Traveling Saat Virus Corona Mewabah (Part 1), Apakah Singapura Lockdown?

Hai, rasanya lama tidak menulis di sini. Kali ini aku mau share tentang pengalaman perjalanan di tengah merebaknya wabah Covid-19 alias virus corona dan berdampak pada beberapa negara lockdown. Jadi ceritanya dimulai dari sini.

Aku dapat jadwal untuk perjalanan Singapura dan Malaysia dalam waktu yang lumayan panjang, 2 minggu. Ada beberapa pekerjaan yang dilakukan di sana terkait konten video dan shoot untuk Facebook Live. Pada saat aku akan berangkat, Indonesia digemparkan dengan masuknya kasus positif Covid-19 sebanyak 2 orang dan bertambah banyak dalam waktu 1 minggu. Banyak info beredar apalagi aku berangkat ke Singapura, negara yang terdampak Virus Corona pertama di Asia Tenggara.
Traveling ke Singapura saat Virus Corona mewabah (3)

Traveling ke Singapura saat Virus Corona mewabah (2)
Jewel Changi Airport Mall.

Traveling ke Singapura saat Virus Corona mewabah
Changi Airport yang super sepi.
Jangan tanya apakah keluarga dan teman dekat tidak melarangku berangkat? Tentu saja aku dibanjiri chat penuh kekhawatiran. Sempat terpikir juga untuk membatalkan keberangkatan. Namun, kalau batal, aku akan merugikan beberapa pihak tentu saja. Karena agendaku ke Singapura untuk melakukan beberapa project. Untungnya Junisatya memberi semangat, "Jangan khawatir. Santai aja. Kan berangkatnya karena pekerjaan. Lakukanlah pekerjaan itu." Tak ada kalimat yang paling menenangkan dibanding ucapan suami sendiri.

Aku berangkat juga ke Singapura tanggal 13 Maret. Saat itu, Singapura hanya memberi peringatan untuk pendatang yang berasal dari 4 negara--Korea Selatan, China, Iran, dan Italia--tidak dapat memasuki Singapura.  Ini berlaku juga buat travelers yang dalam 14 hari ke belakang baru aja balik dari 4 negara itu. Pasporku diperiksa per halaman apakah punya riwayat traveling di ke-4 negara yang di-lock itu. Bagi warga negara Singapura yang baru saja traveling dari 4 negara yang disebutkan wajib mengisolasi diri selama 14 hari di rumah masing-masing. Aku melewati kamera screening suhu tubuh sampai 2x. Pengecekan termometer tembak diberlakukan untuk anak-anak.

Aku sudah siap dengan beberapa lembar masker, tisu basah, botol minum yang siap refill di mana saja, toilet seat sanitizer. Sementara itu, aku beli hand sanitizer di Guardian stasiun MRT Bedok di sana.

Traveling ke Singapura saat Virus Corona mewabah (4)
Hand Sanitizer di Singapura masih tersedia banyak sekali, nggak selangka di Indonesia

Traveling ke Singapura saat Virus Corona mewabah (5)
Situasi di dalam MRT Singapura sore hari.
Selebihnya, masuk Singapura sangat aman dan sangat terkontrol. Negara itu tampak lebih siap dalam penanganan virus. Aku melihat hand sanitizer disediakan di beberapa spot keramaian, termasuk stasiun MRT. Banyak orang mengenakan masker. Suasana di Singapura lebih terkontrol, tidak ada kepanikan dan berita hoax yang beredar. 

Sebaliknya, respons lain kudapatkan dari teman-teman di Indonesia. Ada banyak yang khawatir dan share info penyebaran virus Corona yang menyebar sangat cepat di Indonesia. Aku sangat sedih dan prihatin. Tapi harus tetap semangat menuntaskan pekerjaan di Singapura. Bekerja dengan kepanikan dan kehebohan negatif di sana-sini sungguh bikin tidak nyaman. The show must go on. Yang pasti aku baik-baik saja di Singapura. Pihak hotel tempatku menginap pun menyediakan termometer tembak untuk mengukur suhu tubuh kami saat check in. Sepertinya itu sudah prosedur wajib mereka.

Beberapa hari di Singapura, ternyata isu Corona di Indonesia meningkat pesat. Ada ratusan orang terinfeksi. Aku menjadi takut baca-baca berita online apalagi saat masih harus menuntaskan pekerjaan di negeri orang. Bahkan ada beberapa akun social media yang mengecam para traveler sebagai pembawa virus ke mana-mana. Ada semacam stigma negatif terbentuk saat itu terhadap para traveler. Ada yang bilang traveler itu egois, pamer foto traveling saat saudaranya sakit dan dilanda kecemasan terhadap wabah penyakit ini. Ada pula yang dengan langsung menyuruhku untuk jangan pulang karena siapa tau aku menjadi carrier virus dan bisa menyebarkan kepada yang lain saat aku pulang. Hei, c'mon, kita boleh khawatir, tapi jangan saling menyalahkan orang lain. Aku sedih mendengar komentar dan stigma seperti itu.

Traveling ke Singapura saat Virus Corona mewabah (6)
Jalanan yang lengang.
Akhirnya ada 1 hari di Singapura, aku hanya berjalan sebentar untuk shoot di salah satu dessert cafe, kemudian aku balik ke hotel dan berdiam diri di kamar sampai malam. Kalian tahu, betapa lelahnya aku, sedikit stres, agak sedih mengingat aku masih harus lanjut perjalanan esok harinya ke Malaysia, dan mungkin sedikit tertekan dengan beberapa komentar negatif yang kuterima di social media. Seketika social mediaku yang tak seberapa followers-nya itu menjadi ramai DM karena aku share beberapa info tentang Singapura, khususnya info positif tentang penanganan Virus Corona di sana. Aku sangat berterima kasih buat teman-teman yang mendukung perjalananku saat itu. Dukungan kalian sangat berharga sekali lho. :)

Percayalah, teman-teman, setiap orang punya alasan berbeda kenapa mereka traveling (sementara yang lain bisa memilih untuk stay at home). Hey, itu privilege lho bisa memilih di rumah aja. Bukan berarti nggak waspada atau gegabah. Aku percaya, semua teman-teman  yang sedang berada di luar negeri saat ini saling connect dan berbagi info terkini tentang isu yang mereka hadapi di wilayah masing-masing. Dan, aku yakin, setiap traveler itu juga menghadapi kesulitan di negara yang mereka datangi serta kekhawatiran apakah masih bisa pulang atau tidak. Jadi, stop bully traveler, ya. Kita semua seharusnya saling bantu dan memberi semangat.

Traveling ke Singapura saat Virus Corona mewabah (7)
Suasana malam minggu di depan hotel Butternut Tree.


Komentar

  1. Aku yakin bahwa orang yang ngejudge kamu sebenarnya orang yang ngga mengerti bagaimana cara kerja virus tersebut. Sangat disayangkan apalagi kalau orang terdekat yang bilang begitu.

    Prihatin.

    BalasHapus
  2. betul sekali mbak, ga semua org dpt previlledge bisa bekerja dari rumah, karena saya juga merasakannya, saya masih tetap nganttor kayak biasa, kantor saya nggak mengijinkan karyawannya WFH :(

    BalasHapus
  3. AKu gerah banget juga nih sama orang yang judge orang lain yang harus keluar rumah saat pandemik terjadi. Soalnya kan ga semuanya bisa kerja di rumah ya, walau aku bisa tapi tetep aja kalau sampe nemu orang yang judge mah suka kesel rasanya. Stay safe ya mbak, stay health

    BalasHapus
  4. Singapore memang super sigap dan warganya relatif mudah diatur ya Mba
    Aku lihat di videonya NasDaily tentang gimana SINGAPORE menghadapi wabah corona ini.
    Stay safe yaa

    BalasHapus
  5. Semangat terus yah mbak,
    Suamiku juga masih ada beberapa hari tertentu yang harus datang dan piket di kantor. Namanya juga kerja yah memang harus dijalankan.

    Semoga kita semua sehat terus yah

    BalasHapus
  6. Semangat ya, mba!!
    Sehat terus selama disana, kalau memang pekerjaan yang ga bisa ditinggal ya bilang apa. Tinggal untuk menjaga kebersihan diri aja.
    Tapi memang suasananya terlihat lebih lengang ya, mbak. Masyarakat disana lebih mudah diatur sepertinya, hihihi

    BalasHapus
  7. Wah, gak kebayang deh kalau saya jadi mbak. harus tetep kerja di tengah situasi yang mencekam di seluruh dunia.
    stay safe di mana pun berada ya mbak.

    BalasHapus
  8. Kalau aku sih gak masalah sama orang yang memang bekerja di luar rumah. Tapi kalau buat seneng2 doang sementara yang lain coba stay di rumah, jujur agak sesuatu ya. Ini aku udah jarang baca2 berita Corona kecuali dari sumber terpercaya. Kudu tetap waspada dan waras tentunya

    BalasHapus
  9. Wah senengnya punya suami support sama kerjaan istri. Iya bener mbak kalau suami udah ngasih dukungan, itu lebih dari cukup. Semoga saya juga kelak bisa traveling ke luar negeri juga #eh hehe salam kenal ya

    BalasHapus
  10. Masih aman ya di Singapura, memang negara maju itu penanganannya cepat sekali. Btw handsanitizer nya lucu mbak bawa pulang aja di Indonesia butuh banyak nih.

    BalasHapus
  11. Wah.. Di Singapura masih banyak hand sanitizer dijual di toko-toko, sepertinya penanganan di sana lebih sigap ya. Syukurlah mba, bisa travelling dan tetap sehat selama perjalanan sampai pulang meskipun ada saja komentar negatif.

    BalasHapus
  12. Semangat mba... kadang omongan orang seringnya bikin down. Saya percaya kok, ga enak banget rasanya harus kerja lapangan dengan kondisi seperti sekarang.

    BalasHapus
  13. Yang penting tetap jaga diri dan kesehatan juga ya Mbak, yakin dan percaya juga Dia menjaga kita.
    Panik berlebih juga malah bisa jadi gak baik buat diri. Semangat ya Mbak :)

    BalasHapus
  14. Menurutku yang paling pentiiing adalah you know what to do in terms of handling pandemic like this.. kita semua ngg oernah mau kok ada bencana seperti ini kan, jadi better focus on solutions and how to cope with it. Stay safe and healthy

    BalasHapus
  15. Saya salut dengan pemerintahan Singapura. Di sana yang terkena virus corona cukup banyak tapi tidak ada satupun yang meninggal.
    Semoga situasi ini segera berakhir, ya, Mbak

    BalasHapus
  16. Jadilebih sepi ya sekarang di Spore, tapi masih terkendali di sana ya gak ada panic buyying juga. Senoga virus cepat pergi

    BalasHapus
  17. Oh baru tahu kalau hand sanitizer di sana teryata masih mudah diperoleh. Beda dengan di Indonesia . Smoga wabah ini segera pergi dan menghilang jauh. Aamiin

    BalasHapus
  18. Dilema ya mbak? Perjalanan sudah direncanakan jauh-jauh hari. Tapi memang tidak mungkin membatalkan perjalnan kalau begitu. Selama tetap saling menjaga InsyaAllah aman. Semangat mbak, semangat terus ya.

    BalasHapus
  19. Hmmm, traveling di saat wabah memang sangat berisiko. Tapi kalo harus, ya dilakukan. Paling kita kudu lebih hati-hati. Dan udahnya juga harus isolasi. Sehat-sehat selalu ya.

    BalasHapus
  20. Semoga keadaan segera membaik.
    Aku juga KZL kalau ada orang yang hobinya menyalahkan, judgement, dll.
    Memang kita perlu mencari akar masalah, tapi bukan berarti gak ada jalan keluarnya kan yaa...
    Dengan perisai doa dan ikhtiar yang dilakukan plus kekuatan pikiran yang positif, in syaa Allaah pandemi ini akan segera berakhir.

    BalasHapus
  21. Di kantorku ada yang pulang dari Kuala Lumpur dan akhirnya malah tidak diperbolehkan masuk kerja. Walau dia tampak baik-baik saja akhirnya dia tetap disuruh mengkarantina diri sendiri selama 14 hari di rumah sambil kontrol kesehatan ke klinik terdekat. Apa Hanum juga sepulang dari sana mengkarantina diri?

    BalasHapus
  22. Enggak ngebully Num. Kalau yang memang ada kerjaan harus dituntaskan, ya go on.
    Tapi emang ada yang sengaja jalan2 dan tak peduli dengan kondisi saat itu. Hal itulah yang jadi perbincangan sengit.

    BalasHapus
  23. Wajar kalau ada kekhawatiran kyk gtu sih mbak, tapi kalau alasanya kuat dan emang gak bisa ditunda yang penting saat bepergian jaga kesehatan, lalu pas balik dr LN isolasi diri sendiri sampai 20 harian. Teman2ku kebetulan saat masa2 itu banyak yg msh ke LN krn kerjaan, yg penting udah isolasi diri dan memastikan enggak ada gejala. Namanya bersosialisasi dengan org juga dr mereka kasi kenyamanan buat sekitarnya, begitu kira2 alasan temenku, jd tetangga dan keluarganya jg fine2 aja

    BalasHapus
  24. Wah, mbak, tau gitu aku nitip hand sanitizer dah. Di sini yaampuun langka dan harganya selangit! Edyan bgt dah. Mana hand sanitizerku pun mulai menipis huhu

    BalasHapus
  25. Jadi kangen diingatkan tentang Singapura, semoga wabah segera berlalu dan semua aktivitas bisa normal kembali. aamiin.

    BalasHapus
  26. Kebayang gimana was-was hati saat itu, awal periode pandemi merebak. Alhamdulillah senantiasa diberkai kesehatan 'kan?
    Dan setuju, sebagai sesama harusnya kita saling hand-in-hand; bukan sebaliknya.
    Stay safe ya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts