Awal Mula Menjadi Travel Blogger

Sudah lama aku ingin menulis tentang awal mula aku menjadi travel blogger. Ini bukan kisah sukses. Belum. Bagiku belum karena aku merasa masih harus banyak belajar. Dan ternyata dunia travel blogger itu begitu luas. Begitu kita menemukan kuncinya, ada banyak pintu yang bisa kita buka dari kunci itu. Begitulah dunia travel blogger yang kini kutempuh. Bermula dari keinginan menjelajah yang besar dan menyukai dunia tulis menulis jauh sebelum ini. Ada suka, ada dukanya juga. Dunia travel blogger yang luas itu membuatku harus jeli mengambil kesempatan. Seperti yang orang bilang, semua yang tersedia di dunia ini ada karena adanya jalan dan kesempatan. Jadi, di sinilah ceritaku bermula.

Aku menulis ini untuk merayakan 8 tahun aku menulis cerita perjalanan di blog ini. Bagaimana awal mula menjadi travel blogger itu?

Ada banyak hal baru yang kutemukan selama 8 tahun aku traveling. Sejak 2013, aku mulai rutin melakukan perjalanan di sela-sela bekerja dan kuliah. Saat itu, bagiku, traveling adalah hal yang menyenangkan, relaksasi, dan membuat lingkaran pertemanan baru. Sejak itu pula aku menulis kisah traveling di blog ini. Ah, waktu cepat sekali berlalu ya.

Awal Mula Menjadi Travel Blogger

Banyak sekali teman-teman bertanya, sejak kapan aku menyukai traveling? Sebenarnya sejak lama, jauh sebelum aku pindah ke Jakarta. Di kampus pun aku sering ikut kegiatan outdoor. Aku mulai menjelajah tipis-tipis, entah itu naik gunung, hiking, kemping, main ke pantai. Aku selalu suka alam terbuka dan aku selalu suka dengan perjalanan.

Kalau diingat-ingat bagaimana aku memulai perjalanan dulu, sungguh menguras dompet. Aku benar-benar memulai dari menabung sedikit demi sedikit. Destinasi pun dimulai dari dekat-dekat dulu. Seperti Kepulauan Seribu. Biaya dan effortnya pun belum begitu besar. Dijajal Sabtu-Minggu pun bisa, jadi nggak perlu cuti dari kantor.

Untuk merayakan 8 tahun blog ini dengan segala cerita perjalananku, aku ingin napak tilas perjalananku dari awal mula menjadi travel blogger.

2013

Pada peralihan tahun 2012 ke 2013, aku masih bekerja kantoran dan kuliah. Traveling adalah caraku untuk refreshing dari kepadatan jadwal sebagai mahasiswa dan karyawan sebuah media hiburan remaja. Aku harus membagi gaji untuk biaya kuliah, biaya hidup, dan biaya jalan-jalan. Iya, aku mulai nekat menyisihkan sebagian kecil gaji bulanan untuk biaya jalan-jalan. Waktu itu bahkan aku belum berpikir untuk menjadi seorang travel blogger profesional atau pun content creator seperti sekarang. Aku hanya jalan untuk menikmati hidup dan melepas penat. Sudah. Itu saja sudah cukup.

Awal Mula Menjadi Travel Blogger


2013 adalah batu loncatanku menyadari bahwa aku benar-benar menikmati menjadi seorang travel writer. Aku menginjakkan kaki di Swiss dan menghabiskan sisa musim dingin di sana secara tak terduga. Waktu itu aku memang ikut event festival tari internasional di Kota Basel, Swiss, sebuah kota kecil di perbatasan Prancis dan Jerman. Sebuah privilege bagiku saat itu karena punya ibu yang aktif di bidang seni tari yang mulai melebarkan sayapnya ke panggung internasional. Aku ikut serta menjadi bagian dari tim itu. 

Di sanalah aku mengabadikan banyak momen di Swiss. Rasanya sayang momen itu terlewat begitu saja. Social media belum segencar sekarang. Aku jadikan blog ini untuk membagikan perjalananku di Swiss dengan detail. Aku saat itu menulis semata-mata hanya untuk menikmati euforia perjalanan lebih panjang. Jadi saat aku rindu Swiss, aku bisa membuka tulisan di blog ini. Bagaikan membuka lembaran album foto ya, tapi lengkap dengan deskripsi panjang tentang kejadian di balik foto itu. Itulah makna menulis blog perjalanan saat itu.

Perjalanan ke Swiss melahirkan perjalanan-perjalanan ke luar negeri tahun-tahun ke depannya. Tapi 2013 kuhabiskan lebih dulu dengan perjalanan singkat ke Bromo, Malang, Surabaya, dan Bali. Betapa bahagianya aku bisa menginjakkan kaki pertama kali di Pulau Dewata. Sejak itulah, aku mulai rutin menulis blog ini demi mengenang euforia perjalanan yang belum seberapa saat itu.

2014

Benar kata banyak traveler, satu perjalanan tak akan membuatmu puas. Akan ada perjalanan-perjalanan berikutnya. Tahun 2014 adalah tahun pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Indonesia bagian timur. Aku mengarungi Kepulauan Togean di perairan Sulawesi Tengah, Kepulauan Derawan di Kalimantan Timur, dan Makassar, Sulawesi Selatan. Dengan sebuah kenekatan, menguras tabungan karena biaya tiket pesawat ke timur Indonesia lumayan mahal, aku akhirnya bisa survive.

Waktu itu aku belum belajar tentang investasi, belum paham soal pengelolaan keuangan. Semuanya modal nekat. Bahkan untuk biaya tiket pesawat, aku mengandalkan cicilan dan tiket promo. Beruntung, saat itu banyak maskapai lagi menebar tiket promo ke mana-mana yang benar-benar murah. Di mana ada travel fair, di situlah aku ada.

Awal Mula Menjadi Travel Blogger 2

Awal Mula Menjadi Travel Blogger 3


Aku punya pengalaman baru naik kapal ferry melintasi perairan Sulawesi, mencoba menyelam di Taman Nasional Bawah Laut Indonesia yang terkenal di seluruh dunia, bertemu orang-orang dengan budaya berbeda, hidup minimalis di pulau yang jauh dari daratan dan kota. 2014 adalah tahun luar biasa sekali.

Kalau aku nggak nekat tahun 2014, mungkin blog ini hampa tanpa kisah backpacker yang emosional, penuh drama, dan banyak cerita suka-duka. Aku beruntung punya beberapa teman jalan yang mau diajak patungan, ikut berbagai open trip, dan mau diajak ngegembel.

Apalagi yang bisa membuatku ingat momen-momen menjelajah Indonesia bagian timur kalau bukan tulisan-tulisan di blog ini. Menulis membantuku mengabadikan banyak hal dengan detail.

2015

2015 jadi tahun tersibukku karena aku memasuki gerbang kehidupan baru. Yes, aku lulus S2 dan menikah dalam tahun yang sama. Gerbang kehidupan baru ini bikin perjalananku jadi makin berwarna karena punya teman jalan yang jadi pasangan hidup. Honeymoon di Pulau Belitung jadi titik awal perjalanan kami bersama. Dan, selalu ada rencana-rencana perjalanan lagi setelahnya.

Perjalanan ke Kepulauan Taka Bonerate, Sulawesi Selatan adalah perjalanan paling berkesan bagiku tahun itu. Satu lagi taman nasional bawah laut yang masuk 3 besar tercantik di Indonesia dan paling sulit dijamah. Lokasinya dekat dengan Laut Flores. Perjalanan dari Makassar hingga sampai ke Pulau Tinabo, Taka Bonerate menghabiskan waktu tempuh sekitar 14 jam, dari darat sampai laut.

Awal Mula Menjadi Travel Blogger 4

Awal Mula Menjadi Travel Blogger


Pokoknya, sampai hari ini, jika ada yang bertanya, mana di antara perjalananku yang paling berkesan, aku selalu jawab perjalanan ke Taka Bonerate karena luar biasa rasanya berada di perahu nelayan selama 6 jam. Separuhnya bisa melihat berbagai jenis ikan di perairan, diantar lumba-lumba dan dilompati ikan terbang, separuhnya lagi bisa menikmati langit malam bertabur rasi bintang dan milky way, lebih indah dari Planetarium, Jakarta. Sesuatu yang nggak akan pernah bisa dibeli.

Selain itu, aku juga road trip pertama kali dari Medan ke Banda Aceh dan menyeberang ke Pulau Weh. Sabang adalah perhentian titik balikku. Ketika aku sampai di ujung Sumatera, aku menyadari bahwa aku ingin sekali menyeriusi bidang travel blogger ini karena ada banyak sekali cerita yang jarang orang tahu tentang suatu negeri.

Tulisan-tulisan yang pernah aku tulis di blog ini pun mendapat respons yang baik. Aku menyadari bahwa menjadi travel blogger itu semenyenangkan ini. Bagaimana orang bisa menghargai dan mengapresiasi cerita yang kita bagi, bagaimana aku bisa membagi banyak informasi tentang perjalanan mulai dari trek, rute, dan biaya. Ternyata menjadi travel blogger itu benar-benar menuntut konsistensi agar kita bisa survive.

Dari segelintir perjalanan inilah aku banyak belajar memantapkan hati. Ada panggilan di dalam sanubari untuk mengarungi dunia travel blogger ini lebih serius.

2016

Akhirnya tahun 2016, aku memberanikan diri melepas pekerjaan kantor dan menjadi travel blogger seutuhnya. Belum utuh banget sih, aku masih mengerjakan beberapa project freelance lainnya.  Kebetulan aku juga seorang editor freelance novel remaja. Dari beberapa project freelance itulah aku bisa survive. Pekerjaan itu bisa kulakukan di mana saja, bahkan hanya dari rumah. Lagipula aku sudah mengambil project sampingan itu sejak kuliah. Jadi menggeluti freelance editor bukanlah hal baru. Dari sana pula aku bisa menyisihkan biaya buat traveling. Lumayan banget.

Mungkin bedanya, kala itu jadi pertama kalinya aku harus berani hidup tanpa terjebak penghasilan tetap gaji bulanan. Tapi justru aku jadi makin semangat menggali dunia baru sebagai travel blogger dan jadi pengabdi konten.

Awal Mula Menjadi Travel Blogger 5


Langkah sebagai travel blogger fulltime ini dimulai dengan perjalananku ke Maluku, tepatnya ke Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. Entah kenapa, itu kali pertama aku nggak perlu ribet mengurus cuti untuk bisa menikmati sebuah perjalanan.

Setelah itu lantas apa? Beruntung sekali aku bertemu teman-teman sesama travel blogger lainnya. Bisa sharing dan mulai belajar membangun image diri sendiri untuk mempermudah kita bekerja sama dengan brand dan sponsor. Dari sanalah aku belajar ilmu digital marketing dan social media. Mungkin tahun 2016 ini pula aku mulai merapikan feed Instagram dengan foto-foto perjalanan.

Awal Mula Menjadi Travel Blogger 7


Memilih fokus menjadi travel blogger ternyata nggak semudah yang terlihat. Memperluas networking adalah hal yang penting. Menata keuangan yang tak pasti juga harus diteliti. Aku mulai melirik investasi pada saat itu. Aku mulai banyak membaca buku tentang manajemen keuangan dan bisnis. Serasa kuliah lagi karena aku banyak mendapat ilmu baru dari sana.

Sulit memang merintis karier sebagai travel blogger. Lepas dari pekerjaan kantoran, tidak punya penghasilan tetap, tapi satu yang pasti, aku punya banyak waktu untuk melakukan sesuatu yang aku senangi. Tetap konsisten dan punya kemauan keras adalah kunci pentingnya. Aku juga bisa traveling kapan aja.

2017

Ada 2 perjalanan paling berkesan bagiku tahun 2017. Perjalanan ke Georgia, Eropa Timur dan perjalanan ke Nusa Penida, Bali.

Di antara 2 perjalanan ini, kali pertama pula aku menghabiskan Ramadhan di Eropa, merasakan sahur di Istanbul dan berbuka puasa di langit Turki. Saat itu aku mengikuti International Perkhuli Festival 2017 di Tbilisi Georgia, mewakili Indonesia dalam pertukaran seni dan budaya dunia. Yang paling kuingat dalam perjalanan itu adalah aku mampu berpuasa sepanjang 18 jam di tengah musim panas Georgia. Ternyata begini rasanya jadi muslim di Eropa. Pada musim panas, siang akan lebih panjang dari malam. Aku sahur pukul 2 dini hari dan berbuka puasa pukul 9 malam.

Sepulang dari Georgia, aku  punya beberapa jadwal perjalanan bekerja sama dengan beberapa sponsor. Salah satunya adalah perjalanan menyeberang dan trekking ke Gunung Anak Krakatau. Seperti yang kita tahu, Gunung Anak Krakatau meletus dan menyebabkan tsunami di daratan Banten awal tahun 2019. Berarti aku beruntung bisa menginjak kaki di sisa gunung purba itu karena kini puncaknya saja sudah tidak lagi lancip pasca erupsi.

Tahun 2017 membawa cerita baru bagiku. Ini tahun pertama blogku punya hosting sendiri, udah nggak pakai embel-embel blogspot lagi di belakangnya. Dengan begitu, aku semakin semangat untuk mengisi cerita perjalanan di blog ini. Di 2017 pula aku mulai banyak bekerja sama dengan sponsor dan brand. Alhamdulilah, langkahku mulai terlihat arahnya.


2018

Kali kedua aku puasa di Eropa. Kala itu aku menginjak salah satu negara Balkan, Bulgaria. Aku tau tentang Bulgaria dari novel Harry Potter. Dan siapa sangka aku benar-benar ke sana tahun 2018 dalam rangka The World Cup of Folklore, semacam piala dunia buat kesenian tradisi dunia dan berhasil bawa pulang medali emas.

Di 2018 ini pula kali pertama aku memberanikan diri memulai membuat konten video perjalanan. Sebenarnya vlog ini sudah kumulai dalam perjalanan ke Georgia dan Bulgaria. Tapi baru benar-benar membangun channel Youtube Sulung Siti Hanum pada akhir 2018 saat trip ke Palembang.

Aku juga berlibur ke Sumbawa bersama Junisatya. Di tengah jadwal perjalanan-perjalananku yang lain, jarang sekali aku bepergian dengan suami sendiri. Rasanya menghabiskan beberapa hari di Sumbawa, membuat tubuhku lebih rileks, apalagi melihat Pulau Kenawa yang menakjubkan dan sampai ke kolam air mata jitu yang legendaris disinggahi Putri Diana dan para tersohor dunia. Perjalanan itu benar-benar berkesan dan menyisakan keindahan hakiki di benakku. Satu lagi perjalanan paling berkesan mengarungi pulau di Indonesia setelah Taka Bonerate.

2018 membuatku berani memulai langkah baru. Aku yang buta dengan dunia video, mulai belajar secara otodidak. Entah kenapa ingin sekali rasanya mengabadikan momen-momen perjalanan dalam bentuk visual. Aku punya tantangan sendiri. Ini juga jadi challenge baru bagiku.

 

2019

Sepertinya menjadi content creator benar-benar membuatku ketagihan. Pada tahun 2019, jalan untuk menggali lika-liku content creator terbuka lebar. Aku juga banyak sekali bekerja sama dengan brand dan sponsor untuk menjelajahi banyak kota. Selalu ada jadwal keluar kota setiap bulan. Jember, Solo, Jogja, Lasem, Melaka, Padang, Bangka, Anyer, Purwakarta, Surabaya, dan Lampung.

Achivement paling berharga adalah saat aku bisa bekerja sama dengan Melaka Tourism Board untuk mempromosikan wisata Melaka. Senang sekali aku bisa kembali menjelajah Melaka berkolaborasi dengan content creator Malaysia. Aku juga beberapa kali mendapat penghargaan lomba vlog tahun 2019 ini. Alhamdulillah, achievement ini bikin aku semakin semangat menggali bidang content creator.

Kolaborasi itu berlanjut saat kami diundang untuk menghadiri HUT Yogyakarta pada tahun yang sama yang disponsori oleh Dinas Pariwisata Jogja. Aku mewakili influencer dari Indonesia dan menjadi tuan rumah yang baik mengenalkan Jogja kepada teman-teman influencer se-Asia Tenggara.

Dan saat itu pula, aku ditarik salah satu media travel Malaysia sebagai content creator untuk memproduksi konten travel halal. Sebuah pencapaian yang luar biasa tahun 2019 itu.

 

2020

Tahun ini aku harus berhenti sejenak. Saat aku masih memproduksi konten video traveling untuk media Malaysia setiap bulan, aku harus berhenti karena Covid-19 mewabah jadi pandemi. Saat itu aku sedang berada di Singapura lalu terbang pula ke Langkawi. Selang beberapa waktu, Malaysia lockdown. Jakarta berada di ambang PSBB. Aku harus memajukan jadwal pulang dan karantina di rumah selama 14 hari.

Saat itu pula, aku menyadari bahwa Covid-19 ini adalah cobaan terbesar banyak orang. Ekonomi bergejolak. Orang yang bekerja di sektor wisata sepertiku harus mundur. Aku sempat putus asa saat itu. Apalagi semua jadwal trip dari sponsor banyak yang dibatalkan.

2020 mungkin memang waktuku beristirahat. Terlalu banyak ambisi yang harus diraih. Tapi tahun ini pula aku lebih banyak waktu di rumah, menata banyak hal yang selama ini tertinggal, bisa punya waktu dengan keluarga lebih banyak, dan akhirnya bisa berpikir untuk ide-ide konten berikutnya yang bisa diproduksi sementara aku di rumah.

Begitulah kisahku. Tak terasa, setelah kontemplasi 7 bulan, akhir tahun aku bisa "bangkit" lagi. Aku ke Banyuwangi untuk campaign transportasi dan konektivitas. Aku ke Bali untuk melihat efek domino pandemi dalam sektor wisata dan UMKM. Hingga akhirnya aku bisa sedikit bersenang-senang di Tulungagung, sebuah hidden gems di Jawa Timur. Dan, perjalananku ditutup dengan pulang kampung ke Padang selama beberapa minggu. 2020 memang tak terlalu bergairah. Tapi aku yakin, setelah melewati 2020 yang suram, aku bisa kembali memproduksi banyak konten yang setahun terakhir mandek.



Komentar

  1. Wahhh awal-awal menjadi travel bloggernya seru banget yaa, bahkan sampai sekarang masih menggelutinya.. Menceritakan kembali perjalanan yang pernah dilakukan kedalam bentuk tulisan ataupun video memang asik sih.. Serasa melakukan perjalanan dua kali dan mengenang momen-momen yang pernah dilewati selama perjalanan itu, apalagi bisa jadi kenangan kalau suatu saat tidak lagi bisa traveling.. Jadi keinget deh, wah ternyata aku pernah kesini juga ya hha..

    Nahh ditengah perjalanan jangan lupa menabung juga, dengan investasi gini.. Dan untungnya bisa dilakukan secara online gini, dengan modal 10.000 aja bisa investasi. Jadi gak ada lagi ngomong butuh uang besar untuk bisa berinvestasi, dan pastikan tetap yang halal ya.. hhi smngt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyess... aku sambil kilas balik. dan seru ternyata. Walaupun agak sedih sekarang belum ke mana-mana lagi karena pandemi.

      Hapus
  2. Kisah yang keren untuk menjadi travel blogger dan tulisan yang bagus dan menarik

    BalasHapus
  3. Menarik banget kisahnya num. Kita ambil positifnya kalau covid kayak gini, vakum, buat nabung untuk traveling nanti :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts