semoga suatu saat bisa plesiran nyebrang ke BWI.
BalasHapusAamiin. Semoga next time bisa ya kak. Mumpung dari Bali deket nih ke Banyuwangi.
HapusAku ke Banyuwangi udah lama buangeet. Kayaknya pengen diagendakan ke sini suatu saat nanti
BalasHapusPasti udah banyak berubah deh BWI dari yang dulu sama sekarang ya mba
HapusDAMRI gratisnya sampai kapan, Num? Boleh nih dicoba ke BWI lagi. Pingin ke Alas Purwo aja, soalnya destinasi ini yang belum pernah dikunjungi.
BalasHapusDenger-denger sih sampai Desember, tapi bisa jadi diperpanjang kalau peminatnya banyak. Alas Purwo bagus lho mba. Hehehe
HapusAsik juga naik nyoba ke Banyuwangi naik kereta, aku penasaran tuh sama pantainya mba kalo di Banyuwangi katanya gak kalah sama Bali loh.
BalasHapusIya, banyak pantai di Banyuwangi. Aku aja belum ke G-Land dan pantai-pantai lainnya. Makanya pengen balik lagi suatu saat.
HapusLumayan juga encok ya duduk terus Num, dari Jakarta udah 9 jam, masih lanjut lagi 6 jam ke Banyuwangi. Jauh juga ya Banyuwangi dari Surabaya. Namun dapat melihat keindahan Banyuwangi bisa mengobati lelah dan encok yaaa
BalasHapusDahsyat encoknya mba. Hahahah. Untung eksekutif, kalau ekonomi, perjalanannya lebih luamaa
HapusAku pernah ke baluran tapi cuma sampe depan aja, gara gara pas dateng ternyata tutup. Ternyata menarik juga ya, jadi pengen kesana lagi
BalasHapusYah sayang banget. Nanti balik lagi kak
HapusWah seru sekali perjalanannya dan bisa keliling Banyuwangi gratis pula ya dengan Damri. Oh ya, baru tahu aku nih ternyata protokol kesehatan di stasiun kereta api bagus banget itu dan dapat face shield juga ya?
BalasHapusMantaaaap jih perjalanannya mba.. aku juga suka banget traveling ke tempat2 seperti ini. Pengeen ke Banyuwangi
BalasHapusPerjalanan yang menyenangkan apalagi di masa pandemi gini tetap pakai face shield ya mbak. Btw saya baru lihat model Damri yang kecil dan bentuknya seperti itu mbak.
BalasHapusYa Allah, aku jadi mupeng bangeeed lihat mbak Hanum traveling kayak gini. Naik KA Eksekutif 450K mayan juga wkwkwkwkwk... kalo ekonomi berapa ya? Wkwkwk mamak rempong kalo sekeluarga itung2 dulu :D Itu DAMRI kita keliling2 gratis yach, sampe aku ceritain ke suami dan anak2. Jadi kita unduh dulu aplikasinya ya trus tiap mau berangkat dan pulang kudu daftar dan klik2? Enak sih gratis jadinya dan rute2nya menyenangkan. TFS yach.
BalasHapusIya mba. KA ekonomi pastinya lebih murah. under 200ribu jkt-sby. Kalau sby-bwi malah lebih murah lagi. DAMRInya gratis, bisa jalan-jalan murah di sana mba. hahah
HapusPenasaran dengan DAMRInya.
BalasHapusOkelah tiket masuk spot wisata bayar sendiri. Lalu ketika lewat tempat wisata seperti TN Baluran atau TN Alas Purwo, penumpangnya bisa minta berhenti sebentar untuk foto gitu?
Dari gratisnya memang enak, tapi jalan-jalan dikejar waktu itu yang nggak enak :)
Ada plus minusnya kak. Di sana ada tempat pemberhentian DAMRI, jadi setelah itu kita bisa explore bebas kok
HapusBanyuwangi asik juga buat dikunjungi. Dari sekian banyak wisata, baru pernah ke Gunung Ijen aja. Apalagi ada fasilitas DAMRI ini, saya kira kayak bus gitu, ternyata lebih kayak mobil pribadi ya, perlu dicoba nih.
BalasHapusAihh keren ��
BalasHapusPengen Naik Damri gratisan ke Alas Purwo. Sesuatu banget lho itu. Perjalanan ini yg kutonton di IGS dan Feed nya hanum
BalasHapusAh enak sekarang kalo keliling Banyuwangi ada Damri, gratis pulak. E tapi gratis ini pas promo aja ya?
BalasHapusBtw, Damri sampe pulau merah jugaaa. Tapi kalau mau sunset di pulau merah mesti nginep yak, Damrinya paling terakhir jam 16 gitu.
Waah Banyuwangi sekarang lebih modern ya. Ada bandaranya juga. Tau Banyuwangi dulu 20 tahunan lalu pas kuliah. Ada beberapa temen dari Banyuwangi. Tapi saat itu pariwisata Banyuwangi belum hits kayak sekarang ya. Coba dulu udah hits, pasti main ke temen yang rumahnya Banyuwangi. Keren ya ternyata pariwisatanya.
BalasHapuspas baca ini, ada sebersit rindu pada kota ini
BalasHapuskota pertama kali yang aku kunjungi saat nekad traveller
Bnayuwangi selalu istimewa untuk ku. mana sekarang sudah ada Damri ya kak dan bandaranya juga tenryata udah berkembang banget.
Hi Mbak, salam kenal. Kayanya ini perdana aku mengunjungi blogmu.
BalasHapusKomplit banget ini tulisannyaaaa... runut lagi. kerennnn
Eh pemerintah mantap bener buat program Damri Gratis ke tempat2 wisata di Banyuwangi yak.. Aku mau ih.. Udah bersyukur banget itu sik gratisin ongkos ke tempat-tempat wisata, meski harus bayar masuk tempat wisatanya begitu. Traveling juga butuh modal kan? hehe