Arti Besar Sebuah Replika SD Laskar Pelangi Belitong
Bicara Laskar Pelangi, berarti bicara tentang sekolah kayu reyot dengan 2 ruang kelas berlantai pasir. Dari sekolah itulah sekelompok anak dengan fasilitas sangat terbatas membangun mimpi-mimpi mereka. Kisah anak-anak Laskar Pelangi dari tanah Belitong ini seketika menjadi fenomenal. Akhirnya lokasi di mana mereka berasal menjadi monumen dan sangat banyak dikunjungi.
Fenomena itu tertuju pada SD Muhammmadiyah tempat Ikal dan kawan-kawannya pernah bersekolah ala kadarnya. Fasilitas yang cuma lahan bermain serta pada ilalang di belakang sekolah telah menjadi sumber inspirasi dan kreasi anak-anak Laskar Pelangi. Tingkah polah anak-anak Laskar Pelangi itu menjadi sorotan sejak file kehidupan mereka dibukukan dan difilmkan. Sebuah replika SD Muhammmadiyah itu pun didirikan di satu kawasan di Jalan Laskar Pelangi, daerah Gantong.
Apa yang bisa kita temukan di sana dan mengapa harus ke sana?
Pertama, dari replika sekolah itu kita bisa melihat bangunan hampir bobrok pun pernah melahirkan orang-orang hebat macam Ikal atau Andrea Hirata.
Ketiga, ada pasir putih tebal di sekeliling replika sekolah. Artinya, pasir itu lembut, tapi dapat membenamkan. Bahkan dapat menghancurkan alas kaki. 'Nyeker' adalah alternatif terbaik. Sekolah memang butuh perjuangan. Mencapai ruang kelasnya saja juga perjuangan. Apalah arti hidup jika kita tidak berjuang meski langkahnya kelihatan hanya sejengkal namun berat.
Keempat, ruang kelas dengan hanya beberapa meja dan bangku menyadarkan kita bahwa sekolah adalah hal penting. Kita bisa berpikir seperti saat ini ya karena kita pernah bersekolah. Semua itu akan berpengaruh pada pola pikir, cara pandang, tanggung jawab, akhlak, dan karakter. Seenggaknya, berada di replika sekolah ini kita bisa lebih menghargai sekolah yang mengajarkan ilmu-ilmu dasar, terlihat tidak berpengaruh secara kasat mata pada real life, tapi pancangnya sudah tertanam di benak.
Kelima, tiang dengan bendera yang lusuh dan hanya tinggal separuh--robek karena lapuk--masih berdiri tegar. Setidaknya sekolah amat sederhana ini begitu menghargai bangsa dan negara, meski tak mampu membeli bendera baru yang warnanya lebih kinclong. Mengapa kita tidak bisa menghargai negara sendiri?
SD Muhammadiyah Gantong yang jadi objek wisata ini hanya sebuah replika, karena SD asli sudah rubuh bertahun-tahun lalu. Akhirnya replika ini menjadi monumen pengingat bahwa SD dengan 10 orang siswa ini pernah menjadi hebat dan pantas dikenang.
Lantas apa yang telah diajarkan sekolah ini pada kita sebagai pengunjung? Yaitu arti kerja keras dan kebebasan. Tercermin dari bangunannya yang sederhana, tapi masih mampu meneduhkan. Halaman luas dan gersang tapi mampu memberi kenyamanan. Ilalang tak bertuan tapi mampu melambaikan kebebasan. Rawa kecil tak berarti besar tapi mampu melepas kepenatan.
Fenomena itu tertuju pada SD Muhammmadiyah tempat Ikal dan kawan-kawannya pernah bersekolah ala kadarnya. Fasilitas yang cuma lahan bermain serta pada ilalang di belakang sekolah telah menjadi sumber inspirasi dan kreasi anak-anak Laskar Pelangi. Tingkah polah anak-anak Laskar Pelangi itu menjadi sorotan sejak file kehidupan mereka dibukukan dan difilmkan. Sebuah replika SD Muhammmadiyah itu pun didirikan di satu kawasan di Jalan Laskar Pelangi, daerah Gantong.
Apa yang bisa kita temukan di sana dan mengapa harus ke sana?
Pertama, dari replika sekolah itu kita bisa melihat bangunan hampir bobrok pun pernah melahirkan orang-orang hebat macam Ikal atau Andrea Hirata.
Kedua, di sana panas terik dan gersang. Tentu ketika menginjakkan kaki di sana, kita bahkan tak bisa membayangkan bagaimana mereka bisa tahan bersekolah di lokasi seperti itu? Ya, dari sanalah kita bersyukur, dan dari tempat itulah kita tak lagi memandang sebelah mata.
Ketiga, ada pasir putih tebal di sekeliling replika sekolah. Artinya, pasir itu lembut, tapi dapat membenamkan. Bahkan dapat menghancurkan alas kaki. 'Nyeker' adalah alternatif terbaik. Sekolah memang butuh perjuangan. Mencapai ruang kelasnya saja juga perjuangan. Apalah arti hidup jika kita tidak berjuang meski langkahnya kelihatan hanya sejengkal namun berat.
Keempat, ruang kelas dengan hanya beberapa meja dan bangku menyadarkan kita bahwa sekolah adalah hal penting. Kita bisa berpikir seperti saat ini ya karena kita pernah bersekolah. Semua itu akan berpengaruh pada pola pikir, cara pandang, tanggung jawab, akhlak, dan karakter. Seenggaknya, berada di replika sekolah ini kita bisa lebih menghargai sekolah yang mengajarkan ilmu-ilmu dasar, terlihat tidak berpengaruh secara kasat mata pada real life, tapi pancangnya sudah tertanam di benak.
Kelima, tiang dengan bendera yang lusuh dan hanya tinggal separuh--robek karena lapuk--masih berdiri tegar. Setidaknya sekolah amat sederhana ini begitu menghargai bangsa dan negara, meski tak mampu membeli bendera baru yang warnanya lebih kinclong. Mengapa kita tidak bisa menghargai negara sendiri?
SD Muhammadiyah Gantong yang jadi objek wisata ini hanya sebuah replika, karena SD asli sudah rubuh bertahun-tahun lalu. Akhirnya replika ini menjadi monumen pengingat bahwa SD dengan 10 orang siswa ini pernah menjadi hebat dan pantas dikenang.
Lantas apa yang telah diajarkan sekolah ini pada kita sebagai pengunjung? Yaitu arti kerja keras dan kebebasan. Tercermin dari bangunannya yang sederhana, tapi masih mampu meneduhkan. Halaman luas dan gersang tapi mampu memberi kenyamanan. Ilalang tak bertuan tapi mampu melambaikan kebebasan. Rawa kecil tak berarti besar tapi mampu melepas kepenatan.
Komentar
Posting Komentar