Menyenangkan dapat menghabiskan waktu sehari dengan seorang adik yang hanya sesekali datang ke Jakarta. Kami berdua sama-sama ingin menonton film, mungkin bukan film yang berat. Libur akhir pekan 17-an memang harus dihabiskan dengan santai. Akhirnya kami pun memilih film Rompis (Roman Picisan) yang memberikan warna lain dalam kisah cinta remaja masa kini. Apalagi bioskop bulan Agustus digempur dengan film-film horor Indonesia. Aku dan adikku yang kini sudah beranjak remaja itu duduk di row E sebuah studio bioskop. Tanpa berekspektasi apa-apa terhadap film ini--hanya berbekal tahu tentang film jadulnya, sedikit nonton series-nya, suka dengan puisinya--kami dengan serius menonton tanpa berkutik. Akan jadi apa film Rompis ini? Apakah mampu mencerahkan generasi milenial dengan puisi-puisi picisan?! Yang memotivasiku nonton ini karena ada puisi di film Rompis. Sedikit mengingatkan kebangkitan film Indonesia lewat puisi yang diangkat Rangga dalam Ada Apa dengan Cinta? dulu sekali. Ta
Sudah lama rasanya aku nggak review hotel ya di blog ini. Aku sempat beberapa kali staycation, tapi malah kelupaan untuk review bagaimana rasanya menginap di sana. Jadi kali ini aku mau cerita tentang The Westin Resort & Spa Ubud , Bali. Saat berada di Bali beberapa waktu lalu, aku memang menginap di Ubud. Lokasinya jauh dari pusat keramaian. Lagipula memang lagi pandemi juga, jadi Ubud sepi sekali. Sesuai protokol kesehatan, The Westin menerapkan CHSE yang ketat. Yang ingin tahu tentang CHSE di Bali, aku sudah menulis ulasannya lengkap di artikel ini . Prosedur pengecekan suhu tubuh dan cuci tangan jadi yang paling utama terlihat di lobi. Seluruh tamu hotel harus dicek dulu. Aku staycation di Ubud bersam a beberapa teman, tapi nggak ada di antara kami yang sekamar. Yap, itu juga disesuaikan dengan kebijakan sana untuk meminimalisir penyebaran Covid-19. FYI, The Westin Ubud ini masih termasuk manajemen hotel Marriott. Aku dapat kamar di lantai 6 dan kamarnya cukup luas dengan balk
Udah punya rencana apa buat mudik Idulfitri tahun depan? Aku udah hampir 2 tahun nggak mudik nih ke Padang. Bukannya durhaka, ya, tapi kebetulan banget pas 2 kali musim puasa Ramadhan, aku sedang berada di Georgia dan Bulgaria untuk misi kebudayaan. Jadinya, begitu pulang ke Indonesia menjelang lebaran, aku dan Junisatya memutuskan untuk nggak mudik dulu. Biayanya abis buat jajan takjil di Eropa Timur. :)) Masih Desember, kok udah ngomongin mudik? Ya iya, ini karena orang asyik ngomongin liburan Natal dan Tahun Baru, aku jadi ingat belum ngecek tiket mudik buat tahun depan. Coba aku cek dulu deh. Ngomongin mudik ke Padang, aku mau cerita sedikit tentang budaya Minang. Masih fresh nih cerita tentang misi budayaku di Bulgaria musim semi kemarin. Aku di sana mengenakan pakaian adat Koto Gadang, salah satu daerah di kawasan Bukittinggi. Katanya suntiang Koto Gadang yang cuma berbentuk selendang tebal itu hanya boleh dikenakan oleh perempuan yang sudah menikah (khusus berwarna mera
Setelah resmi liris secara online bulan September 2014 lalu, Moco mengadakan Fanfiction Gathering dan Temu Penulis Fanfiction di Demang Cafe, Jakarta Pusat. Yup, acara ini sebagai wujud apresiasi buat penulis. Siapa lagi kalau bukan 18 penulis Fanfiction Aliando-Prilly generasi pertama.
Buku-buku mereka telah dirilis, animo pembaca juga sangat baik. Tak dipungkiri, nama Aliando dan Prilly Latuconsina memang lagi naik daun dan digandrungi remaja, fanfictionnya pun merebak di media sosial. Moco mengambil sebagian tulisand dari mereka, dan jadilah 20 judul terbit. Tidak mau menyia-nyiakan animo pembaca, tim Moco menyiapkan acara kumpul-kumpul dan temu penulis ini. Intinya sebenarnya talkshow buku, tapi di sini juga bisa jadi ajang kumpul antarfanbase Aliando dan Prilly.
Dari 18 penulis fanfiction Aliando-Prilly, 11 orang dapat hadir di gathering. Perjuangannya juga tidak mudah. Ke-18 penulis ini sebenarnya berasal dari berbagai daerah, yaitu Medan, Palembang, Lampung, Cilegon, Jakarta, Tangerang, Bogor, Depok, Sumedang, Ciamis, Surabaya, Madura, Bali, Banjarmasin, dan Samarinda. Namun, itu tidak menyurutkan tekad mereka untuk datang ke Jakarta menghadiri acara gathering yang sudah disiapkan.
Beberapa hari menjelang acara, ada beberapa penulis yang jatuh sakit. Ada pula penulis yang tidak diizinkan orang tuanya dan ada penulis yang kebetulan sedang dikirim dinas jauh ke daerah. Aku sendiri sebagai editor yang ikut menyiapkan acara sempat surut semangat. Namun, ternyata tak disangka, mereka sendiri mampu menyelesaikan masalah masing-masing dan berbondong bawa massa untuk datang ke venue, yaitu di Demang Cafe, Sarinah. Senangnya. Semua tampak antusias meskipun ada di antara mereka yang masih tidak enak badan.
Venue yang sudah dipenuhi pembaca fanfiction.
Sambutan dari Founder Moco
Kisah unik datang dari Widya Puspira Sari. Dia berasal dari Lampung dan menjadwalkan diri datang ke Jakarta tanggal 18 Oktober untuk menghadiri pesta ulang tahun Prilly. Kebetulan acara Fanfiction Gathering juga tanggal 18. Karena Widya takut ketinggalan momen acara Moco, dia menggeser jadwal keberangkatan ke tanggal 17 Oktober dan rela kena charge dari maskapai. Salut, girl.
Berbeda dengan Wayan yang tinggal di daerah Sentul. Dekat tapi susah mendapat izin dari sang ayah. H-1 dia masih ketar-ketir belum bisa memastikan akan datang ke acara gathering. Namun, karena disemangati oleh penulis yang lain, dia memberanikan diri membujuk ayahnya untuk mengizinkan dan mengantarnya menuju venue.
Cerita lain juga datang dari Adinda yang berasal dari Madura. Dari Madura hari Kamis sore berangkat menuju Surabaya bersama sang ibu. Mereka bermalam dulu di Surabaya karena tiket terjadwal hari Jumat pagi tanggal 17 Oktober. Begitu sampai Jakarta pagi-pagi sekali, Adinda sempat kebingungan hendak ke mana. Ia pun berkunjung ke kantor Moco pagi-pagi di saat penghuni Moco sendiri belum hadir semua.
Kisah luar biasa adalah perjuangan Apiel menuju Jakarta. Apiel si penulis Pengakuan Cinta ini berdomisili di Surabaya. Namun, seminggu sebelum acara dia dikirim dinas ke Banjarmasin dan dia memang sempat tidak memastikan akan hadir di Fanfiction Gathering. Saat H-1, mendengar Prilly konfirmasi akan hadir sebagai tamu spesia di acara gathering, Apiel begadang semalaman untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dia mengambil penerbangan pagi ke Surabaya untuk menyetor laporan, lalu kembali mengejar waktu untuk naik pesawat ke Jakarta. Tak peduli jetlag, tak peduli telat, yang penting ia dapat hadir di acara. Dia datang pukul 16.30 saat sesi booktalk kedua dengan napas terengah-engah. Dan langsung pula ia dipanggil ke atas stage meski badan mungkin masih terasa di awang-awang.
Apiel yang baru datang dari Surabaya langsung disodorin microphone.
Nazhameed punya keseruan sendiri. Dia yang tinggal paling jauh, luar Indonesia, tepatnya di Sydney Australia, asyik video call dengan teman-teman penulis yang hadir. Dia tidak mau ketinggalan momen meski tak dapat hadir. Begitu juga dengan penulis-penulis lain. Kendala jauh tidak menyurutkan semangat mereka untuk menghebohkan media sosial untuk acara ini.
Yah begitulah perjuangan para penulis. Ada banyak kisah dari mereka, seperti ada banyak kisah pula dibalik karya-karya mereka.
Di balik kisah ada penulis dan editor. Ada pula segenap tim lainnya yang akhirnya turut melahirkan karya itu jadi sebuah buku (digital). Moco menampung itu semua. Video di atas sangat membuat haru suasana puncak Fanfiction Gathering sore itu. Kini edisi fanfiction resmi launch di aplikasi Moco dan kini nama-nama yang tertera dalam cover novel pun resmi dinobatkan menjadi penulis. Mereka adalah penulis-penulis muda yang kutemukan tak sengaja, bermula dari iseng, tapi ternyata potensial.
Para penulis menghadap layar, pemutaran video motion diari fanfiction.
11 Penulis Aliando-Prilly Fanfiction
Penandatanganan poster sebagai bentuk peresmian edisi fanfiction di Moco
Peresmian edisi fanfiction disimbolkan dengan peniupan lilin
oleh founder Moco, Chief Editor, dan para penulis.
Senang bisa menjadi kontributor di acara ini :) Terus berjaya Moco!
ReplyDeleteTerima kasih sudah ikut berpartisipasi Junisatya 😀
ReplyDelete