Trip to Ujung Genteng (I) : Start and Jackpot
Time to holiday,
time to adventure.
Merencanakan sebuah
liburan itu susah lho buat kami (include Ageng, Ririn, Lia, Kenny dan
gw). Kami termasuk oknum sibuk yang cuma sesekali bertemu, itu pun
cuma sekadar makan siang. Sampai pada akhirnya ada hasrat untuk
liburan bareng lagi.
Rencana semula
adalah rafting di Citarik. Tapi batal karena biaya yang kurang
mencukupi. Kriteria utama kami adalah tempat indah, harga hemat.
Tercetuslah niat untuk mengunjungi pantai Ujung Genteng. Sebenarnya
sudah dari tahun lalu, kami ingin ke sana. Beberapa kali pending,
akhirnya kesampaian juga.
Berangkatlah kami
ke Ujung Genteng hari Jumat malam 13 Juli 2012 dengan maskapai
Avanzano, mengingat info yang kami peroleh perjalanan ditempuh selama
6-7 jam. Berangkat malam, biar bisa sampai pagi di sana.
Mula-mula, 4 orang
berkumpul di rumahku (termasuk Junisatya dan Ail Solidus). Ada yang
berangkat dari rumah, ada pula yang baru pulang lembur di kantor.
Kami pun ke rumah Ririn terlebih dahulu, di Tambun. Perjalanan baru
benar-benar start pukul 1 dini hari. Jalanan terpantau ramai lancar.
Tol Jagorawi juga tak terlalu padat. Tapi perjalanan cukup penuh tantangan
akibat Lia mengalami jackpot. Jackpot pertama saat masih di sekitar
Kalimalang, Jakarta. Lalu jackpot kedua saat perjalanan mendekati
Sukabumi. Jackpot ketiga dialami saat perjalanan menuju Pelabuhan
Ratu.Yah, wajar sih, soalnya jalanan lumayan berlika liku. (Tadinya Lia nyaris nyerah akibat jackpot, di perjalanan dia bawel minta pulang. Tapi siapa yang mau menanggapi. Hehehe.)
Kami sama sekali
tidak mendapat gambaran sama sekali tentang perjalanan ini. Yang kami
tau, Ujung Genteng itu jauh. Siapa sangka bakal sejauh ini?
Subuh menjelang, dan kami berhenti untuk sholat di sebuah mesjid di
Sukabumi. Setelah kembali segar, kami melanjutkan perjalanan menembus
embun pagi yang segar. Pemandangan berbukit hijau terhampar
menyegarkan mata.
Saat berada di puncak bukit, ada sebuah pondok warung lesehan yang view-nya cukup menarik. Saatnya sarapan. Masing-masing kami sudah menyiapkan stok makanan dari berangkat. Lontong, jelly, cemilan cantik menemani pagi kami di pertengahan jalan menuju Ujung Genteng. Teh hangat pun kami pesan di warung itu. Sambil menyelonjorkan kaki, kami bisa istirahat sejenak, menyegarkan stamina kembali. Jujur, pada saat itu, kami belum tahu, masih berapa kilo dan berapa jam lagi mesti kami tempuh. Yang penting dibawa happy aja. (Anyway, beberapa kali aku melihat asap mengepul di beberapa titik di bukit itu. Ternyata itu pembakaran batu kapur, jadi kusebut saja ini bukit kapur.)
Avanzano kembali melaju. Junisatya mengerahkan semua staminanya melewati bukit dan kampung. Kami memercayakan arah pada plang jalan penunjuk jalan. 3 jam kemudian akhirnya tanda-tanda pantai pun muncul. Yup, Ujung Genteng di depan mata. Kini tinggal cari penginapan. Bahkan untuk menemukan peradaban penginapan pun kami mesti menyusuri sepanjang pantai.
Komentar
Posting Komentar