Bali Selalu Punya Cara Memanggil Kita

Petualanganku di Nusa Penida, Bali beberapa waktu lalu memang tidak bisa dilupakan. Pertama, karena aku mengatur sendiri jadwal location visit di setiap spot terbaik di Nusa Penida. Kedua, karena aku datang ke Bali untuk bertemu seorang teman lama yang memilih hidup di Ubud. Jadi, sesampai di Bali, kami mampir dulu ke Ubud dan menghabiskan 2 hari di sana. Lalu kami melanjutkan perjalanan ke The Golden Egg of Bali. Ini semacam reunian dengan jalan-jalan.

Meski di Nusa Penida cuma satu malam, tapi banyak tindak konyol yang aku alami bersama geng trip kali ini. Dimulai dari pelayaran ke Nusa Penida yang sudah pernah kutulis sebelumnya di blog ini (intip kisahnya di sini). Lalu, bagaimana hebohnya kami mencari penginapan dan nyasar-nyasar untuk sampai ke Pantai Atuh yang view-nya luar biasa, yang seketika bikin aku jatuh cinta. Dan, terakhir pagi-pagi sekali saat kami siap berkendara ke Crystal Bay tapi hujan deras. Harapan yang suram.

Aku mengepak ransel karena harus check out penginapan hari ini dan kembali berlayar ke dermaga Sanur nanti sore. Tapi, sebelumnya, aku berangkat ke Kelingking Beach dan Pasih Uug, lokasi wajib lain yang harus dilihat jika kita ke Nusa Penida. Rencana awal kami mestinya snorkeling dan mengeksplor bawah laut Nusa Penida sambil melihat manta-manta yang berenang cantik di dekat tebing. Namun, rencana itu gagal karena cuaca kurang bersahabat. Aku menunggu hujan reda sambil terus memandangi detak jam. Jika hujan bertahan sampai siang, kami tidak akan bisa ke mana-mana lagi selain harus kembali ke dermaga Toyapakeh.

Bali selalu punya cara memanggil kita
Satu spot dramatik di Pasih Uug alias Broken Beach.
Bali Selalu Punya Cerita Memanggil Kita
Travelmate Nusa Penida (minus Junisatya yang jadi Kang Foto)

Untungnya langit mulai memberi harapan meski nggak cerah-cerah amat. Dengan menyandang ransel masing-masing, aku dan teman-teman melaju ke arah barat Nusa Penida menggunakan motor sewaan. Dengan mengandalkan offline maps di ponsel (sinyal pasang surut seperti air laut), untungnya kali ini marka jalan lebih mudah ditafsir. Kelingking Beach dan Pasih Uug ada di 2 jalur yang berseberangan. Kami sempat berhenti untuk sarapan dan memboyong pisang goreng untuk bekal di jalan. Sembari sarapan, aku mengobrol dengan beberapa anak SD yang kami temui di warung makan. Mereka bilang, trek ke Kelingking Beach lebih mulus. Kalau jalanan ke Pasih Uug malah rusak parah. Jarak kedua tempat itu sama. Mereka berpendapat, lebih baik ke Kelingking Beach saja. Pasih Uug bagus, tapi ya gitu, susah ditempuh. Kecil-kecil begitu, mereka tahu jalan, lho. Please, jangan remehkan anak kecil.

Setelah menakar-nakar jarak dan waktu, kami punya waktu sekitar 4 jam untuk mencapai dua tempat itu jika tak ingin ketinggalan kapal sore hari. Ini gila, sih. Liburan macam apa ini, berpindah-pindah tanpa bisa menikmati alam dan tawa teman seperjalanan. Yak, mari pilih opsi pertama yang disarankan si anak-anak SD itu. Mari ke Kelingking Beach. Kalau memang tak sempat, Pasih Uug terpaksa harus dikorbankan.

 1. Kelingking Beach

Ketika menemukan pertigaan, Kelingking Beach belok kiri, Pasih Uug alias Broken Beach belok kanan, Junisatya berbelok ke kiri dan diikuti oleh 2 motor teman kami yang lain. Jalanan menyempit tetapi view-nya menyenangkan. Kami menempuh sekitar 4 km untuk sampai di kawasan Kelingking Beach. Oiya, harus bayar Rp15.000 untuk biaya retribusi sekaligus parkir.

Di kawasan Kelingking Beach terdapat rumah makan dengan halaman yang luas. Lalu, sisi pinggir tebing yang jadi primadona kawasan ini dipenuhi warung-warung jajanan. Yang orang-orang sebut sebagai 'kelingking' itu adalah tebing yang menjorok ke laut berbentuk kelingking. Aku seketika merinding memandangi ketinggian tebing dan melihat ombak menghempas pantai putih di bawahnya. Jika berjalan di sini, harus serba hati-hati karena tebing hanya dibatasi pagar kayu yang dipasak ke tanah. Tanpa ada kekokohan pelindung lain. Mungkin saat Kelingking Beach belum seramai ini, pasak-pasak kayu itu belum ada. Pinggiran tebing polos begitu saja, hanya berbatas rerumputan liar. Agak seram jika dibayangkan.



Kelingking Beach Nusa Penida
Mari berlayar.

Kelingking Beach Nusa Penida
Salah satu lokasi instagramable di Kelingking Beach.

Sisi Kelingking Beach yang lain juga seru buat spot foto.

Ada beberapa spot foto mainstream yang instagramable di Kelingking Beach, foto cantik di miniatur kapal yang harus bayar Rp5.000 untuk biaya perawatan, foto kece di dahan pohon tak berdaun, dan foto persis dengan view tebing Kelingking jadi pilihan kami. Kalau mau lebih jauh lagi, bisa turun merayapi 'punggung' tebing Kelingking yang tipis itu. Tapi aku nggak berani. Dera anginnya lebih hebat dari berat badan. Kalau mau lebih ekstrem, bisa turun dengan mengikuti anak tangga kecil menuju pantai. Lagi-lagi, terima kasih, waktu kami tidak cukup untuk mengeksplor hingga ke pantainya. Ah, sayang sekali.

Sembari duduk menikmati pemandangan tebing-tebing, kami mengobrol dengan orang warung. Mengingat waktu sisa cuma 2,5 jam, kami menanyakan kemungkinan untuk tetap ke Pasih Uug. Bapak-bapak yang berjaga di pinggiran tebing menimpali bahwa kalau dipaksakan ke Pasih Uug, malah serba nanggung. Dari Kelingking ke Pasih Uug bisa menghabiskan waktu 1 jam. Itu artinya, kami hanya punya waktu 20-30 menit untuk eksplore Pasih Uug dan Angel's Billabong. Lalu, harus siap kembali ke dermaga yang juga memakan waktu 1 jam. Agak mustahil ya.

Oke, mari sandang ransel kembali. Kami membulatkan tekad untuk melaju ke Pasih Uug.

2. Pasih Uug

Ternyata jalanan tak seperti yang dibayangkan. Dengan ransel tersandang di bahuku, aku harus mengimbangi laju motor dengan jalanan yang  becek. Ada saatnya aku harus turun dari motor karena roda slip. Ada pula saatnya kami tergelincir karena posisi ransel tidak seimbang. Andai tidak membawa ransel, pasti perjalanan ini lebih mulus. Hari semakin terik. Tapi Pasih Uug masih jauh. Kami terus melaju semata-mata karena terpicu oleh semangat beberapa bule yang berseliweran dengan motor mereka hanya dengan mengenakan singlet. Mereka juga membawa ransel berat di punggungnya. Mereka saja bisa, kenapa kami tidak? Motivasi kosong tapi membawa hasil.

Ini dia Pasih Uug alias Broken Beach
Ini dia Pasih Uug alias Broken Beach.


Pasih Uug Nusa Penida, Bali
Padang rumput di sekitar Pasih Uug.
Bali punya cerita
Pasih Uug, sampai jumpa lagi.

Kami sampai di hamparan Pasih Uug 40 menit kemudian. Setelah mengikat ransel di motor, aku terhenti. Pemandangan yang kulihat saat itu...masya Allah. Pasih Uug adalah hidden gem Nusa Penida yang lain. Banyak orang menyebutnya dengan Broken Beach karena ada lubang di tebing tengah membentuk pintu masuk ombak. Ceruk besar dan tinggi di dalamnya menjadi sasaran hempasan ombak. Tebingnya, suara ombaknya yang membahana, membuat kita semakin kecil. Aku melihat orang-orang berjalan mengitari sisi Pasih Uug. Dataran yang mengitari tebing Pasih Uug ditumbuhi rumput hijau yang membuat orang semakin nyaman untuk berjalan bahkan duduk-duduk di sini. Saking besarnya lokasi Pasih Uug ini, orang-orang itu tampak seperti semut di bibir tebing.

Aku sama sekali tidak menyesal menempuh perjalanan rusak dan jauh ini karena apa yang ada di hadapan sungguh membayar lelah itu. Saat langit tak begitu cerah saja, barisan tebing yang tampak di Pasih Uug sungguh dramatik dan luar biasa. Apalagi pemandangan saat langit biru, ya. Ini adalah lokasi sempurna bagi yang menyukai fotografi. Rasanya aku ingin duduk menikmati suara-suara alam yang riang di sini. Seperti Pantai Atuh, Pasih Uug seperti sahabat karibnya. Sama-sama keren dan melengkapi. Katanya lebih indah lagi kalau melihat Pasih Uug ini dari arah laut dengan perahu. Mungkin lain kali, ya, aku akan eksplore perairan di barat Nusa Penida ini.

3. Angel's Billabong

Angel's Billabong masih berada di kawasan Pasih Uug. Hanya berjalan sekitar 5 menit ke arah kanan, Angel's Billabong tersembunyi di balik karang-karang dan tebing yang lebih landai. Kalau menginjak karang-karang ini sangat disarankan mengenakan sendal anti slip karena karangnya tidak rata dan beberapa sisinya tajam. Tempat ini dipercaya sebagai tempat pemandian para bidadari. Itulah kenapa dinamakan Angel's Billabong.

Aku mendekat ke sebuah ceruk di antara karang-karang itu, ceruk kecil melekuk yang membentuk kolam renang sendiri dengan pemandangan lepas pantai. Tapi sayangnya kami dilarang untuk turun dan berenang-renang cantik di ceruk itu. Saat aku ke sana, baru saja ada kejadian dua orang yang hanyut dibawa arus pasang. Cuaca dan laut memang susah diprediksi. Karena kejadian itu lagi hangat-hangatnya dibicarakan dan police line masih terpasang di sekeliling karang, jadi aku sama sekali tidak turun untuk sekadar celup-celup kaki. Agak kecewa, sih. Namun, aku harus berbesar hati karena kami harus segera melaju lagi ke dermaga.

Nusa Penida Bali
Main di karang ini bisa jadi alternatif spot foto juga.

Nusa Penida Bali
Karang di kawasan Pasih Uuh dan Angel's Billabong

Angel's Billabong Nusa Penida
V di pinggir Angel's Billabong.

Bali Selalu Punya Cara Memanggil Kita
Angel's Billabong, tempat mandinya para bidadari.
Kami kembali ke tebing Pasih Uug untuk mengucapkan "Sampai jumpa." Kalau ditaya, apakah aku mau jika diajak ke Nusa Penida lagi? Tanpa harus mikir panjang, aku akan menggangguk pasti.

Ini adalah bagian dari doa. Aku percaya sekali. Pasih Uug yang syahdu takkan menjemukan. Trip bersama sahabat-sahabat terbaik menjadikan momen perjalanan ini serasa berada di rumah, meski agak gokil. Kenapa? Begitu kami melewati jalanan rusak lagi, hujan kembali turun. Namun, kami tak berhenti sedikit pun hingga mendekati dermaga Toyapakeh. Sialnya, tiba-tiba kami disuruh berhenti oleh Ry yang lebih suka mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Rupanya bensinnya abis persis di persimpangan jalan masuk ke dermaga. Daripada repot cari bensin, kami akhirnya mendorong motor Ry yang tertatih-tatih berjalan di jalan berkerikil. Pemilik motor yang sudah menunggu di dermaga sedikit kesal karena motornya kehabisan bensin. "Maaf, ya, Pak," ujar Ry pada pemilik motor itu sembari menyodorkan sisa bekal pisang goreng kami.

Untung saja bensinnya abis saat kami sudah dekat. Repot juga jika mesin motor mendadak mati saat kami masih di belantara yang tidak terdeteksi sinyal GPS. Fiuh, kami akhirnya check in kapal. Rasanya lega mengakhiri perjalanan Nusa Penida ini meski masih banyak banget yang belum dilihat dan dieksplor. Bawah lautnya belum. Ketemu Pari Manta belum. Berendam di mata air Guyangan juga belum. Kami kewalahan mengatur waktu yang sudah kami jadwalkan sendiri. Ya, begitulah. Gokil, kan?!

Tak apalah. Yang penting perjalanannya, baru destinasinya. Itu artinya aku memang akan kembali lagi.

Bali selalu punya cara memanggil kita
View di depan kamar Bukit Sunrise di Nusa Penida.

Aku bilang ke Junisatya, "Kenapa, ya, aku selalu ingin balik ke Bali?"

Junisatya setuju. Ia bilang, "Karena Bali punya cara memanggil kita. Setiap perjalanan selalu punya cerita berbeda. Kamu bisa balik lagi, kok, ke sini."

Ya, Nusa Penida adalah satu dari sekian banyak pesona Bali. Aku menunggu waktu yang pas buat kembali ke Bali mengeksplor banyak tempat, karena Bali memang tak pernah membuatku jemu

Komentar

  1. Bali emang pesonanya g diragukan lagi..

    Btw..
    Kurang foto sunrise sama sunsetnya mbak.. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, ini dia bagian tersedih. Kamu baca tulisanku dari awal kan? Kami menginap di BUkit Sunrise biar bisa langsung lihat sunrise dari pintu kamar. Tapi hujan. Jadinya nggak nemu apa-apa. Waktu hari sebelumnya main di Pantai Atuh, aku juga ga bisa lihat sunset karena mendung pekat. Yaa, emang aku harus balik lagi ke Nusa Penida sih ini.

      Hapus
    2. Baca kok mbak..
      Ya itu, maksud saya sayang sekali g dapet sunset sama sunrise yg jadi andalan Pulau Dewata karena mendung..

      Kalau mau cari sunset sama sunrise emang mesti perhatiin kondisi musim dan cuaca.. Sering kali dapet zonk (mendung) kalo pas musim hujan..

      Hapus
    3. Iya. Tapi nggak papa, beda cuaca, beda keseruannya. :)

      Hapus
    4. Yup..
      Apapun yang terjadi setiap perjalanan akan punya ceritanya masing-masing..

      Hapus
  2. Klingking kayak congor Dinosaurus. :lol:

    Aku baru sekali ke Bali, itu juga belum sempat ke mana-mana :(

    nanti kalau ke Bali lagi, akan aku singgahi tempat-tempat ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada sebagian yang bilang kayak congor Dinosaurus. Kamu harus ke sini, Kak. :D

      Hapus
  3. Foto2nya tjakep banget, ini pemandangan langka, beruntung banget mba bisa kesana.

    BalasHapus
  4. Foto-fotonya gak asyik ah. Bikin mupeng (dan baper) hahaha. Penasaran banget sama Nusa Penida ini. Aku ngebayangin kalo foto pose ala omnduut di puncak sana pasti keren banget! aaaaak

    omnduut.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmm, jangan pose aneh-aneh deh Om di sana. Nanti diterkam Dinosaurus :))

      Hapus
  5. Nusa Penida ini sih yang lagi ngehits dan memang bagus bannget! Ada nusa-nusa lain tapi aku blm coba, goodluck semoga bisa ke Bali hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nusa Penida aja belum khatam nih aku. Nanti baru deh nusa-nusa yang lain. Asal jangan Nusa Kambangan aja Kak. :)

      Hapus
  6. Gk pernah bosen pergi ke Bali dan baca cerita tentang Bali :)

    Belum kesampean main ke Penida, baru sempat main ke tetangganya, Ceningan dan Lembongan. Semoga taun ini masih ada kesempatan buat main ke Penida :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Paling bagus sepertinya bulan-bulan tengah tahun pas cuaca bersahabat Kak.

      Hapus
  7. wahh luar biasa, pantainya benar-benar indah..

    BalasHapus
  8. Menurutku sih lebih mirip kepala trex dibandingkan kelingking..

    Lagi hits banget ya nusa penida.. masukin list buat diexplore tahun depan aaah.

    Salam...
    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah. Iya ya. Mungkin memang ini jelmaan T-rex beneran (yang lagi tidur). *Ups.

      Hapus
  9. Halo Mbak Hanum, makasih udah sharingnya ya :)
    Kebetulan karena aku belum pernah ke Bali, baca artikelmu yang ini jadi makin ngebet buat ke sana ��

    2018 kudu banget nih menjelajah Bali, artikelmu akan jadi panduanku buat explore.
    Makasih mbak, keep traveling ya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syukurlah cerita Bali-ku jadi inspirasi bagi orang lain. Semoga beneran bisa ke Bali tahun depan ya, Kak.

      Hapus

Posting Komentar

Popular Posts