ROAD TRIP TURKI 8 KOTA DALAM 8 HARI
Ada yang pernah ikut open trip atau private trip ke Turki? Bagi yang sudah mencoba, bagaimana rasanya road trip panjang pindah-pindah kota selama di Turki? Pasti seru, tapi cukup menguras tenaga juga kan?!
Awalnya aku nggak berekspektasi apa-apa saat memulai perjalanan ke Turki ini. Aku dapat kesempatan buat traveling ke Turki dari salah satu tour travel agent di Jakarta. Mereka memintaku menemani serombongan tamu sekaligus bikin video tipis-tipis selama perjalanan di Turki. Aku tentu nggak menolak. Turki adalah salah satu negara yang sangat ingin aku kunjungi.
Aku berangkat saat musim panas. Waktu yang pas buat berlibur di negara Turki. Aku melihat detail perjalanan. Dan, wow... rupanya aku akan tour 8 kota dalam 8 hari.
Aku membaca lagi itinerary-nya dengan detail. Setiap hari kami akan explore 1 kota, lalu road trip pindah ke kota berikutnya. Hotel ada yang dipesan 1 malam saja dan ada yang 2 malam. Yang pasti, perjalanan 8 hari di Turki ini jadi perjalanan yang hampir setiap harinya packing dan unpacking.
Bagi yang belum pernah ke Turki ikut open trip, jangan kaget ya. Harus persiapan tenaga, kesehatan, emosi, perasaan, dan cemilan di jalan.
Aku berangkat naik maskapai Turkish Airlines dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta flight malam. Durasi penerbangannya 10 jam, direct ke International Attaturk Airport, Istanbul. Pesawat landing pas subuh. Sepanjang penerbangan lancar. Proses pemeriksaan di imigrasi juga lancar. Sambil menunggu bagasi, aku bebersih dulu di toilet. Touch up sedikit biar nggak kelihatan wajah bangun tidurnya. Hari ini tuh nggak pakai mandi, nggak langsung check in hotel. Bus yang disediakan tour agent lokal sudah menjemput kami di bandara. Kami langsung explore kota pada hari pertama ini.
Aku menghirup udara pagi di Istanbul. Welcome to Turkiye.
ISTANBUL
Ini kota pertama yang di-explore saat sampai di Turki. Naik bus ini kami diajak melihat-lihat jalanan di Istanbul. Lalu melintasi sungai Bosphorus yang memisahkan Benua Asia dengan Benua Eropa. Wah, indah sekali.
Kami pun sarapan di kawasan kota tua Istanbul. Ini definisi makan malam masih di Jakarta, sarapannya di Istanbul. Setelah aku langsung berjalan ke masjid idaman dan terkenal di dunia, Hagia Sophia. Tapi karena kepagian, masjid belum dibuka untuk kunjungan wisata. Jadi kunjungan ke Hagia Shopia di-switch ke hari terakhir.
Di seberang Hagia Sophia ada masjid juga yang dinamakan Blue Mosque. Ini masjid peninggalan Bani Utsmaniyah. Saat masuk, aku nggak sempat salat di dalam karena terlalu padat pengunjung. Interior dan kubah masjid sedang direnovasi, jadi mempersempit ruang gerak kami sebagai pengunjung.
Sekian setengah hariku di Istanbul. Iya, segitu aja explore Istanbul-nya. Explore Istanbul lebih lengkap itu ada di 2 hari terakhir. Jadi hari pertama ini, kami langsung road trip pindah kota ke Bursa.
BURSA
Tiba-tiba pada hari yang sama aku sudah sampai di provinsi berbeda di Turki. Bursa. Ini kota terbesar nomor 2 di Turki. Durasi perjalanannya sekitar 2,5 jam. Kami berhenti di rest area buat makan siang. Aku sempat cobain menu baklava, cemilan di Turki yang enak banget mirip martabak manis.
Meski 2,5 jam perjalanan, terasa melelahkan ya. Mungkin efek long flight plus jetlag, dan belum sempat benar-benar istirahat. Jadi aku pun agak lesu saat explore kota hari itu.
Kami diajak memasuki kawasan desa wisata di Bursa. Desa Cumalikizik ini termasuk World Heritage UNESCO peninggalan Dinasti Utsmaniyah. Kami diberikan waktu sekitar 1,5 jam buat explore perkampungan di sini. Setelah itu, bus mengantar kami ke hotel di pusat kota.
Akhirnya aku bisa check in dan stay di hotel juga. Kami check in sekitar pukul 5 sore. Di sana masih sangat terang dan baru masuk waktu Ashar. Makan malam sudah disediakan di restoran hotel sekitar pukul 6. Jadi aku cuma sempat bebersih sebentar, lalu turun buat makan malam. Setelah itu acara bebas.
Aku sedikit menyesal nggak jalan-jalan malam di sekitar hotel. Malam itu badan terlalu lelah, jadi aku memilih istirahat di hotel dan tidur lebih cepat.
Pagi hari setelah sarapan, kami langsung explore Kota Bursa setengah hari. Iya, setengah hari. Karena siangnya sudah harus pindah kota. Aku mengunjungi Ulu Cami, Masjid Besar Bursa. Aku juga mendatangi Yesil Cami atau Masjid Hijau. Ini masjid tertua di Turki. Nama aslinya Masjid Sultan Mehmed I.
Bursa juga terkenal dengan silk market-nya. Aku mampir sebentar buat melihat koleksi sutra. Setelah itu kami dibawa ke toko saffron Munira, rempah Turki yang terkenal, sekaligus cobain Turkish Delight, cemilan moci khas Turki.
KUSADASI
Dari Bursa ke Kota Kusadasi menghabiskan waktu 5 jam perjalanan. Lumayan panjang ya perjalanan naik bus ke Kusadasi. Sepertinya hari-hariku explore Turki akan lebih banyak menghabiskan waktu duduk di dalam bus dibanding explore kota dan stay di hotelnya sendiri.
Begitu memasuki Kusadasi, vibes-nya langsung berbeda. Dari Kota Bursa yang bersahaja dan sejuk, Kusadasi ini lebih panas karena daerah pantai. Summer-nya lebih terasa di sini. Kotanya turistik sekali.
Kami langsung check in hotel yang langsung menghadap ke laut. Nggak banyak yang dilakukan sore-sore di sini selain bersantai di pantai, menikmati makanan di restonya sambil menunggu sunset, lalu duduk manis di balkon kamar menjelang malam.
Magrib di sini jam 19.30 waktu Turki. Sementara Isya pukul 22.00. Perbedaan waktu salat yang siginifikan ya kalau summer begini.
Yap, sayangnya aku cuma 1 malam menginap di resort cantik ini. Pagi hari setelah sarapan, kami langsung check out.
Ada beberapa destinasi menarik yang aku kunjungi, seperti Ephesus dan Hierapolis. Semua ini peninggalan masa Romawi yang pernah menduduki Turki. Nanti aku bahas di artikel terpisah ya. Kalau nggak, bakal panjang banget.
Perjalanan mengunjungi Ephesus di daerah Seljuk, sejalan dengan Hierapolis yang sudah dekat dengan Pamukkale, kota tujuan kami berikutnya.
PAMUKKALE
Setelah explore Hierapolis, reruntuhan dari Romawi Kuno, aku langsung di-drop ke hotel sore hari. Perjalanan dari Kusadasi ke Pamukkale itu sekitar 2,5 jam. Namun, karena destinasi yang kami explore beneran destinasi wisata yang sejalan, jadi waktu perjalanan nggak terasa.
Di Pamukkale ini, aku juga menginap 1 malam di Hotel Colossae Thermal. Sebenarnya resortnya cantik sekali, serasa masuk ke resort-resort di Amerika. Namun, sepertinya hari itu puncak lelahku dalam rangkaian road trip Turki. Ini sudah memasuki hari ke-4. Jadi begitu check in hotel sore hari, aku istirahat di kamar. Aku skip cobain segala fasilitas hotel seperti kolam renang, spa, dan lapangan olahraga.
Pagi harinya mau ke mana?
Kami bersiap untuk perjalanan lebih panjang menuju Cappadocia selama 8 jam. Tapi di sela-sela itu, kita akan melewati Kota Konya dan Aksaray.
KONYA
Durasi perjalanan dari Pamukkale ke Konya itu sekitar 5 jam. Kebayang kan seberapa panjang perjalanan kami. Sebelum sampai di Konya, aku berhenti di rest area 1 kali buat makan siang.
Nah, selamat datang di kota penuh cinta. Konya dikenal sebagai Kota Sufi. Di sinilah tokoh Sufi Jalaludin Rumi menyebarkan ajaran cintanya.
Aku juga berkunjung ke Museum Mevlana yang dulunya adalah tempat tinggal Rumi. Kini menjadi makam dan museum koleksi pribadi Rumi dan murid-muridnya. Setelah berziarah sebentar, aku mampir ke Masjid Sultan Selim II di sebelah museum. Ini juga termasuk masjid yang penting dalam sejarah Dinasti Utsmaniyah.
Setelah itu, perjalanan kembali dilanjut ke Kota Aksaray.
AKSARAY
Perjalanan ke Aksaray sekitar 2 jam. Aku mampir ke Karavanserai Sultanhani di Aksaray. Sebenarnya ini photo-stop aja sih. Nggak banyak yang di-explore karena memang tempat persinggahan. Bangunan bersejarah ini pernah menjadi tempat singgah kereta dan caravan di jalur sutra kuno.
Di perjalanan dari Aksaray menuju Cappadocia, aku mampir ke sebuah kota bawah tanah. Namanya Saratli Underground City, Aksaray. Ini merupakan situs kota bawah tanah terbesar di dunia. Kalau udah memasuki kawasan ini, nuansa Cappadocia sudah mulai terasa.
CAPPADOCIA
Dari Aksaray ke Cappadocia hanya tinggal 1,5 jam lagi. Rasanya badan mulai remuk karena dihabiskan di jalan seharian. Mirip perjalanan Jakarta-Jogja ya kalau ditotal 8 jam.
Tapi karena Cappadocia adalah kota yang dinanti, ada perasaan excited. Lelah tapi bersemangat.
Seperti biasa, bus mengantar kami ke hotel. Kami akan stay di sini 2 malam. Horeee...akhirnya bisa tidur pulas dan besok nggak harus packing terburu-buru.
Apa aja agendaku di Cappadocia? Banyaaak. Karena memang Cappadocia benar-benar negeri impian banyak orang di seluruh dunia. Negerinya eksotik dengan bukit-bukit batu berwarna kuning kemerahan yang jadi pemandangan alamnya. Seindah itu.
Suhu di sini cenderung dingin. Kalau pagi suhu udara drop menjadi 10 derajat Celcius. Padahal ini kategori summer. Kebayang kalau lagi winter di sini. Aku nggak bisa cobain naik balon udara karena anginnya terlalu kencang. Semua kegiatan balon udara dibatalkan. Agak sedih ya.
Walaupun nggak bisa merasakan balon udara, aku masih bisa explore Cappadocia yang cantik ini. Mulai dari explore Devrent Valley, Lembah Imajinasi.
Kemudian aku mendatangi tempat pembuatan karpet Turki yang terkenal sekaligus melihat proses pembuatannya dari pengrajin lokal di sana. Turki juga terkenal dengan seni tembikarnya. Jadi aku juga mengunjungi toko keramik yang dibuat oleh pengrajin tembikar.
Sore harinya aku bisa safari jeep di Lembah Cappadocia. Kalau pagi, area ini jadi tempat balon udara terbang. Kalau siang dan sore, tempat ini dijadikan area off road, sebuah petualangan seru dan berkesan di Cappadocia.
ANKARA
Memasuki hari ke-6 di Turki, dari Cappdocia, kami melanjutkan perjalanan ke ibukota Turki, Ankara. Perjalanan membutuhkan waktu 3,5 jam. Kami melewat danau garam (salt lake) saat memasuki Kota Ankara. Aku sempat mampir ke sini buat melihat seperti apa sih salt lake itu. Ini sebuah fenomena alam di Turki. Garamnya berkhasiat untuk berbagai macam penyakit.
Ketika sampai di pusat Kota Ankara siang hari, aku cobain kebab yang asli di sini. Ternyata berbeda dengan wujud kebab yang kita kenal di Indonesia. Kebab di Indonesia itu daging dan sayuran yang digulung dengan kulit lumpia. Sementara yang namanya kebab asli dari Turki itu berupa daging asap yang diiris-iris dan disajikan di atas piring bersamaan dengan sayuran.
Karena merupakan ibukota negara, aku mengunjungi monumen bersejarah di Turki. Salah satunya adalah Mousoleum Attaturk yang merupakan makam presiden pertama Republik Turki, Mustafa Kemal Attaturk.
Setelah berziarah dan explore museumnya, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Istanbul. Perjalanan masih sekitar 5 jam lagi buat sampai di Istanbul. Kalau dijumlahkan waktunya, road trip dari Cappadocia, melewati Ankara, menuju Istanbul sekitar 9 jam.
ISTANBUL
Halo lagi, Istanbul. Aku sampai di Istanbul menjelang magrib. Sunset di perjalanan cantik sekali. Bus melewati kawasan pinggiran sungai Bosphorus. Rasanya lelah di perjalanan terbayar dengan sunset kuning emas yang menyambut kami di Istanbul.
Di Istanbul, aku menginap di Hilton Garden Inn Istanbul Hotel selama 2 malam. Sedikit bermewah-mewahan ya setelah road trip panjang berhari-hari.
Hari ke-7 di Turki, aku habiskan buat explore beberapa spot di kawasan Kota Tua Istanbul lagi. Aku akhirnya bisa masuk ke Masjid Hagia Sophia setelah antre panjang, lalu ke Topkapi Palace, istana Dinasti Utsmaniyah pada masa kejayaannya.
Aku juga sempat makan di restoran Indonesia di dekat Topkapi Palace, lalu ke Pierre Loti Hill naik cable car.
Hari ke-8 sekaligus hari terakhir, aku juga masih sempat explore Istanbul. Aku mengunjungi Galata Tower yang bersejarah, makan siang di restoran seafood tepi Sungai Bosphorus, naik cruise di Sungai Bosphorus, dan menutup perjalanan Turki ini di Taksim Square.
Menjelang malam, kami di-drop ke bandara buat bersiap pulang ke Indonesia. Wah tak terasa sudah 8 hari perjalanan ya di Turki. Menyenangkan sekaligus melelahkan pindah-pindah kotanya. Aku berterima kasih sekali dengan bus yang selalu menemani kami road trip. Fasilitasnya premium, ada wifi on board, bisa karaokean, air minum kemasan juga tersedia di lemari pendingin.
Selama road trip beberapa hari ini, aku jarang tidur di jalan. Kenapa? View sepanjang jalan bagus sekali. Benar-benar cocok buat pencinta road trip. Aku berniat akan kembali lagi ke Turki bersama suami. Mungkin akan coba road trip beneran, menyewa mobil, dan explore negara Turki lebih panjang. Untuk saat ini perkenalan dulu dengan musim, destinasi, dan lingkungan di Turki. Selanjutnya, bisa menjelajah lebih jauh di daratan Turki.
Drama Pesawat Turkish Airlines Istanbul-Jakarta
Begitu sampai di Attaturk International Airport, kukira tinggal check in dan boarding. Ternyata masih harus menghadapi drama nggak kebagian seat saat check in. Ini murni kesalahan pihak maskapai karena penumpangnya overload. Kalau di boarding pass tercetak NN buat nomor bangku, pastikan benar-benar ke counter check in atau cari costumer service maskapai.
Sebenarnya ini terjadi pada 2 tamu di rombongan tripku. Status NN pada nomor bangku itu artinya kita nggak kebagian bangku. Jadi harus menunggu di boarding gate apakah ada penumpang yang cancel atau secara sukarela digantikan. Sukarela ini juga menjadi bentuk tanggung jawab maskapai. Aku diminta menggantikan, artinya aku nggak jadi terbang ke Indonesia demi si tamu ini kebagian bangkuku. Ganti ruginya lumayan menggiurkan. Aku dijanjikan akan dipesankan tiket pulang pada hari berikutnya, menginap di hotel bintang 5 di Istanbul, dapat mobil antar-jemput bandara, dapat uang tunai 1000 dollar dan 2 voucher Turkish Airlines rute mana pun.
Namun, saat itu sudah ada jadwal lain yang menunggu di Jakarta. Jadi aku nggak bisa menerima ganti rugi dari pihak maskapai. Setelah berkompromi, akhirnya 2 tamu rombonganku itu dapat nomor kursi juga. Entah 2 penumpang mana yang dikorbankan hari itu. Aku tidak tahu. Yang pasti aku bisa naik pesawat dengan damai malam hari, tidur sepanjang perjalanan 10 jam di udara, dan sampai di Indonesia esok paginya.
Bye, Turki. Sampai jumpa lagi.
Komentar
Posting Komentar