Trip to Ujung Genteng (III) : Off Road ke Penangkaran Penyu
Next destination... Pantai Pangumbahan via Cibuaya!!!
Pantai Pangumbahan berjarak 5 km dari pondok Hexa. Ririn dan Ageng memutuskan untuk berjalan kaki menyusuri pasir putih sepanjang pantai. Aku dan Lia memutuskan untuk menyusul dengan Avanzano bersama Junisatya dan Ail yang baru melek dari tidur panjang mereka setelah berkendara semalaman.
Mulanya jalanan
pasirnya mulus-mulus saja. Avanzano masih kuat menempuhnya. Kami
melewati Pantai Cibuaya, pantai yang lebih landai dan berpasir lebih
lembut. Sepanjang mata memandang, tanah lapang bersemak terlihat. Dengan pagar-pagar bambu, ada beberapa yang dijadikan peternakan domba, ayam dan ladang. Mungkin beberapa tahun lagi, lokasi ini jadi tempat penginapan.
Oh ya, heran, pasir di sini cenderung putih seputih kapur. Kamu tak akan menemukan jalanan beraspal di lokasi ini. Kurang ramah untuk mobil. Tapi setelah apa yang bisa dilihat di sini, pasti mobil pun akan memaklumi. Ladang luas, ada pohon-pohon kecil, lalu pasir putih, pasir kerikil dan hamparan pantai dengan warung-warung di pinggirannya. Itulah pantai Cibuaya.
Sore masih terasa sangat panas. Banyak motor dan mobil berseliweran di jalanan berpasir dan berkerikil. Tapi sepertinya Ririn dan Ageng bertahan berjalan kaki. Sementara kami di mobil berguncang-guncang karena jalan yang tidak rata.
Di pantai Cibuaya ini, Ageng dan Ririn beristirahat. Ada peta lokasi menarik di Ujung Genteng khusus untuk para wisatawan. Karang-karang masih terlihat di sekitaran pantai ini. Ada patung penyu terlihat, menandakan penangkaran penyu pasti tak jauh dari sini.
Setelah melewati pantai Cibuaya, rally pun dimulai. Jalanan mulai kasar, berbatu-batu, semak di mana-mana, sepi. Kami khawatir nyasar. Tapi ini adalah jalan satu-satunya menuju tempat penangkaran penyu. Bagai rally dan off road, kami tempuh dengan Avanzano. Sepanjang jalan kami berguncang-guncang di mobil. Seandainya kami berada di film Cars, mungkin kami semua sudah dilempar dari mobil karena Avanzano naik pitam dibawa ke jalanan rusak seperti itu.
Oh ya, heran, pasir di sini cenderung putih seputih kapur. Kamu tak akan menemukan jalanan beraspal di lokasi ini. Kurang ramah untuk mobil. Tapi setelah apa yang bisa dilihat di sini, pasti mobil pun akan memaklumi. Ladang luas, ada pohon-pohon kecil, lalu pasir putih, pasir kerikil dan hamparan pantai dengan warung-warung di pinggirannya. Itulah pantai Cibuaya.
Sore masih terasa sangat panas. Banyak motor dan mobil berseliweran di jalanan berpasir dan berkerikil. Tapi sepertinya Ririn dan Ageng bertahan berjalan kaki. Sementara kami di mobil berguncang-guncang karena jalan yang tidak rata.
Di pantai Cibuaya ini, Ageng dan Ririn beristirahat. Ada peta lokasi menarik di Ujung Genteng khusus untuk para wisatawan. Karang-karang masih terlihat di sekitaran pantai ini. Ada patung penyu terlihat, menandakan penangkaran penyu pasti tak jauh dari sini.
Setelah melewati pantai Cibuaya, rally pun dimulai. Jalanan mulai kasar, berbatu-batu, semak di mana-mana, sepi. Kami khawatir nyasar. Tapi ini adalah jalan satu-satunya menuju tempat penangkaran penyu. Bagai rally dan off road, kami tempuh dengan Avanzano. Sepanjang jalan kami berguncang-guncang di mobil. Seandainya kami berada di film Cars, mungkin kami semua sudah dilempar dari mobil karena Avanzano naik pitam dibawa ke jalanan rusak seperti itu.
Kami seolah
melewati tempat-tempat angker karena sepi dan ada beberapa bangunan
kayu bobrok di sekitarnya. Berasa di film-film horror Indonesia,
sekelompok anak tengil bermobil yang uji nyali mencari hantu. Yah,
lebih kurang gambarannya begitu.
15 menit di jalan
yang terasa berjam-jam, sampailah kami di lokasi penangkaran penyu.
Pelepasan anak penyu akan dilakukan pukul 17.30 untuk menghindari
ikan pemangsa memakan anak penyu itu. Kami sempat diajak melihat
penyu-penyu di dalam baskom. Ada anak penyu albino lho, berwarna
putih.
Masih ada sekitar
satu setengah jam lagi menjelang pelepasan penyu. Kami diizinkan
main-main di pantai. Begitu melihat pantai, kami langsung terkesima.
Pantainya beda dengan pantai di dekat pondok kami. Pantai Pangumbahan
ini bagaikan gurun pasir. Pasirnya halus sekali seperti bedak tabur.
Sejauh mata memandang, yang terlihat cuma pasir. Angin pun membawa
butiran-butiran halus pasirnya. Kami pun berfoto bersama, berlarian,
berguling-guling di atas pasir itu. Laut masih tak terlihat karena
terhalang gunung pasir. Tapi ombak begitu kencang terdengar. Kami pun
penasaran ingin melihat ombaknya. Petugas penangkaran penyu sempat
berpesan agar kami tidak bermain air. Kami tidak tahu alasannya
sampai kami melihat sendiri keadaan pantainya.
Ombaknya tinggi dan riaknya yang tidak tenang. Angin juga berhembus kencang. Pantas saja tak diizinkan bermain sampai ke garis pantai. Tapi banyak juga yang melanggarnya. Tempat ini cocok untuk berselancar, meski ombaknya tak setinggi Ombak Tujuh di sisi lain Ujung Genteng (gak sempat kami kunjungi karena lokasinya jauh).
Sembari menunggu
anak penyu, kami bisa duduk santai beralaskan pasir dan beratapkan
terik dari langit. Paling seru saat mengorek-ngorek pasir dan
menemukan pecahan karang dan keong yang mengkilap, seperti sudah
diamplas. Hasil amplas alami oleh pasir. Bentuknya licin dan
mengkilap.
Kami begitu girang
saat sunset menjelang. Bisa menikmati sunset sambil makan cemilan.
Langit membias dari biru menjadi ungu dan oranye. Momennya ini jarang terlihat di Jakarta yang langitnya penuh kabut.
Tak lama kemudian, petugas penangkaran penyu memanggil semua pengunjung. Setelah diberi aba-aba dan warning saat pelepasan penyu, akhirnya berbaskom-baskom penyu diturunkan. Mereka tidak boleh disentuh. Buat yang badannya terbalik, jangan dibantu untuk membalikkan badannya. Biarkan anak penyunya berdiri sendiri dan menghanyutkan diri sendiri ke laut. Pengunjung cuma boleh memotret atau mengambil videonya.
Tak lama kemudian, petugas penangkaran penyu memanggil semua pengunjung. Setelah diberi aba-aba dan warning saat pelepasan penyu, akhirnya berbaskom-baskom penyu diturunkan. Mereka tidak boleh disentuh. Buat yang badannya terbalik, jangan dibantu untuk membalikkan badannya. Biarkan anak penyunya berdiri sendiri dan menghanyutkan diri sendiri ke laut. Pengunjung cuma boleh memotret atau mengambil videonya.
Hari itu ada 92 ekor anak penyu yang akan dilepas ke lautan. Anak penyu itu baru berumur 1 hari. Sungguh lucu melihat mereka berjalan di atas pasir yang lembut. Satu per satu mereka dijemput air laut yang menyapu pantai. Aku dan teman-teman langsung hunting foto. Penyu lucu, mungil dan jago berpacu. Menutup sore kami dengan senyum-senyum melihat tingkah mereka.
Num, foto lo kayak gaya Aang di kartun Avatar.. :D
BalasHapus