Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar

Apa yang kamu pikirkan tentang Anyer? Pantai, staycation, liburan. Iya, itu adalah makna kata Anyer bagi sebagian masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Karena beberapa kali, kalau ingin ke pantai, pantai terdekat selain Ancol, ya Anyer ini. Lokasinya di Provinsi Banten, dapat ditempuh sekitar 3 jam dari Jakarta. Anyer telah menjadi lokasi piknik keluarga yang sempurna. Jadi, bagiku sebagai penghuni Jabodetabek beberapa belas tahun terakhir, Anyer tidak lagi istimewa saking seringnya berlibur ke sana.

Namun, berbeda kondisinya kali ini. Ketika aku dapat undangan untuk menghadiri event Persamuhan Nasional Pembakti Bangsa di Anyer, aku mulanya sempat ragu-ragu. Ini acara apa? pikirku. Karena memang aslinya senang jalan, aku memutuskan untuk berangkat ke Anyer. Aku ingin tahu kali ini apa yang bisa kutemukan di Anyer selain pantai yang kian ramai.

1. Persamuhan Ragam Karakter dan Budaya Indonesia

Ternyata, "Wow." Aku bertemu teman-teman baru dari 34 provinsi. Rupanya Persamuhan Nasional ini mempertemukan orang-orang yang mewakili kampungnya untuk berkumpul di Anyer. Aku bahkan sekamar dengan seorang teman asal Ambon dan sering berkumpul dengan teman-temannya saat jam makan. Mereka banyak bercerita tentang negeri kepulauannya. Orang-orang Maluku itu hidup--meski punya lautan yang luar biasa indahnya--benar-benar berdasarkan 'apa kata alam'. Dengan mayoritas mata pencaharian masyarakat Maluku adalah nelayan dan transportasi laut menjadi kendaraan umum mereka melintas antar pulau, kalau cuaca sedang buruk, berbulan-bulan mereka hanya berdiam di daratan. Akses pendidikan, pangan, informasi, dan segala produktivitas tentu disesuaikan dengan kondisi alam.

Berbeda lagi cerita yang datang dari Nusa Tenggara Timur. Aku sempat berceletuk saat mendengar keseriusan topik obrolan teman-teman lintas daerah ini. Maklum, di sana setiap coffee break, jam makan dan sarapan, pasti ada obrolan sharing tentang daerah masing-masing. Kadang ada candaan, kadang ada persilangan bahasa daerah, dan lebih sering obrolan tentang negara vs masyarakat. "Serius sekali, ya," celetukku suatu ketika.

Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar

Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar 2

Tidak lama, celetukanku itu disambar oleh seorang kakak dari Nusa Tenggara Timur. Dia datang dari Flores. Dia berkata, "Teman-teman dari (Indonesia bagian) Timur ini kalau sudah bicara keadilan, kami akan berdiri paling depan." Dia bercerita tentang proyek-proyek pemerintah yang bagus dengan programnya tapi informasinya telat sampai di kawasan Indonesia Timur. Ada pula yang bercerita padaku dan yang lain bahwa ada momok di NTT bahwa perempuannya banyak sekali berangkat menjadi TKW untuk menopang ekonomi keluarga. Lalu, ditipu karena ilegal. Oh, hatiku mencelus. Seserius itu rupanya kelakar mereka tentang keadilan, kemasyarakatan, dan kedaerahan.

Belum lagi cerita tentang Suku Anak Dalam di Jambi. Bagaimana cara kita bernegosiasi dengan warga Anak Dalam di hutan Sumatera itu sementara mereka menganggap negara sebagai musuh yang merampas wilayah mereka? Kata seorang teman asal Jambi, butuh berbulan-bulan kemping di hutan dekat wilayah mereka hanya untuk menarik kepercayaan mereka. Belum untuk berinteraksi yang berat-berat lho, ya. Aku sudah sering mendengar sukarelawan yang hidup berdampingan dengan Suku Anak Dalam itu. Namun, belum ada pencerahan lagi untuk kemajuan suku penghuni hutan Sumatera itu.

Ada pula cerita tentang negeri Aceh di ujung Sumatera yang dulu sekali, sebelum tsunami melanda, masyarakat Aceh sebagian besar tidak menyukai orang Jawa. Mereka punya pandangan skeptis soal nasionalisme Indonesia. 

Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar 3

Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar 4

Kisah lain diantar oleh seorang teman asal Jawa Timur. Dia menjadi penggiat kampung wisata. Dia sangat menyadari bahwa memajukan suatu daerah tidak perlu muluk-muluk, cukup dengan memanfaatkan potensi yang ada di kampung itu. Temanku ini mengembangkan berbagai KUKM yang melibatkan warga, menjadwalkan beragam program untuk mengasah kreativitas pemuda kampung itu, serta mengadakan berbagai event menarik yang menjadikan nilai jual kampung wisata itu.

Menarik, ya, topik-topik yang dibawa oleh teman-temanku. Sebenarnya cerita-cerita semacam ini sudah pernah kudengar dari banyak media dan mulut ke mulut. Namun, rasanya berbeda ketika aku langsung bertukar informasi itu dengan orang penutur aslinya. Rasanya cerita itu tidak lagi menjadi dongeng semata.

Teman-teman baruku ini rupanya nggak sekadar bawa badan datang ke Anyer. Ada yang datang atas nama penggiat literasi, kesenian, kebudayaan, yayasan pendidikan, komunitas swadaya masyarakat, dan penggiat desa wisata. Mereka inilah para pembakti kampung dengan berbagai aktivitas di daerah asalnya. Mereka sangat tahu apa yang sedang mereka lakukan dan kembangkan. Ketika bergabung dengan orang-orang hebat ini, aku melihat wajah-wajah Nusantara yang sebenarnya. Bukan hoax, bukan pula kaleng-kaleng. Nusantara itu yang seperti ini, terjalin dan Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote.

2. Sorak-Sorai Sumpah Pemuda

Ini satu pengalamanku yang tak terlupakan dari Anyer. Aku bisa merayakan Sumpah Pemuda dengan sorak-sorai semangat se-Nusantara. Istimewa sekali, ya. Dulu aku cuma sempat baca ikrar Sumpah Pemuda pada upacara-upacara sekolah. Aku pun sudah hafal bagaimana liriknya. Namun, tak pernah benar-benar menyadari nilai magis yang dimiliki ikrar Sumpah Pemuda.

Aku sudah wara-wiri di beberapa event nasional dan internasional, pernah bersilangan budaya juga dengan berbagai grup kesenian dari negara-negara Eropa (baca ceritanya di sini). Namun, entah kenapa nilai bangga sebagai Indonesia berbeda sekali saat aku berdiri di negeri sendiri, bersenandung bersama 300-an teman-teman se-Nusantara. Aku merasa "terisi" kembali dengan banyak nilai kebudayaan, kebersamaan, dan persatuan. Kami berbeda, tapi tetap putra-putri Indonesia. Bahasa daerah yang membuat kami berbeda, tapi punya bahasa Indonesia meski dengan dialek khas setiap daerah membuat komunikasi kami terasa unik.

Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar 5

Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar 6


Di Pantai Anyer, kami melafalkan ikrar Sumpah Pemuda bersama dan menyanyikan lagu "Indonesia Raya" 3 stanza bersama. Ada kekuatan yang tersembunyi dalam sorak-sorai perayaan itu seusainya. Lagu-lagu daerah dinyanyikan bersama, ragam kesenian juga ditampilkan. Apa kabar tabuhan rampak bedug dari Banten mengiringi tarian dayak Kalimantan, tarian Lombok, dan parade tenun? Apa kabar pula lagu-lagu nasional diiringi dengan tabuhan bedug dan gendang-gendang kecil (jimbe) yang dipegang semua orang saat itu, lalu suaranya menggema di bibir lautan? Kabarnya, Bhineka Tunggal Ika itu belum pudar.

Dulu ada guruku bertanya, "Dari mana asal kebudayaan Indonesia?" Aku lantas menjawab, "Dari puncak-puncak budaya daerah." Namun, mungkin sekarang aku bisa melengkapi jawaban itu dengan, "Dari pucuk-pucuk budaya daerah yang dipanen dengan baik dan dipertahankan oleh manusia pemegang budaya itu."

Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar 7

Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar 8

Perayaan Sumpah Pemuda akhirnya ditutup dengan joget Maumere bersama. Aku malah bertanya pada temanku dari Ambon, "Dari mana asal joget Maumere? Apakah benar dari NTT?" Karena teman-teman Timurku ini fasih sekali berjoget, entah itu dari NTT, Maluku, dan Papua. Bahkan mengajarkan kami yang belum bisa joget Maumere. 

Temanku menjawab, "Tidak ada yang tahu pasti. Tapi lagu itu dipakai juga oleh orang-orang Maluku. Lagu itu menyebar dari mulut ke mulut. Jadi kami semua pakai lagu itu." Ah, ya, aku lupa, negeri Maluku memang penuh nada. Mendengar teman-teman Ambon berbicara saja, aku seperti mendengar nyanyian. Tidak heran kalau per tanggal 30 Oktober 2019, UNESCO menobatkan Ambon sebagai Kota Musik Dunia, bersanding dengan Moroko, Kuba, Turki, dan Spanyol.

3. Gebyar Mercusuar di Titik Nol Kilometer Anyer-Panarukan

Belum kering keringat usai perayaan Sumpah Pemuda di pantai Anyer, aku ikut perayaan yang lebih besar lagi di kawasan Mercusuar Cikoneng, Titik Nol Km Anyer-Panarukan. Rasanya kurang puas sorak-sorai keberagaman Nusantara di pelataran terbuka Hotel Marbella tempat kami menginap, masih ada acara besar lainnya menjelang magrib di titil nol itu.

Di sini ada Monumen Titik Nol Km yang merupakan awal mula jalan perintis Pulau Jawa dari Banten hingga Jawa Timur pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels. Pada saat itu, jalan Anyer-Panarukan yang digagas oleh Daendels ini menjadi jalan penghubung terpanjang di dunia. Tentu pembangunan itu telah memakan ribuan korban jiwa rakyat Indonesia. Proyek ini berlangsung pada tahun 1808. Lalu, Mercusuar Cikoneng juga akhirnya dibangun tahun 1885 yang menjadi saksi bisu pendudukan Belanda dan penyerangan Jepang.

Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar 9

Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar 10

Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar 11

Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar 12

Kalau kembali melihat sejarah di kawasan ini, titik Nol Kilometer Anyer-Panarukan adalah jalan penghubung antar daerah di Pulau Jawa, jalan yang dikira jalur pos karena mempermudah segala akses informasi, jalan yang akhirnya menjadi gerbang gedung demi gedung tumbuh dan perekonomian berpusat di setiap gardu pos, lalu lahirlah banyak kota di belahan utara Pulau Jawa. Banyak sekali yang terjadi ya. Dari jalan-jalan itu pula muncul berbagai gerakan sosial, pemberontakan akibat kesewenangan Kolonial Belanda. Anyer menjadi titik awalnya. Titik Nol Anyer memang menandai terbukanya akses se-Pulau Jawa. Namun, tidak ada salahnya hari itu kita belajar dari Anyer, membuka akses ke banyak daerah, menggabungkan perbedaan menjadi satu. Karena itu, tidak heran jika di Anyer pula kami menyerukan suara-suara keberagaman dalam Gebyar Mercusuar agar semangatnya bisa memancar ke seluruh pelosok kampung Indonesia.

Gebyar Mercusuar Anyer memiliki makna dalam tentang Sumpah Pemuda dan persatuan. Ada renungan sejarah dan budaya yang memadukan bangsa. Bendera merah putih dihampar di pinggir dermaga dengan panjang ratusan meter. Lalu 99 bedug ditaruh sejajar dan ditabuhkan para santri se-Banten dalam harmoni kesenian tradisi Rampak Bedug. Ini adalah sebuah sajian kolosal bersama desir angin dan suara ombak yang menghempas dermaga sore itu. Gebyar Mercusuar makin memukau ketika Gilang Ramadhan, salah satu musisi legendaris 90-an tanah air melakukan jam session berkolaborasi dengan Rampak Bedug. Ada harmoni baru antara musik alam, musik tradisional, dan musik modern.

Pengunjung Titik Nol dan Mercusuar Cikoneng tentu akan merapat untuk melihat berbagai aksi pertunjukan dari berbagai daerah ini. Lagi-lagi parade wastra (kain tradisional Nusantara) dari desainer Dian Oerip mewarnai nilai-nilai tradisi di sepanjang panggung dermaga. Aksi memukau lainnya adalah ketika anak-anak Soe, Pulau Timor yang menghentak dermaga dengan gerincing di kaki mereka, menarikan tarian daerahnya. Mereka menari dengan gembira, bersiul, bersahut-sahutan, dan memberikan rupa Timor di Nusa Tenggara Timur. Tarian Rampak Bedug juga tampak elok sekali dibawakan oleh anak-anak Banten, menggambarkan budaya santri yang tumbuh dalam nadi Kota Serang dan Pandeglang itu.

Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar 13

Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar 14

Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar 15


Anyer Punya Cerita, dari Sumpah Pemuda hingga Gebyar Mercusuar 16

Aku terkesima. Sumpah Pemuda bukan lagi wacana. Nilai-nilai yang dirintis oleh pendahulu bangsa ternyata nyata adanya. Ada perbedaan, ada persilangan, ada pula pemersatunya. Gebyar Mercusuar menutup hari-hariku di Banten dengan kelegaan bahwa cerita Pancasila telah meretas batas-batas wilayah di negeri kita. Semangat itu yang akhirnya ku bawa pulang.



Komentar

  1. Wohoo... Persuaan dengan saudara2 baru yang membawa kisah dan pengalaman baru ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. senang bisa kenal banyak orang dari berbagai penjuru Nusantara. Especially kamu kak :))

      Hapus
  2. Ah, sudah naik ke mercusuar seperti bang Yudi.Foto-foto oke mbak, pas di momennya. Salam kenal dari Jogja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga Mba Vika. Kita ga sempat ngobrol banyak ya waktu di sana. Semoga kita bisa ketemu lagi.

      Hapus
  3. Great. Smg bisa ketemu di persamuhan berikutnya. I like this writing. Fotonya juga bagus-bagus.

    BalasHapus
  4. Aku baru sadar bang Boli perform pake sendal hotel wkwkwk, senang banget pokoknya bisa hadir diacara kemarin. Seru, kenalan dengan banyak teman, Indonesia terasa banget selama lima hari kemarin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa. aku juga baru nyadar pas liat foto ini. Pake sendal hotel pas upacara. hahaha...semoga kita bisa reunian ya Thri...:)

      Hapus
  5. pernah ke anyer satu kali. pantai santolo, sambolo, atau apa ya namanya lupa lagi :D seru banget nonton acara sore-sore di pinggir pantai begitu.

    BalasHapus
  6. Waah senang sekali ya mbak bisa berkumpul dengan teman teman dari seluruh nusantara dari berbagai latar budaya. Pasti kerasa banget ya rasa nasionalismenya. Bisa ngerti kebudayaan dari daerah lain juga

    BalasHapus
  7. Mbak, seru sekali ceritanya, bisa bertemu dengan teman-teman dari seluruh penjuru Indonesia. pasti jadi pengalaman tak terlupakan ya Mbak. Aku kalau Anyer ingatnya mercusuarnya yang tinggi, sudah lama banget nggak pernah ke Anyer.

    BalasHapus
  8. Acara yang luar biasa
    Benar-benar mempersatukan pemuda Indonesia
    Semoga setelah ini semangat persatuan dan kesatuan untuk membangun bangsa semakin besar ya
    Kita bisa. Indonesia maju

    BalasHapus
  9. Rameee dan penuh warna, ya, kak. Meriah pasti.

    BalasHapus
  10. Seru juga ya, acara begini. Bagus temanya, untuk memupuk semangat persatuan dan kesatuan. Perlu lebih sering dilakukan.

    BalasHapus
  11. Ohh jadi ini ya event yang mengundang Mbak Yuni dan Mbak Indah ke Anyer itu. Seneng banget ya bisa merayakan Sumpah Pemuda bersama teman-teman dari seluruh Indonesia. Apalagi melihat titik nolnya Jalan Raya Anyer Panarukan. Kalau nggak ada jalan itu, mungkin masih lebih lama lagi bumi Jawa bisa lebih maju

    BalasHapus
  12. Widih seru banget yaa num acaranyaa. Tempatnya juga mendukung banget sih yaah deket pantai. Jadi pengen ikutan haha

    BalasHapus
  13. Seru sekali acara ini ya.. Bertemu teman2 se Nusantara,berbagi cerita dan semangat..sungguh cara indah memperingati dan menggelorakan kembali Sumpah Pemuda..

    BalasHapus
  14. lumayan sering aku ke anyer krn jarak tempuh yang ngak jauh dari rumah, hanya tiga jam kalau ngak macet. Anakku kebetulan suka pantai, jadi sebulan sekali kami pasti mampir ke anyer

    BalasHapus
  15. Acaranya keren banget. Seneng bisa berjumpa teman-teman seluruh Indonesia di acara Sumpah Pemuda. Memang sih acara kayak gini perlu digelar, untuk membangkitkan semangat persatuan pemuda dan napak tilas sejarah perjuangan bangsa kita.

    BalasHapus
  16. Seru banget ya mba acaranya, bisa bertemu dengan teman-teman dari segala penjuru nusantara pula. sedikit banyak pasti bisa tau tentang keragaman budaya yang dimiliki Indonesa. Btw foto fotonya juga bagus banget, moment nya dapet, angle nya bagus, dan warnanya juga kece!

    BalasHapus
  17. Pernah lihat saya keseruan acara ini di medsos. Foto-fotonya keren semua! Semoga nasionalisme masyarakat Indonesia semakin tinggi, ya

    BalasHapus
  18. baru tahu soal persamuhan ini. senang ya bisa jumpa kawan dari berbagai pelosok negeri untuk saling mengenal dan berbagi info

    BalasHapus
  19. Keren sekali kisahnya, emang seru banget kalo ketemu teman-teman beda daerah itu, selalu banyak cerita seru yang bisa di dengarkan.

    BalasHapus
  20. Serasa ikut merasakan semarak dan keriuhan acara..keren bangett.. Indonesia betul2 kaya akan budayanya.. semoga acara ini turut melestarikan kebudayaan Indonesia juga mempererat persatuan dan kesatuan

    BalasHapus
  21. banyak cerita yang cukup seru di tulisan ini. hemm jadi inget main sama temen2 waktu itu. wkwkwkw

    BalasHapus
  22. Seru sekali bisa bertemu teman-teman dari berbagai daerah, kak. Tak hanya berjumpa dengan oang-orang baru, tapi juga belajar budaya baru dan memahami pemikiran baru. Udah lama aku nggak ikut kegiatan kolektif kayak gini.

    Btw jadi penasaran, kenapa ya orang Aceh nggak suka orang Jawa.

    BalasHapus
  23. Btw kayaknya aku pernah dengar kisah sisi lain dari event ini deh. Haha. Katanya pada nginap di hotel yang serem ya?

    Oh iya, OOT ya di luar tema tulisan saya mau ngasih masukan nih buat Hanum, sebagai orang yang menuju usia emas (bilang aja tua ya haha) saya merasa kesulitan baca blog kamu karena tulisannya kekecilan. Mungkin font sizenya dinaikkan satu atau dua angka lagi.

    BalasHapus
  24. Duh, jadi pengen pulang ke Kupang setelah baca tulisan ini.

    Seru memang kalau bisa berkumpul bersama teman-teman dari berbagai daerah, saling memuji keberagaman yang ada dan membicarakan hal-hal yang mungkin tidak pernah terpikirkam sebelumnya.

    Terima kasih ya sudah berbagi pengalaman Sumpah Pemudanya. Btw, hafal lagu Indonesia Raya 3 stanza nggak nih?

    BalasHapus
  25. Seru banget ceritanya. Asik banget bisa ketemu teman-teman dari seluruh penjuru Indonesia, tumplek blek jadi satu di satu tempat gitu. Aku bacanya aja bahagia, pasti kamu yang ada di sana berbunga-bunga.

    BalasHapus
  26. waahh acaranya seru bangettt... jadi kenal berbagai aktivitas dari propinsi lain ya... Jadi pengen ikutan hehe

    BalasHapus
  27. Pengalaman yang seru dan bermakna sekali.

    Senang bisa baca tulisan ini di saat ada rencana untuk berlibur ke Anyer sekitar minggu depan.

    Bangga pada Indonesia. Terutama para pemudanya.

    BalasHapus
  28. keliatan seru banget mbaakk. plus esensinya jadi nempel ya, acaranya gak cuma meriah, tapi sarat makna. cakep juga foto2nya mbak :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts