Kembali ke Bali, Rekomendasi Wisata Sesuai Protokol CHSE


Kapan terakhir kali kamu ke Bali?
Aku ke Bali bulan November 2020 lalu. Iya, masih dalam masa pandemi. Perjalananku ke Bali kali ini bukan sekadar liburan, melainkan melihat seberapa aman berwisata di Bali pada masa pandemi. Ada protokol CHSE yang digiatkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kita sebagai pedoman wisata aman.

Aku juga baru tahu tentang protokol CHSE ini yang mencakup Cleanliness, Healthy, Safety, Environment Suistainability. Jadi nggak cuma protokol kesehatan 3M saja yang digalakkan, tapi semua aspek yang dibutuhkan di industri pariwisata harus mampu membangkitkan kepercayaan masyarakat lagi. Seperti yang kita tahu, industri pariwisata dan UMKM yang mengikutinya adalah sektor sangat terdampak di tengah pandemi yang panjang ini, kan. Dan sadar atau tidak, Bali yang sebagian besar ekonominya bergantung pada sektor pariwisata menjadi wilayah paling sendu.


Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE

Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE 2


Iya, aku sedih saat datang ke Bali. Sedih melihat geliat ekonomi kreatifnya yang lesu. Sedih melihat betapa sepinya Bali dari pendatang. Sedih juga mendengar para pedagang pasar saat aku berbelanja di Ubud bahwa omset mereka turun drastis mendekati 0 rupiah dan mereka baru berjualan lagi sejak Oktober lalu.

Tentu Bali menjadi potret salah satu kelesuan wisata kita. Karena itu aku penasaran seperti apa sih CHSE itu berjalan? Apakah efektif?

Sebenarnya nggak begitu sulit mengedukasi para pelaku sektor wisata dan UMKM di Bali untuk menerapkan CHSE, karena masyarakatnya sudah membenahi dirinya selama puluhan tahun ini untuk menjadi Bali yang terkenal di seluruh dunia. Jadi penambahan CHSE menjadi isu yang mereka sesuaikan dengan cepat. Fokusku saat ke Bali ini adalah daerah Ubud dan Bedugul.

Ini dia beberapa lokasi wisata di Ubud dan Bedugul yang sudah menerapkan CHSE yang kukunjungi selama aku di Bali 3 hari 2 malam.

1. Pura Puseh Batuan

Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE

Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE 4


Dalam perjalanan dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Denpasar ke Ubud, aku dan teman-teman mampir di Pure Puseh Batuan. Lokasinya di pinggir jalan. Mudah sekali untuk mampir ke pura tertua di Pulau Bali itu. Sebelum masuk pura, aku mengenakan sarung bersih yang dipinjamkan penjaga, lalu mencuci tangan pakai sabun di wastafel yang diletakkan di depan pura.

Pura Puseh Batuan menandai masuknya Hindu ke Pulau Bali yang dibawa oleh Mpu Kuturan, tokoh penting dalam penerapan konsep Tri Murti dan Pura Tri Kahyangan di Bali. Tidak heran, Pura Puseh Batuan jadi pusat religi agama Hindu di pulau dewata tersebut. Aku mengagumi arsitekturnya yang terbagi dalam 3 area, Nista Mandala (jaba sisi), Madya Mandala (jaba tengah), dan Utama Mandala (jeroan).

Kini Pura Puseh Batuan sudah dibuka untuk umum tapi pengunjung harus menaati protokol kesehatan. Begitu juga bagi yang datang untuk sembahyang. Karena areanya terbuka dan cukup luas, berkunjung ke Pura tertua di Bali ini terbilang aman dan terhindar dari kerumunan.

2. Goa Gajah

Ini kali kedua aku mengunjungi Goa Gajah. Jadi terasa sekali perbedaan saat aku berkunjung tahun 2017 dengan 2020. Kalau dulu, untuk berfoto dengan photobomb dari orang lain saja sulit. Sekarang, mau jungkir balik di area ini sah-sah saja saking sepinya.

Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE 5

Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE 6

Goa Gajah ini sebenarnya dijadikan tempat pertapaan. Lokasinya berada di lembah. Jadi pengunjung harus menuruni sejumlah anak tangga. Areanya juga luas. Berkunjung saat pandemi begini terasa sekali sakralnya tempat ini. Pantas saja dijadikan tempat bertapa. Sunyi, sejuk, dan luar biasa tenang.

3. UNESCO Heritage Rice Terrace Jatiluwih

Awalnya aku diminta jalan jauh dari Pura Besi Kalung menyusuri jalan setapak. Ternyata sepanjang jalan yang panas terik itu, aku melihat sawah terbentang di kiri kanan. Di depan terlihat puncak-puncak gunung menjulang. Pemandangannya menghilangkan beban di sana.

Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE 7

Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE 8


Karena sedang memasuki musim panen, aku melihat aktivitas para petani yang bekerja sama memanen padi. Seru sekali. Tempat terbuka seperti ini memang layak untuk dijadikan wisata di tengah pandemi. Nggak salah Jatiluwih dinobatkan sebagai UNESCO Heritage, terasering sawah di sini indah sekali dan luas. Lebih luas dari Tegalalang.

4. The Blooms Garden Bedugul

The Blooms Garden ini jadi bagian dari Ulun Danu Beratan Bedugul. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Ulun Danu Beratan. Bedugul merupakan wilayah dataran tinggi di Bali, jadi agak dingin berada di sini. Apalagi begitu memasuki kawasan taman bunga satu ini, hujan mulai turun. Aku belum sempat menjelajahi seluruh sudut The Blooms Garden. Tapi aku melihat hamparan jenis bunga-bungaan dengan Patung Dewi Danu menjulang di tengah-tengahnya.

Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE 9

Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE 10

The Blooms Garden merupakan taman bunga terluas di Bali. Tempat yang cocok sekali menikmati udara pegunungan yang segar. Andai tidak hujan ya. Ada pondok-pondok yang disewakan untuk penginapan. Bayangkan kalau menginap di sana, pemandangan pagi hari adalah bunga-bunga. Sweet sekali ya.

5. Ulun Danu Beratan Bedugul

Kedua kali mengunjungi Ulun Danu Beratan, rasanya tak jauh berbeda. Ulun Danu Beratan dari dulu hingga sekarang jadi primadona wisata Bali. Ini lokasi wisata yang masih tampak ramai walaupun pandemi. Sebenarnya pengunjung tidak perlu khawatir selama tidak ada kerumunan di sana. Pura Ulun Danu Beratan tetap memesona seperti biasa dengan landscape danau dan bukit yang sedikit tertutup awan di sana.

Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE 11

Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE 12

Sejak pandemi, kawasan Ulun Danu Beratan ini dirapikan dan jauh lebih bersih. Taman-tamannya juga sangat terawat. Hawa dingin pegunungan membuat kawasan wisata satu ini jadi adem dan ayem sekali.

6. Komplek Pura Taman Ayun

Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE 13

Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE 15


Ini juga komplek pura favoritku. Lokasinya di kawasan Desa Wisata Mengwi. Dan, ternyata Pura Taman Ayun adalah peninggalan dari Kerajaan Mengwi. Komplek Pura ini sengaja dibangun oleh Raja Mengwi sebagai penyawangan atau simbol dari 9 pura utama yang ada di Bali agar masyarakat Mengwi tidak perlu jauh-jauh untuk sembahyang di 9 pura itu. 9 pura itu yang disebut juga Pura Kahyangan Jagat meliputi Pura Besakih, Pura Ulun Danu, Pura Batur, Pura Uluwatu, Pura Batukaru, Pura Lempuyang, Pura Goa Lawah, Pura Bukit Penggelengan, dan Pura Pasar Agung.

Komplek Pura Taman Ayun ini luas dan terbagi ke dalam 3 bagian. Pura tempat sembahyangnya berada di bagian terdalam dan dipagari. Pengunjung hanya dapat mengagumi bangunan atap bertingkat dari pura tersebut di balik pagar. Pura hanya dibuka untuk orang atau keluarga yang ingin sembahyang.

7. Puri Saren Agung Alias Istana Ubud

Di Ubud, ada yang namanya pura sebagai tempat pemujaan dan ada yang namanya puri yang merupakan istana alias rumah bangsawan di Ubud. Jika dikaitkan dengan pembagian kasta di Bali, istana tersebut milik orang berkasta Ksatria. Sebutan 'puri' ini dipakai oleh keluarga Kerajaan Ubud setelah era Majapahit runtuh dan bangsawan dari Pulau Jawa pindah ke Pulau Bali. Lalu banyak bermunculan kerajaan-kerajaan baru di sana. Salah satunya ya Kerajaan Ubud ini. Kerajaan Ubud berjaya di Bali pada abad ke-17 dan sejak itulah Puri Saren Agung dibangun.

Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE 16


Sudah kali kedua ke Ubud dan beberapa kali melewati bangunan cantik di ujung jalan ini, aku baru sadar kalau itu adalah Istana Ubud yang kini jadi museum dan pusat kesenian di Ubud.

Bangunan Puri Saren Agung sarat cerita sejarah zaman Bali kuno, terlihat dari ukiran-ukiran otentik di bagian dinding. Bentuk asli puri ini dipertahankan dan kini menjadi lokasi pertunjukan kesenian Bali. Ada penampilan tari-tarian seperti tari barong, tari legong, dan Ramayana ballet.

Sejak pandemi, Puri Saren Agung terasa tak bernyawa. Museumnya ditutup. Hanya alat-alat keseniannya saja yang terlihat di beberapa sudut terbuka. Entah kapan pertunjukan akan diadakan lagi. Aku cuma bisa mengagumi bangunannya, tidak dapat menikmati pertunjukannya.

8. Pura Taman Saraswati

Lagi-lagi ini kali kedua aku ke Pura Taman Saraswati yang terkenal sekali di Ubud. Aku menyukai area pura ini karena ada kolam teratai yang kalau mekar jadi cantik sekali di hadapan candi bentar. Lokasinya di pusat pertokoan dan jalan utama, jadi gampang ditemukan. Namun, kondisinya kali ini agak menyedihkan. Selama pandemi, perawatannya pun sepertinya tidak maksimal. Pengunjung tidak dapat melintasi area kolam teratai karena ditutup. Sepertinya pura ini belum sepenuhnya dibuka untuk umum.

Rekomendasi Wisata di Ubud dan Bedugul yang Menerapkan Protokol CHSE

Begitulah kondisi Ubud dan Bedugul akhir tahun 2020. Tapi aku percaya, semuanya sedang mencoba untuk bangkit. Sangat mudah sepertinya protokol CHSE diberlakukan di Bali karena mereka sadar sekali dampak pandemi bagi pertumbuhan ekonomi khususnya UMKM. Semua bergantung pada sektor pariwisata. 

Kini tempat wisata sudah mulai dibuka satu per satu dan pasar-pasar tradisional sudah mulai terisi khusus untuk wisatawan lokal. Tadinya Bali akan kembali dibuka untuk internasional, tetapi kebijakan pemerintah Bali mendadak memperketat kembali gerbangnya. Semoga saja tahun 2021, Bali kembali ramai ya. Begitu juga dengan pusat-pusat wisata di tempat lain.



Komentar

  1. Jarang-jarang ya bisa pepotoan di Bali tanpa background kerumunan orang ^_^
    Mungkin itu salah satu "keuntungan" dari perjalanan ini. Anyhow, semoga pandemi segera berlalu dan semua kembali seperti dahulu, aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. AAmiin. Seneng sih bisa foto bebas di area clear kaya gini. tapi sedih juga kalau Bali sesepi ini

      Hapus
  2. Wah, melihat foto2 ini aku jadi kangen Bali. Dulu ga sempat masuk ek Goa Gajah karena sedang datang bulan. Katanya kudu suci ya kalau wisatawan masuk kesana? Sebenarnya pengaruh atau gimana tuh ya hiks :( Kapan2 kepengen mampir ke Istana Ubud ah :D

    BalasHapus
  3. Agak dilematis juga sih.
    Di satu sisi, tidak ada yang benar² aman. Tapi kalau tidak perlahan dibuka, kasian yang cari penghidupan dari pariwisata, khususnya Bali.

    Semoga cepat pulih negeri ini dan dunia, dan kembali seperti sedia kala ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak. Serba salah ya. Makanya soal jaga kesehatan dan jaga jarak adalah tanggung jawab masing-masing sesuai protokol kesehatan.

      Hapus
  4. Satu sisi, aku senang Bali sepi. Itu artinya masyarakat Indonesia dan dunia sadar akan kondisi pandemi. Sisi lain, memang menjatuhkan perekonomian Bali. Jadi jalan tengahnya dengan CHSE di atas. Boleh datang, namun dengan syarat dan protokol lengkap, dan pembatasan bener-bener dilakukan di tempat umum.

    BalasHapus
  5. Jadi kangen jalan-jalan ke Bali. Aku belum ke semua tempat diatas Mbak kalau ke Bedugul dan Ubud . Emang kalau ke Bali gak cukup hanya tiga hari ya kalau mau eksplore semua dari Kuta sampai UBUD.

    Btw wisata ke Bali sudah aman ya dengan protokol kesehatan sekarang. Semoga pandemi segera berlalu dan wisata Bali segera pulih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak cukup 3 hari. harus stay seminggu minimal kak. hehehe

      Hapus
  6. duh Bali.. pengen banget ke sana lagi tapi masih begini ya, huhu. Semoga pandemi cepetan selesai biar bisa leluasa dan puas lagi jalan-jalan di Bali, wisata Bali jadi hidup lagi juga.

    BalasHapus
  7. Wah baru 2 dari 8 lokawisata di Bali yg disebut di sini pernah kukunjungi.. Jadi kangen ke Bali lagi. Sempat berencana tahun batuan ke Bali, tapi gagal..hiks..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah berarti setelah pandemi nanti, harus balik ke Bali lagi mba :D

      Hapus
  8. Kasihan Bali dan daerah wisata lainnya paling terpukul ya dengan pandemi ini, nampak lesunya...semoga 2021 ini membaik stuasinya ya Hanum..sehat selalu saay...

    BalasHapus
  9. Kebayang Bali terpukul banget karena pandemi ini ya Mba Hanum. Sedih banget rasanya, dampaknya pasti besar buat pelaku usaha wisata di sana. Kangen banget sama Bali, kangen Ubud, semoga bisa segera ke sana... Wisata outdoor yang kebanyakan di Bali sebenernya lebih aman dari pada wisata indoor ya, tapi mungkin perjalanan ke sananya yang mmebuat banyak orang belum berani buat wisata ke Bali. Aku baru tau yang lokasi wisata The Blooms Garden Bedugul itu mba. Bagus juga ya tempatnya... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. The Blooms Garden memang masih baru mba. Lalu pandemi, akhirnya ya yang ke sana pun sepi. Semoga nanti mba Dita bisa ke sana ya abis pandemi

      Hapus
  10. masyaAllah jadi kangen mudik lagi, aku sempet juga mampir ke Jatiluwih pas mudik kemarin. seneng ya mbak plesiran ke Bali.

    BalasHapus
  11. Kangen Bali deh...udah lama banget gak kesana. Terakhir waktu kejadian Bom Bali 2 karena ada temen yang jadi korban. Sekarang kalo foto-foto bebas ya gak perlu nunggu sepi dulu krn pengunjung gak sembludak sbelum pandemi hehehe. Semoga pandemi cepet berakhir jadi bisa jalan ke Bali lagi deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah udah lama banget. Semoga nanti bisa ke Bali lagi ya Mba Hida

      Hapus
  12. Bali emang nggak ada matinya. Eh tapi, pas masa pandemi begini Bali lagi sedih-sedihnya ya. Sebenernya ada asiknya juga ke Bali di masa begini, sepi, tenang, dan buat aku akan jauh lebih nyaman. Tapi sedih denger cerita tentang ekonomi Bali yang seakan mati suri. Harapanku semoga semuanya membaik ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Mari kita berdoa bersama...Sehat-sehat selalu ya kamu Din

      Hapus

Posting Komentar

Popular Posts