Kisah Vaksin Covid-19 Jadi Syarat Perjalanan saat PPKM Darurat

Pada bulan Juni dan Juli 2021, kasus Covid-19 meningkat lagi. Akhirnya awal Juli 2021, pemerintah Indonesia resmi memberlakukan PPKM Darurat. Mobilitas orang antar wilayah pun mulai dibatasi. Syarat perjalanan orang dalam negeri diperbarui. Ketentuan wajib vaksin Covid-19 diberlakukan sebagai syarat perjalanan saat PPKM Darurat. Inilah kisahku tentang pengalaman vaksin Covid-19 dalam perjalanan. Di manakah aku berada saat itu? 

Aku sudah vaksin. Kamu kapan?

Aku di Bandara Soekarno-Hatta yang sepi.

Ya, yang pasti lagi-lagi saat kasus Covid-19 mempengaruhi keputusan darurat pemerintah, aku entah kenapa selalu dalam perjalanan. Sejak pertengahan Juni, aku tiba di Padang dalam rangka pulang kampung dan menuntaskan beberapa misi juga sebenarnya. Jadi, aku tidak tahu, kalau kasus Covid-19 saat itu sedang berada di puncaknya.

Sebenarnya aku sudah mendengar segelintir kabar bahwa Jakarta akan tarik rem darurat lagi untuk mobilitas orang. Namun, tak kunjung pasti dan tak kunjung resmi. Dan akhirnya, bukan Jakarta saja yang tarik rem, tapi se-Jawa dan Bali. Aku baru saja pulang dari Maninjau dan hendak stay di Padang beberapa hari saat itu. PPKM Darurat ini juga berpengaruh pada transportasi publik darat, laut, dan udara. Ada serangkaian aturan baru untuk penerbangan yang tentu saja menghambat aku untuk kembali ke Jakarta.

Dan, akhirnya kepulanganku ke Jakarta dimajukan. PPKM Darurat diberlakukan mulai tanggal 3-20 Juli 2021. Tadinya aku mau pesan tiket pesawat tanggal 2 Juli saja, tapi karena terlalu mepet, aku jadinya berangkat tanggal 3 Juli 2021 dengan aturan perjalanan yang baru.

Aturan baru perjalanan jalur udara itu meliputi:

1. Wajib menunjukkan hasil PCR test negatif

2. Wajib menunjukkan sertifikat vaksin minimal dosis pertama

Peraturan lama hanya menunjukkan hasil tes rapid antigen negatif saja. Biayanya pun tidak semahal biaya untuk PCR test.

Aturan baru perjalanan udara.

Di sinilah deg-degan aturan baru perjalanan jalur udara itu dimulai. Ini serasa mengulang perjalanan saat masa awal pandemi aku berada di Malaysia yang lockdown dan susah pulang ke Indonesia. 

Baca di sini: Traveling Saat Virus Corona Mewabah, Malaysia Lockdown, Tiket Pulang Batal

Ini juga serasa saat bulan Desember 2020 lalu, peraturan wajib rapid antigen diberlakukan, sementara rapid test sudah tidak berlaku lagi. Saat itu aku berada di Padang juga dan deg-degannya mirip dengan PPKM Darurat ini. Ada-ada saja ya. Bukan Hanum namanya kalau tidak ada drama dalam perjalanan.

Aku sudah memesan tiket Padang-Jakarta tanggal 3 Juli 2021 sore. Aku sudah packing dari pagi. Ada beberapa misi yang harus dilakukan hari itu. Entah kenapa, meski hari itu adalah hari pertama pemberlakukan PPKM Darurat, aku masih yakin kalau bandara masih menerima hasil tes antigenku. Aku sudah konfirmasi ke pihak bandara, tanya di akun socmed Angkasa Pura, dan tanya ke tim Transmate Indonesia. Senang sekali aku menjadi bagian dari Transmate Indonesia hampir 2 tahun ini karena aku menjadi tangan pertama yang menerima informasi tentang transportasi sepanjang pandemi ini. Untuk kasus PPKM Darurat, peraturan baru terkait perjalanan mulai diberlakukan tanggal 5 Juli 2021. Jadi, masih aman walaupun deg-degan. Karena biasanya ada saja oknum yang mempersulit langkah kita di lapangan.

Akhirnya aku pergi ke klinik mitra Lion Group untuk tes rapid antigen sesuai rencana awal. Seperti dugaan, voucher rapid antigen ditolak pihak klinik karena katanya pihak Lion Group sudah menutup voucher untuk tes antigen. Setelah berdebat sebentar, aku memutuskan untuk mendatangi kantor Lion Group di Kota Padang. By the way, ternyata ada beberapa penumpang Batik Air yang berangkat barengan denganku yang mengeluhkan hal yang sama. Setidaknya aku nggak sendiri. Well, aku memang nggak sendiri sih. Aku kan bareng dengan Junisatya dan Cahya, si adik ipar. Tapi karena aku yang orang Padang dan bisa bahasa Minang, jadi untuk urusan negosiasi, aku yang maju duluan.

Tes rapid antigen ditolak. Aku diminta tes PCR.

Sesampai di Lion Group, suasananya sedikit tegang karena ada banyak customer yang protes. Aku berusaha calm down. Nggak boleh emosi karena misi selanjutnya setelah antigen ini adalah vaksin. Jadi aku nggak boleh emosi, takut darah tinggi.

Aku bertanya baik-baik dan meminta solusi dari mereka untuk kelancaran penerbangan hari itu. Akhirnya pihak cs Lion memberitahuku bahwa ada satu klinik mitra Lion Group yang masih menerima voucher rapid antigen khusus penerbangan hari itu. Tapi mereka tidak bertanggung jawab lagi jika hasil tes rapid antigen itu ditolak pihak bandara. Kalau ditolak, solusinya cuma tes PCR atau refund tiket. Oke, bismillah. Aku belum menyerah.

Aku tes rapid antigen meski sedikit antre. Maklum, klinik mitra Lion Group yang masih menerima voucher pesawat cuma 1 klinik. Jadi semua penumpang Lion dan Batik Air yang berangkat hari itu tentu antre di klinik tersebut.

Alhamdulillah, hasil tes rapid antigenku negatif. Misi pertama selesai.

Sekarang aku lanjut misi kedua: vaksin Covid-19.

Vaksin dosis 1 dari Sinovac.

Ini adalah ide bundo. Katanya biar aman, vaksin saja sebelum berangkat. Kalau sewaktu-waktu diminta, kartu vaksin sudah ada. Untunglah, langkah kami dipermudah. Kebetulan RSUP M. Djamil Padang mengadakan vaksin massal untuk kuota 2000 orang.

Akhirnya aku berada dalam antrean. Vaksin massal di RS ini disediakan untuk umum hanya dengan menunjukkan KTP domisili bebas. Aku segera mengisi formulir lengkap untuk 3 orang, sementara Junisatya mencari fotokopi terdekat untuk lampiran fotokopi KTP kami.

Antrenya tidak terlalu lama karena semua diproses dengan cepat.

Langkah pertama, aku diminta cek suhu tubuh dan tensi. Saat itu aku ditanyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan pernapasan dan paru-paru. Junisatya pernah punya riwayat TBC 7 tahun lalu. Namun, karena sudah dinyatakan sembuh dan sudah berlalu bertahun-tahun lalu, dia aman untuk ikut vaksin Covid-19. Tensi kami normal dan aku langsung diminta ke pos selanjutnya.

Langkah kedua, vaksin. Tanpa ba-bi-bu, lenganku langsung disuntik dengan dosis vaksin 0,5 cc. Sedikit sekali ya. Aku pikir satu suntikan itu full dengan cairan vaksin. Buat teman-teman yang takut jarum suntik, nggak perlu khawatir. Tusukannya nggak dalam dan prosesnya cepat. Malah hampir nggak berasa. Seingatku dulu imunisasi itu ngilunya sampai ke tulang. Tapi vaksin satu ini enggak.

Oh iya, untuk yang berhijab, aku sarankan pakai pakaian dengan lengan yang longgar atau pakai outer dengan dalaman lengan buntung. Itu akan mempermudah dan mempercepat proses vaksinasi.

Kartu vaksin yang kuterima.

Langkah ketiga, observasi 30 menit. Aku diminta duduk di lokasi selama 30 menit. Katanya itu bagian dari prosedur vaksin untuk melihat efek terhadap tubuh dalam setengah jam. Jika ada keluhan, kita bisa langsung diperiksa. Alhamdulillah aku nggak ada keluhan sama sekali. Aku duduk sambil memijat-mijat bagian lengan yang disuntik untuk memperlancar peredaran darah. Saat observasi itu pula, kartu vaksin kami dibagikan.

Aku disuntikkan vaksin Coronavac dari Sinovac dosis 1. Untuk dosis 2 dapat dilakukan dalam 28-30 hari ke depan. Jadwalku tanggal 31 Juli 2021 dan syukurlah dapat dilakukan di mana saja. Nggak perlu terikat harus vaksin di tempat yang sama dengan dosis 1. Tinggal menunjukkan kartu vaksin dosis 1 ini, data kita sudah diinput secara online dan bisa diakses di mana saja. Kan, nggak mungkin aku kembali lagi ke Padang tanggal 31 Juli hanya untuk vaksin.

Bandara Internasional Minangkabau, di luar sepi, di dalam ramai.

Selesai vaksin, misi persiapan berangkat selesai. Tinggal merapikan barang dan berangkat ke bandara. Dalam perjalanan ke bandara, aku sempat mampir makan siang, beli titipan oleh-oleh buat teman, dan menyeruput air kelapa muda. Aku berharap vaksin ini tidak berdampak aneh-aneh dalam perjalanan kami. Akan makin kacau kalau mendadak saat itu aku demam. Jangankan sempat menunjukkan hasil tes antigen di bandara, cek suhu tubuh untuk masuk bandara saja tentu sudah tidak lolos.

Tiba di Bandara Internasional Minangkabau.

Yang harus dilakukan sebelum check in di bandara adalah validasi dokumen. Syukurlah, aturan baru perjalanan udara belum berlaku hari itu. Aku bisa terbang dengan menunjukkan hasil tes rapid antigen negatif.

Check in beres, siap berangkat ke Jakarta.

Mulai merasakan efek pascavaksin di pesawat.

2 jam setelah vaksin... 

Aku pamit kepada bundo dan adik-adik, lalu masuk venue bandara dan check in. Mataku mulai berat padahal nggak lagi bengong. Aku menguap berkali-kali. Apakah ini efek pascavaksin?

3 jam setelah vaksin...

Boarding time dan suhu tubuh normal. Badan hanya pusing sedikit karena menahan kantuk. Tak butuh waktu lama, begitu duduk di kabin, pesawat lepas landas, aku pun pulas. Junisatya dan adiknya pun ikut tertidur. Aku tertidur sekitar 1 jam. Benar-benar ketiduran, serasa sudah bermalam-malam nggak tidur. Kata Juni, kepalaku miring kiri-kanan berkali-kali dan menekur juga berkali-kali seperti burung.

Aku dibangunkan karena ada pembagian snack. Sesaat kemudian tertidur lagi sampai pesawat mendarat. Itu artinya aku tertidur kurang lebih 1 jam 45 menit.

9 jam setelah vaksin...

Aku sudah sampai di rumah Depok. Makan seadanya, beres-beres seadanya. Begitu menyentuh kasur, otot-otot mulai lemas. Suhu tubuh normal. Begitu juga dengan Junisatya dan Cahya. Berarti efek vaksin ini tidak begitu berasa. Namun, kantuk berat menyerang kembali padahal masih pukul 9 malam. Aku tiba-tiba sudah tertidur begitu saja. Bahkan aku sendiri lupa meletakkan hp, lupa mematikan AC, lupa pakai selimut, karena bangun pagi kedinginan.

Eh, jangan senang dulu. Hari berikutnya aku belum terbebas dari efek kantuk yang rasanya aneh itu. Rasanya badan ini benar-benar butuh tidur padahal nggak ngapa-ngapain.

24 jam setelah vaksin...

Aku yang di rumah aja, sengaja mengosongkan waktu hari itu untuk..... tidur lagi. Tepat pukul 1 siang, setelah makan siang aku tertidur lagi di karpet ruang tamu, Cahya tidur di sofa, dan Juni tidur di kamar Cahya. Bisa-bisanya kami tidur berjamaah seperti itu. Rumah terasa sepi sekali. Aku pun jarang melihat ponsel karena mata terlalu berat membaca pesan masuk.

28 jam setelah vaksin...

Setelah bergerak ringan, memasak, merapikan rumah, mencuci, menonton drama Korea, aku tertidur lagi. Hahaha. Maaf, ya, pasti kalian bosan membaca efek pasca vaksinku ini yang isinya hanya tidur dan tertidur.

Efek vaksin Sinovac versiku memang tidur dan lapar. Agak berbeda dengan efek vaksin Astra Zeneca yang cenderung demam dan cenat-cenut ya. Tapi apa pun vaksinnya, ini bagian dari ikhtiar kita melawan Covid-19. Jadi, buat teman-teman yang belum divaksin, segerakan ya. Sudah banyak klinik dan instansi yang membuka vaksin massal. Kamu juga bisa menghubungi Puskesmas terdekat sesuai domisili untuk menanyakan jadwal vaksin mereka. Buat teman-teman yang nggak mau divaksin, it's okay. Setiap orang punya pilihan untuk tubuhnya sendiri. Tetapi setidaknya nggak keluyuran dulu dan jaga kesehatan.

Sekarang, sejak wajib vaksin sebagai syarat perjalanan resmi diberlakukan, pihak Garuda Indonesia menyediakan vaksin gratis khusus untuk penumpang. Kita tinggal menunjukkan tiket keberangkatan dan bisa divaksin on the spot.

Di Bandara Soekarno-Hatta juga sudah disediakan pos vaksin massal gratis. Vaksin ini dibuka oleh Traveloka dan kita bisa pesan pelayanan vaksinnya lewat aplikasi. Koreksi jika aku salah ya. Aku belum cek informasinya dengan detail.

Vaksin di Bandara Soekarno Hatta sudah tersedia.

Namun, sebenarnya agak berisiko jika kita vaksin sebelum perjalanan. Kalau vaksinnya nggak berefek signifikan seperti yang kurasakan, tentu perjalanan kita akan lancar dan aman. Tapi kalau tubuhnya bereaksi seperti demam, tentu itu akan menghambat perjalanan. Jadi memang sebaiknya kita menyediakan waktu kosong 3 hari pascavaksin sebagai waktu inisiasi tubuh menerima zat baru. Efek pascavaksinku memang mengantuk, tapi badan juga jadi banyak istirahat agar penyerapan vaksinnya optimal.

Begitulah pengalaman vaksin dosis 1 di tengah traveling. Sekarang sih aku di rumah aja. Belum berniat ke mana-mana lagi karena kasus sedang memuncak. Buat teman-teman, tetap jalankan prokes 5M ya.  Nanti aku akan cerita tentang vaksin dosis 2. Tungguin aja.


Baca di sini: Begini Langkah Mudah Mendapatkan Vaksin Dosis 2

Komentar

  1. Aku vaksin AZ dan efeknya juga ngantuk parah. Badan agak pegal dan malam pertama meriang. Eh, hari ke-4 diare buahaha.

    Untungnya perjalanan kalian lancar dan dipermudah ya. Hari gini kalau mau terbang suka degdegan. Peraturan penerbangan bisa berubah dengan sangat cepat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaah. Kok pake diare Om? Tapi emang katanya AZ juga ngaruh ke lambung sih. Kita stay safe di rumah dulu aja berarti ya sampai kondisi makin baik. Sehat-sehat terus ya Omnduut.

      Hapus
  2. Wajib menunjukkan hasil PCR test negatif ini ada yang curang juga, Mbak. Jadi, dia suruh orang tes kan pake KTP dia, nah si orang itu negatif dia berangkatlah naik pesawat. Awalnya dia positif 3 kali tes. Nyebelin deh dengar dia cerita.

    Lah diriku malah curhat hehehe.

    Semoga sehat selalu ya, Mbak setelah vaksin ini. Saya mau vaksin juga tapi nunggu fit dulu badan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku suka sebel sama orang yang curang kaya gitu. Curangnya kebangetan dan bisa merugikan orang lain.

      Sehat selalu ya kak.

      Hapus
  3. Alhamdulillah udah vaksin dan diberi kelancaran saat perjalanan, Mbak. Efek vaksin tiap orang emang beda-beda, ya. Waktu itu teman aku juga cerita habis vaksin bawaannya ngantuk. Tapi saudaraku justru demam. Semoga sehat selalu, Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, efek vaksin juga tergantung tubuh menerimanya gimana. AKu sebentar lagi vaksin dosis, semoga efeknya tetap ringan.

      Hapus
  4. Alhamdulillah, meski vaksin di tengah traveling tetep aman yaa, dan bener looh itu sinovac bikin nafsu makan dan tidur meningkat drastis, apalagi pas keduanya aku pun langsung tepaar tapi pas lagi ada kerjaan di luar, langsung teler sambil makaan menahan kantuk. Hahaaa.
    Sehat buat kita semua yaaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tooos.... Eh tapi kalau soal ngantuk, emang akunya juga tukang tidur sih. hahaha. Semoga tetap sehat ya teh.

      Hapus
  5. Penuh lika liku ya cerita vaksinnya Hanum. Jadi contoh kalau mau bepergian mesti udah divaksin terlebih dahulu. Yg penting tetap jaga prokes supaya tidak terpapar virus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selalu ada drama di balik perjalanan kang. Sehat selalu ya kang Aip.

      Hapus
  6. Sepupuku juga kemarin bilang gitu, efek vaksin yang ia terima gampang ngantuk dan cepat laper. Kalau aku mah tanpa vaksin juga udah doyan banget tidur hahaha
    Salam sehat ya, kak. Semoga pandemi ini bisa segera diatasi dengan sangat baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha. Karena tukang tidur dan tukang makan, lalu nyalahin efek vaksin. Gpp kak, privilege dari vaksinasi, jadi makin nyenyak tidurnya.

      Hapus
  7. alhamdulillaah ya sudah vaksin dan bisa tetap bepergian as planned. Aku saat vaksin pertama alhamdulillah ngga ada dampak apa - apa mba. Yang kedua baru aku ngantuuuuk bangeeet

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, aku penasaran banget sama vaksin dosis 2 nanti. Semoga efeknya ringan.

      Hapus
  8. Aku malah belum vaksin nih karena terjebak PPKM Darurat di kampung halaman. Sedangkan di sini stok vaksin terbatas banget, lansia aja pada belum. Tadinya mau beli tiket di stasiun trus vaksin trus di-refund lagi tiketnya demi dapat vaksin perjalanan #terniat, haha. Tapi katanya minggu depan stok vaksin udah datang lagi, mau nyobain vaksin di sini dulu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa konfirmasi ke puskesmas terdekat kok kak. Semangat ya kak. SEhat selalu.

      Hapus
  9. Kita kok samaan sih, kak. Setelah vaksin tuh aku jadi ngantuk dan lapar. Pengennya makan melulu aku. Hehehe. Sehat-sehat dan tetap semangat sehat ya untuk kita semua. Semoga pandemi segera berlalu dan biar kita nggak was-was kalau melakukan perjalanan ke luar kota atau luar pulau.

    BalasHapus
  10. Syukurlah aman jaya perjalan kembali ke Jakartanya, skrg naik pesawat diperketat ya pakai PCR lagi lebih mahal biaya PCRnya dibanding biaya tiket kayaknya, huhu belum vaksin nih jadi pengen cepat2 divaksin biar aman

    BalasHapus
  11. Wah aku belum nih... padahal sudah pengen terbang lagi lihat bandara jadi kangen terbang deh hahaha.....

    BalasHapus
  12. Ya Allah...super sekali travelling di zaman pandemi begini yaa..
    Alhamdulillah bisa terlewati dengan beberapa drama, tapi overall, pekerjaan dan misinya lancar kan yaa..?
    Terobati kangen dengan Bundo dan segenap keluarga di Padang.

    Barakallahu fiik~
    Sehat-sehat selalu.

    BalasHapus
  13. Aku juga sama vaksinnya. Efeknya pegel deh tangan wkwkw, dan rada nyeri dikit di area suntikan :'

    BalasHapus
  14. Sekarang kalau mau melakukan perjalanan harus harus divaksin dulu yah, tp ya demi kebaikan sih ini semoga pandemi segera berlalu

    BalasHapus
  15. AKu juga gitu lho Num, pasca vaksin pertama ngantuk melulu bawaannya. Seharian tepar tiada bertepi hihiii... Tapi vaksin kedua enggak ngantuk, malah demam sampai 2 harian. Beda-beda memang ya efeknya ke tiap orang.

    Ikut deg-degan baca artikelmu ini, berasa kayak aku aja yang ntar bakalan ketinggalan pesawat hehehee..

    BalasHapus
  16. Nggak disangka sangka ya kalau di tahun 2021 mau kemana mana syaratnya ga hanya ada bekal jalan tapi harus sehat juga, semoga sehat selalu utk kita semua

    BalasHapus
  17. Alhamdulillah vaksin saya sudah lengkap berarti sudah bisa melakukan perjalanan ke luar daerah ini, tetapi harus tetap negatif kan ya. Semoga pandemi ini segera berakhir ya.

    BalasHapus
  18. Hi mba Hanum, salam kenal. it's a great "fortune" to found your blog and read your story, hehe.
    mohon ijin menumpang posting kuesioner penelitian ya.

    Yth. Bapak/ Ibu/ Saudara/i,

    Saya mahasiswa dari Politeknik Pariwisata Bali sedang melakukan penelitian berjudul "Pengaruh Persepsi Risiko terhadap Minat Pemesanan Kamar Hotel di Bali: Investigasi Peran Hotel Voucher pada Masa Pandemi Covid-19".

    Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankan saya meminta Bapak/ Ibu/ Saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi semua pertanyaan yang saya lampirkan dalam kuesioner ini. Pengumpulan kuesioner ini semata-mata hanya bertujuan untuk menyelesaikan penyusunan tugas akhir dan jawaban yang Bapak/ Ibu/ Saudara/i berikan akan dijaga kerahasiaannya.

    berikut merupakan link kuesioner yang dimaksud:
    https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSe25ZtXymQQan0u6X3vQm3wlZuYmNz8v1V1xdL8-eOgRa2NfA/viewform?usp=sf_link

    Atas kesediaan dan perhatian Bapak/ Ibu/ Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.

    Hormat saya,


    I Dewa Agung Basthara

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts