Sesorean di Tanah Lot Bali Ditemani Susunan Tebing Karang

Menghabiskan sore di Tanah Lot menjadi momen yang juga berkesan saat mengunjungi Bali. Apalagi kalau sempat menikmati suasana sunset di sana. Yang menjadi daya tarik Tanah Lot adalah segunungan karang yang berjajar di bibir laut. Tanah Lot ini berarti Tanah Laut dalam bahasa Bali. Tempat ini berlokasi di Kabupaten Tabanan. Tanah Lot menyimpan mitos orang Bali mengenai tanahnya dan kepercayaan masyarakatnya. Tempat itu juga disebut sebagai Pulau Karang (Rocky Island).







Nuansa Hindu Bali sangat kental saat kita memasuki gapura Tanah Lot. Terdapat karang-karang besar saat ombak dengan semangat menghempas di kakinya. Tim Galang dan aku menghabiskan sisa sore liburan kami di Tanah Lot. Kami berjalan ke pinggiran pantai. Airnya tenang dan bening. Yang terlihat bukan pasir, melainkan kerikil-kerikil halus. Ini seperti sungai yang mengalir jernih. Inilah Tanah Lot. Pantai yang diapit karang.



Tanah Lot Bali menjadi daerah wisata karena ada pura di atas karang, Pura Tanah Lot (Tanah Lot Temple). Lalu di bawahnya terdapat goa kecil tempat air tawar mengucur dengan seekor ular yang dipercaya sebagai utusan Brahmana dari Jawa, Dang Yang Nirartha. Ular itu berwarna hitam berbelang kuning dan berekor pipih seperti ikan.  Banyak wisatawan yang mengantre masuk goa kecil itu untuk cuci muka dan minum. Di tengah air laut yang asin, di bawah pura Tanah Lot itu masih ada air tawar yang mengucur. Aku bertanya pada bapak-bapak yang berjaga di depan pura tentang asal air itu. Mereka menjawab, itu air berkah dari dewa mengucur di bawah pura. AKu manggut-manggut. Mulanya aku tidak mau menyentuh airnya, karena antreannya panjang. Tapi si bapak-bapak penjaga itu mengatakan aku tidak boleh naik ke karang atas kalau tidak bersuci di air itu dulu. Oh, oke, aku akan mencoba.


Sehabis cuci muka di sana, aku dicipratkan air lalu diberi kembang kamboja di telinga dan ditempel beberapa butir beras dijidat. Aku senang, ini bagian dari kebudayaan. Dan aku merasa kaya dengan banyaknya budaya yang kukenal.

Ada tangga untuk mencapai atas karang tempat pura berdiri. Kami yang tidak menganut agama Hindu tidak diizinkan masuk ke pura. Alhasil aku hanya duduk-duduk di pinggir karang dan memuaskan pandangan melihat laut lepas. Masih ada karang-karang kecil di lepas pantai yang 'bertugas' menahan ombak.  Mungkin karang-karang kecil itu pula yang menjaga pura Tanah Lot ini tidak disentuh langsung oleh ombak besar saat air laut pasang.




Sore menjelang dengan cepat. Menjelang magrib itu biasanya akan ada acara kesenian yang dipertunjukkan secara terbuka. Kala itu, mikrofon telah memanggil-manggil pengunjung untuk berkumpul. Tapi kupikir, mending menikmati sunset saja bersama Bundo, Junisatya, dan teman-teman tim Galang. Kalau dapat posisi pas, semburat oranye bercampur biru di langit jadi terlihat keren.







Setelah matahari mulai terbenam, aku berjalan menelusuri jalan menuju tebing karang yang lebih tinggi. Di sana masih ada 1 pura lagi di ujung tebing. Karang yang menjorok ke laut dengan pura di ujungnya itu terlihat megah berdiri, seakan menunjukkan harmoni antara daratan dan laut dan siapa yang berkuasa di atasnya. Lepas pantai terlihat jauh di bawah. Aku juga melihat lubang karang di bagian bawah yang dialiri air laut. Bolongan di bawah itu tampak seperti gapura lengkung yang menyambut ombak kecil dan airnya pun mengalir melewatinya. This is another wonderful of Indonesia.


Courtesy of Junisatya

Komentar

Popular Posts