Pesona Banyuwangi: Menelusuri Desa Kemiren Hingga Pantai Boom (Itinerary Hari Ke-2)

Saat kamu mendengar nama Banyuwangi, apa yang terlintas di benakmu? Kalau aku, Kawah Ijen, Baluran, dan pantai-pantai. Namun, Banyuwangi lebih dari itu. Kota di ujung timur Jawa ini masih menjadi daerah yang asri dari pegunungan hingga dataran rendahnya, masih kuat dengan nilai-nilai budayanya, yang berbeda dengan budaya Jawa yang kita kenal.

Setelah mengenal Banyuwangi, aku nggak heran dengan kehidupan masyarakat Banyuwangi yang masih elok rupawan. Kontur wilayah, akses yang tadinya susah, daerah yang luas dan dikelilingi hutan telah menjadikan Banyuwangi kaya dengan alam dan budayanya. Siapa sangka, di Pulau Jawa yang terbentang ini, Banyuwangi memiliki bahasa sendiri, memiliki suku asli yang bukan Jawa dan bukan Bali. Ketika aku berada di Banyuwangi, aku serasa menemukan hidden gems yang orang-orang harus tahu.

Mari lanjutkan kisah perjalananku di Banyuwangi.


Setelah puas dengan Kawah Ijen yang memukau, padang savana Baluran, dan Pulau Tabuhan, aku mau ajak kamu yang sedang membaca ini untuk menelusuri Banyuwangi lebih dalam lagi, tentang kekayaan lain yang dimilikinya.

Baca di sini: Pesona Banyuwangi: Pulau Tabuhan, Baluran, Kawah Ijen (Hari ke-1)

Ini dia perjalananku berikutnya. Kamu bisa membuat itinerary trip Banyuwangi versimu sendiri berdasarkan lokasi-lokasi yang sudah kudatangi ini. Ini adalah hari keduaku di Banyuwangi dan aku sudah merengkuh hidden gems sebanyak ini.


1. Ijen Resort and Villa

Aku belum sempat cerita tempat aku menginap di kawasan Ijen. Aku telah memesan kamar di Ijen Resort and Villa yang berada di kawasan Ijen. Kamar ini khusus kupesan agar jarak menuju gerbang pendakian Kawah Ijen lebih dekat.

Tapi, ternyata aku salah. Ijen Resort and Villa ini memang berada di kawasan Ijen tapi lokasinya jauh sekali dari gerbang menuju pendakian Kawah Ijen. GPS yang ditunjukkan untuk menuju resort ini juga sedikit membingungkan karena jalurnya yang sempit. Aku sempat nyasar dan salah jalan. Dari kota Banyuwangi, kami membutuhkan waktu 2,5 jam lebih untuk sampai di resort ini. Padahal seharusnya hanya 1 jam saja dari pusat kota.




Ijen Resort and Villa ini merupakan kawasan resort yang menghadap ke lereng lembah. Berada di sini sekilas seperti menginap vila-vila Ubud. Tempatnya tenang, udaranya segar, asri, dan dingin sekali saat malam. Karena aksesnya yang nggak gampang, membuat resort ini memang khusus untuk staycation dalam beberapa hari. Tidak sepertiku, yang seperti ninja, lompat sana-sini. Aku hanya menginap semalam di resort ini. Aku jadi kurang bisa menikmati fasilitas keseluruhan di resort ini.

Jika kamu ingin menikmati ketenangan, keindahan lembah di kaki gunung Ijen, resort ini bisa jadi pilihan.


Ijen Resort and Villa

Alamat: Randu Agung, Krajan, Kluncing, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timut

Rate: Rp850.000/malam


2. Agrowisata Taman Suruh Banyuwangi

Ini adalah destinasi tak terencana. Karena dari Ijen melewati kawasan taman bunga indah yang baru buka pertengahan 2020 lalu ini, jadi sekalian aku mampir.

Jadi, Tamansuruh ini merupakan komplek agro-tourism yang di dalamnya terdapat sayur dan buah organik serta tanaman hias dan bunga-bunga cantik. Kawasannya masih berlokasi di kaki gunung Ijen sehingga udaranya masih terasa dingin.

Ada berbagai macam tumbuhan dan budidaya buah-buahan yang ditanam di sini. Aku ditawari berkeliling dengan golf car karena luasnya mencapai 10 hektar. Aku diajak untuk memetik buah markisa yang kebetulan sudah mulai matang. Senang sekali bisa metik markisa dan langsung menikmatinya di kebun. Ada kebun melon juga aneka rupa. Aku kurang paham jenis melon, tapi ada yang namanya melon korea di sana.




Hamparan taman bunga juga nggak kalah menggoda. Bunga celosia yang lagi mekar-mekarnya menarik perhatianku. Himpunan warna kuning, merah, dan hijau tampak serasi sekali. Instagramable sekali saat difoto.

Sekilas aku teringat Taman Bunga Begonia di Lembang. Taman bunganya tertata rapi dan warna-warni. Sedap dipandang. Bedanya, kalau Taman Bunga Begonia Lembang adalah kawasan terbatas, Tamansuruh punya lahan yang lebih luas. Berada di kawasan agrowisata Tamansuruh, aku dapat melihat selat Bali di kejauhan. Wah, indah sekali. Kalau lagi pandemi begini, kita memang disarankan untuk berwisata di alam lepas. Agrowisata Tamansuruh bisa jadi alternatif.

Setelah puas berkeliling, Tamansuruh punya tempat buat makan siang. Ada pondokan juga yang menjual bibit buah dan bunga. Aku nggak sempat memilih bibit bunga di sana karena bingung saking banyaknya. Lagipula bibit yang tersedia saat itu rata-rata adalah bibit tanaman yang cocok di daerah dingin. Bisa ngambek dan nggak tumbuh subur nanti kalau aku tanam bibit itu di Depok, kawasan rumahku yang panas.


Agrowisata Tamansuruh Banyuwangi

Alamat: Dusun Wonosari, Tamansuruh, Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur

HTM: Dewasa Rp10.000/orang, anak-anak Rp5.000/orang


3. Desa Kemiren dan Suku Osing

Kamu tahu tentang keberadaan Suku Osing yang merupakan suku asli orang Banyuwangi? Aku sudah beberapa kali mendengar teman yang bercerita tentang keunikan tradisi Suku Osing.

Kebetulan sopir yang menemaniku berkeliling Banyuwangi adalah orang Osing. Dia banyak bercerita tentang sukunya itu. Aku baru tahu tentang fakta bahasa Osing sangat berbeda jauh dengan bahasa Jawa. Aku pikir, orang Banyuwangi itu adalah orang Jawa, ternyata ada yang namanya suku Osing yang punya budaya dan makanan unik. Suku Osing inilah yang menjadi suku asli Banyuwangi.



Saat memasuki Desa Kemiren, jika igin berjalan-jalan ke desa wisatanya, kami harus lapor dulu ke kantor kelurahannya. Kantor kelurahannya berupa bangunan rumah tingkle (rumah adat Suku Osing) dengan lantai dan dinding kayu. Ternyata orang kelurahan sangat terbuka dengan pengunjung. Mereka malah menawarkan membagikan beberapa dokumentasi tetang kegiatan orang-orang Suku Osing di sana. Ah, andai aku bisa melihat langsung berbagai kegiatan khas Suku Osing ya. Situasi pandemi membuat Desa Kemiren sepi sekali. Kata mereka sudah setahun tidak ada festival.

Kalau versi pak sopir yang menemaniku berjalan-jalan, katanya orang Osing punya tradisi menjemur kasur di pinggir jalan. Jadi sepanjang jalan kita bisa melihat kasur-kasur terbentang, lalu sesekali ditepuk-tepuk pakai rotan untuk membersihkan debu dari permukaan kasur. Ada juga festival Suku Osing yang mengajak orang asing, siapa pun yang lewat, untuk masuk menikmati kopi serta makanan ringan di rumah itu. Namanya Festival Ngopi Sepuluh Ewu. Festival ini untuk menunjukkan keramahtamahan orang Osing terhadap pendatang. Tapi sepanjang tahun 2020 ini festival itu ditiadakan karena pandemi.


4. Pantai Boom

Kalau ingin merasakan kehidupan anak gaul Banyuwangi, jalan-jalan sorelah di Pantai Boom. Pantai Boom berada di pusat kota sehingga mudah untuk menjangkaunya.

Pantai Boom merupakan kawasan wisata baru bagi masyarakat Banyuwangi. Ada dermaga dengan kapal-kapal pesiar yang sedang bersandar. Kita bisa berfoto di kawasan dermaga itu dengan syarat harus makan di restoran besar yang berlokasi persis di dermaga. Restorannya juga estetik sebenarnya. Tapi aku tidak nongkrong di sana karena rate makanannya cukup mahal. Aku memilih menikmati area pedestrian yang sudah ditata rapi dengan bangku-bangku yang diletakkan menghadapkan ke laut. Ada bangunan tua juga yang sudah dirapikan sehingga bisa menjadi area foto-foto bagi pengunjung.



Yang ikonik dari Pantai Boom adalah jembatan instagenic yang bukan jalan raya. Jembatan di Pantai Boom ini menjadi ikon di Banyuwangi. Desainnya yang sekilas berbentuk spiral menyerupai gulungan ombak menjadikan jembatan Pantai Boom digemari sebagai tempat berfoto. Bahkan Dion Wiyoko menyebut jembatan ini menyerupaai Helix Bridge Singapura dengan lampu-lampu gemerlap pada malam hari.

Pantai Boom memang menjadi alternatif wisata di pusat kota Banyuwangi. Lokasinya seperti mini Ancol tapi suasananya lebih tenang. Aku menghabiskan sisa hari itu di Pantai Boom. Kamu kapan ke Banyuwangi?


Pantai Boom Banyuwangi

Alamat: Desa Kampungmandar, Kec. Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur

HTM: Rp5.000/orang


Komentar

  1. Serasa ikut jalan2 di Banyuwangi sama Hanum hahaha. Semoga suatu saat bisa ke sana biar bisa merasakan langsung pengalaman nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Kak Riyan. Kalau kita ketemu lagi entah di mana, kita sekamar lagi ya.

      Hapus
  2. Lalu tudak pandemi, festival suku Osing itu pasti meriah. Saya punya banyak kenalan pekerja migran dari Banyuwangi mereka selalu bercerita seru soal tradisi itu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sayang banget aku gak bisa lihat festivalnya. Mungkin setelah pandemi usai kali ya balik lagi ke Banyuwangi.

      Hapus
  3. aduh indah sekali ya Banywangi tuh ternyata, aku belum pernah kesana euy sayangnya, semoga kapan2 bisa kesana dan lihat langsung keindahannya yaaa

    BalasHapus
  4. Aku pernah sekali aja ke Banyuwangi tapi udah lama banget. Btw mba, apa bedanya suku Using dengan suku jawa pada ummunya y mba / beda bahayanya seperti apa ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Budaya dan bahasanya beda Mba. Jauh banget bedanya. SUku Osing itu dari orang-orang Blambangan. Makanya jadi unik gitu.

      Hapus
  5. Aduduuuu..makin pengen nih jalan2 ke Banyuwangi.. Terima kasih ya sdh berbagi pengalaman yg bikin mupeng ini..hehe..

    BalasHapus
  6. Hanuuummm potonyaaaa cakep2 amaattt
    Trakhir ke Banyuwangi thn 2019 akutuuu, dan mampir ke desa Kemiren juga.
    Aaakk, Banyuwangi memang LOVELY
    Pantainya indaahhh
    Makanan enak2 dan muraahhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku belum tuntas eksplor Banyuwangi nih kak. Soalnya luas dan banyak yang cantik-cantik ya. Pengen balik lagi rasanya

      Hapus
  7. Dan aku tergodaaaa hehehe. Belum sempat nih Hanum aku mampir ke Banyuwangi. Kalau wacana sih udah ada sejak kapan tau hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha. Sama kaya aku dulu Mba Indah. Wacana aja, perginya belum. Eh gak taunya akhirnya bisa ke Banyuwangi juga. Kapan-kapan sempatkan dan ajak keluarga mba. Family friendly banget Banyuwangi tuuuh

      Hapus
  8. Menarik mbak traveling ke Banyuwangi,jadi terasa seperti ikutan jalan jalan di Banyuwangi. Penasaran sama suku Osing mbak, kalau gak pake bahasa Jawa, mereka pakai bahasa apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahasa Osing Mba. Tradisi sama bahasa mereka beda jauh banget sama budaya Jawa. Ini kebetulan lagi pandemi, jadi sepi. AKu belum bisa merasakan aura budaya suku Osingnya langsung. Tapi kalau dengar bahasanya sudah. Nggak ngerti sama sekali. hahaha

      Hapus
  9. Menarik mbak traveling ke Banyuwangi,jadi terasa seperti ikutan jalan jalan di Banyuwangi. Penasaran sama suku Osing mbak, kalau gak pake bahasa Jawa, mereka pakai bahasa apa?

    BalasHapus
  10. Masyaallah, Banyuwangi indah banget ya, mba, aku dulu punya temen di Muncar mba. Pengen juga ke sana untuk wisata lautnya. Bunganya juga indah banget, kalau transportasi dari Jakarta enak naik apa mba ke Banyuwangi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naik kereta kalau mau irit mba. Transit di Surabaya, nanti lanjut lagi ke Banyuwangi Kota. Pesawat juga sudah ada. Banyuwangi sudah punya bandara sendiri kok mba.

      Hapus
  11. Seneng banget baca ulasannya Mbak.... foto-fotonya juga dapet banget, bikin kepingin segera ke Banyuwangi setelah pandemi selesai....

    BalasHapus
  12. MasyaAllah indahnya mbak bikin mupeng. Ke banyuwangi bisanya lewat doang kalo mau mudik ke Bali kalo gini asik nih ya bisa jadi rekomendasi sebelum nyeberang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah lain kali sempatkan mampir ya mba. Masa udah sampai di pelabuhan Ketapang, gak pernah eksplor yang dekat-dekat dari sana. hehehehe

      Hapus
  13. Duuh Nuuumm... aku jadi mupeng kan ke Banyuwangi. Kamu kok udah jalan-jalan aja sih, ga ngajakin yaaa.. Hayuk rame2 ex tim Jember ke sana lah. Pengin ketemu sama Suku Osing, penasaran kok bisa mereka beda banget dengan Orang Jawa lainnya ya.

    BalasHapus
  14. Ijen Resort and Villas itu kamarnya unik banget ya. Lihat fotonya jadi pengen suatu hari bisa menginap di sana. Hmmm... baca tulisan ini jadi pengen segera bisa jalan-jalan, apalagi sekarang kan meski PPKM tapi kayaknya bisa deh traveling asalkan sudah vaksin.

    BalasHapus
  15. Masya Allah indah banget kak. Aku belom pernah kesana hiks. Pengen deh bisa kesana. Mudah mudahan lepas pandemi bisa dikasih kesempatan sama Allah

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts